Part 4 (Kamar Laknat)

85 19 7
                                    

Ku usap air mata ku, aku tak bisa berfikiran positif. Kalau saja aku mengungkapkan yang sebenarnya, apa kakak akan berbicara pada Mama? Aku tak mau kalau, Mama mengetahui ini semua. Ku coba paksa otak ku tuk berfikiran positif, agar pikiranku tetap tenang.

Ruang makan...

Ku langkahkan kaki ku menuruni anak tangga dan bergegas menuju ruang makan.Dan pandangan ku kini tertuju pada bangku kakak ku yang kosong."Ma, kakak dimana? Gak makan bersama?"tanya ku sambil menggeser kursi ke belakang dan mendudukinya.

"Oh Agam, tuh ada di kamar"jawab Mama sambil menunjukan jari telunjuknya ke arah kamar kakak."kata Agam sih, bersih-bersih kamar, katanya ada tamu terhormat gitu?"kata Mama sambil melihat ke arah kamar kakak."Shin kenapa kamu tanya kakak mu?kok jarang tanya tentang kakak mu?"tanya Mama sambil melihat ke arah wajahku.

Hah...tamu terhormat siapa ya? "Tanya sekali aja masa gak boleh?" Tanya ku sambil mengambil nasi di hadapan ku. "Oh iya ma, siapa tamu terhormatnya?"tanyaku sambil tersenyum manis.

"Tamu terhormatnya kan kamu, siapa lagi dong, kalau bukan kamu"jawab Mama sambil berdiri dan mengambil sisa-sisa makanan diatas piring. "Shin, cepat dikit dong kalau makan, kalau sudah, bantuin Mama mencuci piringnya, oh ya, tolong ambilkan piring kakak mu di kamarnya" pinta Mama sambil berjalan menuju wastafel.

"Uhuk-uhuk" Untung aja aku belum makan, ngefek banget tuh perkataan Mama, sampai-sampai aku terbatuk-batuk." Hmm, Mama itu kebiasaan deh, iya aku ambil" sambil cepat-cepat mengambil air di meja makan.


*****

Akhirnya selesai juga makannya, kulihat wastafel ehh ternyata numpuk banget piringnya, belum lagi piring ku dan piring kakak ku, ternyata belum dicuci sama Mama, ku kira sudah dicuci ehh ternyata belum dicuci" haduh "kesalku.

Males banget pergi ke kamar kakak, rasanya tuh canggung banget, saat di kamar ku aja, aku di peluk sampai nangis, coba bayangin apa jadinya Kalau aku berada di kamarnya. "Haduh Shina kamu gak boleh berpikiran tentang kakak mu yang aneh-aneh, pokoknya saat di kamar kakak, aku harus tenang "batinku.

Jam sudah menunjukkan pukul 6, kurang setengah jam lagi aku ada janji sama kakak ku, belum lagi cuci piring lagi? Oh iya, aku ke kamar kakak dulu aja ambil piring, habis itu cuci piring dan ke kamar kakak lagi, haduh 2 kali dong ke kamar kakak, ujung-ujungnya pasti tanya-jawab sama kakak, kuambil piring ku dan meletakkannya di wastafel lalu pergi ke kamar kakak.

Sekarang aku sudah ada di dekat pintu kamar kakak ku, hanya saja aku merasa canggung saat bersama kakak ku. Ku beranikan diriku tuk membuka pintu kamar tanpa mengetuk pintu dan di sinilah aku melihat seorang pria yang sedang bermain-main dengan laptop.

"Maaf kak...mau ambil piring" pintaku sambil logat orang kebingungan mencari piring.

"Nih piringnya"sambil menjulurkan tangannya yang sedang memegang piring, dan menunjukannya dihadapan ku. "Oh iya Shin, yang cepat ya cuci piringnya, aku udah kepo"

Hah kepo??? "Kak, aku ini sudah SMA, kok diperlakukan layaknya anak SD" batinku. Aku hanya bisa menjawab dengan anggukan kepala pertanda aku setuju dengan pendapat kakak, kuambil piringnya dan langsung pergi meninggalkan kamar laknat itu.

Oke langkah pertama sudah aku selesaikan, sekarang tinggal langkah kedua yaitu cuci-cuci piring.

*****

Akhirnya selesai juga cuci-cuci piringnya, ku lihat jam di dinding, ehh... ternyata sudah jam setengah tujuh, ku langkahkan kaki ku dengan cepat menuju kamar laknat yang tidak lain adalah kamar kakak ku sendiri.

The Hope Is LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang