Part 3 (Impossible)

92 19 11
                                    

Kamar Shina...

Apa benar yang dikatakan kakak ku, ah masa bodoh, tapi aku sudah ada di kamar lagi, kuambil aja iPhone ku dan lihat langsung yang sebenarnya.

"Ah, pembohong besar, bikin kaget aja, di Twitter aja yang like, cuma aku, gimana sih kakak, haduh gak tau kalau adiknya itu dilanda masalah yang amat amat besar"

Dengan kesalnya aku lampiaskan kekesalan ku, dengan teriakan keras.

"Kakakkkkkkkkkk"

Spontan kakak dan Mama ku menghampiri kamar ku.

"Shin kamu tuh kenapa kok teriak-teriak gitu"

"Kayak baru lihat makhluk astral aja"

"Itu loh mah, kakak nyebarin berita hoax tentang fotoku, katanya banyak like tapi, cuma aku aja kok yang like"

"Hah, hoax"dengan logat seperti orang kebingungan, kakak ku mulai kehilangan akalnya yang dipicu oleh ketawa-ketawa gak jelas "yang bener, pasti kamu ngecek di Twitter, di Twitter aku gak nge-follow kamu, tapi di Instagram sih iya, coba kamu cek di Instagram"

Mama yang mulai bosan dengan percakapan ku, atau bisa dibilang mulai dikacangin, Mama akhirnya keluar dari kamar ku."haduh Mama kira apaan, ternyata masalah sosmed"Mama pun meninggalkan kami berdua.

Oh, benar juga saran kakak ku, aku coba cek aja di Instagram.Tapi kok ada yang salah dengan otak ku, aku tahu kakak ku itu gak nge-follow aku di Twitter, tapi kenapa ya, aku ngecek di Twitter, mungkin aku terlalu PD kali, kalau foto-foto ku terdengar sampai ke Twitter.Mungkin kakak tahu kalau aku itu terlalu PD, buktinya dia ketawa-ketawa gak jelas.

"Shin, cepat katakan apa masalahmu?" Tanya kakak ku, tapi ini bukan suara orang yang mau bertanya, melainkan murid yang ketahuan menyontek. "Aku tahu kalau, kamu mempunyai masalah"

Hah.... langsung to the point, tanpa basa-basi? Sumpah ini benar-benar gak lucu, apa ini yang dimaksud mengubah topik pembicaraan secara extreme? Mendengar kata-kata yang terucap dari mulut kakak ku tadi, jantung ku hampir saja mau copot, ini tak boleh dibiarkan kakak mengetahui hal ini, aku pura-pura saja tidak mendengarkan hal itu, mata ku hanya bisa melototi iPhone yang ada di genggaman tangan ku.

Saat aku melototi iPhone ku, berita yang aku kira hoax, ternyata berita itu memang bukanlah hoax, dan mata ku tertuju pada dua sudut yaitu like dan comment."hah!! Like 1287, comment 823, kakak ini beneran? pasti kakak yang share, kakak kan model, jadi followernya pasti banyak, " tanyaku sambil menunjukkan iPhone ku dihadapannya, semoga saja perkataan ku merubah topik pembicaraan.

Kakak tidak menjawab pertanyaan ku tadi, melainkan membalas dengan pelukan hangat."aku tahu semua sifat-sifat mu Shin, mulai dari perilaku mu, jadi katakanlah, dari dulu kamu itu tidak pernah berubah, kamu itu selalu menyembunyikan sesuatu, tapi kakak tahu di wajahmu kelihatannya tidak sesuai dengan apa yang kau katakan"

Pelukan yang diberikan kakak ku tadi, membuat ku tidak bisa menahan tangisan, air yang mengalir terus-menerus keluar dari mata ku.Parahnya lagi aku menangis di pelukan seorang pria yang kukenal sejak lahir.

Kuakui kakak ku memang peka terhadap sekitarnya, tapi ya gak gini juga sih "secara langsung?" batin ku.

Tak lama, aku tidak menjawab pertanyaan yang kakak berikan padaku, selang beberapa detik, kakak ku, akhirnya melepaskan pelukannya dan kini giliran jarinya yang mulai menghapus air mata ku yang berlomba-lomba keluar tadi, dan akhirnya aku hanya pasrah terdiam dengan mata dalam kondisi tertutup.

kini aku tidak merasakan jari-jarinya yang halus, mulus, itu di dekat mata ku, melainkan menempelkan kedua tangannya di pipi ku."oke, sekarang Shina makan dulu, nanti jam 18.30 Shina ke kamar kakak" dengan nada yang pelan, aku hanya bisa menjawab dengan satu anggukan."janji?" Sambil menunjukkan jari kelingkingnya di hadapan wajah ku.

"Janji" jawab ku, sambil melekatkan jari kelingking ku dengan kelingking kakak ku, dan selang beberapa detik kakak ku melepaskan jarinya sambil tersenyum dan akhirnya meninggalkan ku sendirian.

"Dasar minds reader, psycology, sok ganteng, sok keren, sok tahu, sok baik, sok bijak, dasar munafik" kesalku saat kakak meninggalkan ku sendirian di kamar, sambil menangis karena tak tahan lagi membendung air mata yang mengalir terus-menerus keluar.

The Hope Is LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang