Chapter 1

475 74 28
                                    

Hari ini, Sabtu tanggal 14 Oktober 2017 pukul 19.31. Aku Aysya Aqeela lahir di Subang tanggal 21 Januari 2000 dalam keadaan normal, tapi itu bukan hal yang penting untuk di umbar. Umurku 17 tahun dan masih duduk di bangku SMA kelas 12. Malam ini entah kenapa aku ingin menceritakan sebuah kisah manis yang dikemas dengan rapi ketika aku SMA. Mungkin kisahku ini tidak seindah kisah-kisah remaja yang lain, tapi meskipun begitu kisah ini sangat berharga di hidupku. Dan sebelum bercerita aku ingin berpesan kepada kalian, bahwa jika suatu saat nanti kalian jatuh cinta maka kalian harus siap dengan resiko yang akan terjadi di masa depan, baik itu duka maupun bahagia.

**

Hari pertama masuk sekolah bagiku adalah hal yang sulit, karena itu artinya aku harus siap melahap setiap pelajaran yang ada dan harus bisa menghadapi kemalasan yang melekat di dalam diriku ini. Jujur, aku kecewa karena liburan terlalu cepat berlalu, padahal aku masih rindu dan belum siap masuk sekolah apalagi ini hari pertama aku menjadi siswi SMA. Mungkin ini terdengar menyedihkan karena aku sekolah di lingkungan yang sama sekali tidak aku kenal dan menyebabkan aku tidak memiliki teman satupun. Sebenarnya aku pernah mengalami hal yang serupa ketika SMP, tapi entah kenapa kali ini terasa aneh, apa karena ini masa SMA? Masa yang katanya, masa paling indah dan berkesan.

Ketika aku sampai di sekolah, aku langsung mencari mading untuk melihat dimana letak kelasku. Tidak sulit untuk menemukannya dan saat masuk kelas, kursi yang tersisa hanya ada satu itu pun di belakang, jadi dengan terpaksa aku harus duduk di kursi itu. Jujur, aku merasa tidak nyaman berada di kursi paling belakang, tapi ya sudahlah ini masih hari pertama. Dan seperti biasa, hari pertama di sekolah semua siswa wajib mengikuti upacara.

"Aw"

Seseorang tidak sengaja menyenggolku

“Eh sorry sorry, kamu nggak kenapa-napa?"

Eh tunggu, cowok yang berada di hadapanku saat ini begitu mirip dengan temanku sewaktu masih di Bandung. Apa mungkin memang dia? Tapi itu mustahil.

"Kamu nggak kenapa-napa kan?" Cowok itu mengulang pertanyaannya, membuat aku tersadar dari lamunan

"Eh eng..engga ko"

"Syukur deh, mendingan kamu maju, di depan masih kosong loh"

"Oh iya"

Saat itu rasa penasaranku muncul, aku ingin tau siapa dia, cowok yang mengingatkanku pada seseorang di masa lalu. Jadi selama upacara berlangsung, aku terus mengingat-ngingat sepatu dan wajahnya supaya nanti bisa tahu.

**

Setelah upacara selesai aku langsung bergegas menuju kelas. Di saat itulah aku tahu kalau cowok yang sedari tadi aku pikirkan sekelas denganku. Mendadak aku merasa sangat senang karena besar kemungkinan aku akan tahu siapa namanya. Aku masih bingung kenapa cowok ini sangat mirip dengan temanku.

"Syaaaa"

"Eh iya apa?"

"Kamu nggak ngedenger?"

"Hah apa emang?"

"Itu kamu disuruh ke depan buat ngenalin diri"

"Hah? aku? ke depan?"

Seketika aku menjadi pusat perhatian di dalam kelas. Ada yang menatap sinis, ada juga yang menahan tawanya. Sumpah! Ini malu banget! batinku

Intuisi AbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang