Keesokan harinya ayah dari salah satu anggota eskul jurnal ada yang meninggal dunia, dan sehabis pulang sekolah kita melayat ke rumahnya. Sepulang dari sana Revan nanya-nanya soal hubungan aku sama Irsyad, aku bilang saja kalau kami Cuma teman biasa nggak lebih dari itu, lama-lama Revan bercerita soal dia sama Nisa, dan karena aku temennya Nisa, jadi aku tahu hubungan Antara dia sama Revan. Setelah bercerita panjang lebar akhirnya kita pulang menuju rumah masing-masing.
Sebentar lagi aku naik ke kelas 11 tapi hubungan aku sama Irsyad masih gitu-gitu aja nggak lebih. Itu artinya Irsyad cuma nganggep aku teman biasanya doang. Irsyad udah lama nggak masuk eskul, katanya sih dia masuk eskul futsal. Ya wajar sih namanya cowok pasti suka sama futsal, tapi kalau emang mau pindah eskul kenapa tiba-tiba ngilang gitu aja nggak ada kabar. Komunikasi Antara aku sama Irsyad lagi kacau, saat itu aku kena doktrin omongan temen. Mereka bilang Irsyad itu licik orangnya, saat UAS dia melakukan segala cara untuk dapat nilai bagus. Saat itu aku percaya-percaya saja padahal belum tahu kebenarannya.
Aku nggak sadar kalau setiap manusia punya kekurangan dan kelebihan, Irsyad pernah ngelakuin suatu kesalahan bukan berarti dia jahat, karena setiap apa yang dilakukan itu pasti punya alasan tersendiri. Mungkin aku pernah melakukan kesalahan yang lebih besar daripada Irsyad, jadi nggak seharusnya aku menyalahkan dia. Semenjak aku jauhin dia, Irsyad kaya kebingungan sampai dia bertanya-tanya ke sahabat aku. Akhirnya setelah satu minggu lebih kami baikan lagi seperti dulu.
**
Hari ini eskul jurnal mengadakan acara seminar bedah buku, dan seluruh panitia harus datang pagi-pagi sekali. Saat aku hendak pergi Revan mengirim pesan lewat line.
Revan
“ay aku jemput ya”Ko dia manggil aku ay ya, padahal kan panggilan itu Cuma diucapin dari mulut Irsyad.
Aysya
“nggak usah van aku sendiri aja, lagian deket kan”Revan
“ih udah pokoknya kita berangkat bareng”Walaupun udah berusaha nolak tapi dia tetap maksa, yaudah aku terima tawarannya. Ternyata setelah dia sampai di depan rumah aku kaget karena dia bawa sepedah.
“Aku nggak ada sepedah loh” kataku
“Ya udah kita jalan aja” kata dia nyengir memperlihatkan giginya
Pada akhirnya kami berdua jalan bersama-sama menuju sekolah. Dia itu unik, disaat teman-temannya bawa motor dia cuma bawa sepeda.
“Kamu kenapa sih maksa aku buat bareng perginya?” tanyaku penasaran
“Pengen aja”
Sepanjang perjalanan kami berdua saling bertukar cerita dan ketawa-ketawa. Tapi walaupun begitu aku tetap saja rindu Irsyad, dalam hatiku aku bergumam.
‘kenapa bukan Irsyad saja yang menjemputku’.
Setelah sampai di sekolah aku menemukan Irsyad sedang menatap ke arahku, lalu dia berbisik
“Ko bisa bareng sama Revan?” Tanya dia
“Nggak tahu” jawabku
“Ay aku ke ruangan dulu ya” teriak Revan
Aku hanya menjawab dengan senyuman saja“Kenapa dia manggil kamu ay?” Tanya Irsyad
![](https://img.wattpad.com/cover/105043651-288-k319133.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Intuisi Abu
Roman pour AdolescentsAku masih ingat betul, bagaimana pertama kali kamu mendekatiku dan melakukan hal konyol sederhana hanya untuk membuat aku bahagia. Sehingga merasa tentram dan aman sampai aku terlampau bersandar dengan nyaman. Aku sesungguhnya benar-benar tak menger...