Tak terasa sekarang aku sudah berada di penghujung SMA, begitu cepat waktu berlalu rasanya baru kemarin aku menginjakan kaki di sekolah ini. Jangan kau tanya bagaimana hubunganku dengan Irsyad, aku sudah benar-benar jauh sekali dengannya. Jika kau tanya sedihkah aku? Maka akan ku jawab iya dengan lantang, bagaimana tidak dulu kami begitu dekat sekali, sekarang seperti orang yang tidak kenal. Ah sudah berapa kali aku mengatakan hal ini, ya habisnya memang seperti itu faktanya.
Aku sempat bertanya kepada Revan apakah Irsyad pernah bercerita yang berkaitan denganku. Dia seperti ragu untuk menjawabnya, entah dia tidak tahu sesuatu atau dia tidak ingin aku sakit hati karena mengetahui sesuatu, ah entahlah aku juga tidak pernah tahu hingga sekarang. Katanya Irsyad sempat menanyakan bagaimana aku sekarang, aku berpikir mengapa Irsyad bertanya seperti itu, dia tidak tahu kalau hal itu hanya akan membuatku terus menerus berharap kepadanya. Aku bertanya kepada teman-temanku apakah pertanyaan itu wajar, namun hampir semua orang menjawab kalau itu sangat tidak diwajarkan. Ah seperti itu kan jadinya jika dia terus berulah, aku tidak mengerti sampai saat ini. Bagiku dia adalah ketidakmungkinan untuk kumiliki. Sebenarnya aku tidak seharusnya menyalahkan dia sepenuhnya, karena aku pun telah melakukan kesalahan, aku tidak pernah jujur tentang perasaanku kepada dia, karena kembali ke niat awal bahwa biarkan aku memendam perasaan ini sendirian karena aku percaya semua akan indah pada waktunya, jika tidak sekarang mungkin nanti.
Hingga sekarang dia adalah alasanku untuk terus menulis cerita ini. Karena kenyataannya aku masih diam-diam mencintainya, masih diam-diam mengharapkannya. Diam-diam aku sebutkan dia di sela-sela doa malamku, Irsyad maafkan aku jika hingga saat ini perasaanku masih tetap sama untukmu, aku tidak berharap lebih, yang aku harapkan semoga kamu selalu tetap bahagia setiap harinya walaupun bukan denganku. Karena melihatnya bahagia sudah cukup. Untuk apa dia bersamaku jika tidak bahagia, lihat sekarang dia sudah menemukan kebahagiaannya. Aku turut bahagia syad. Karena mencintai tidak harus memiliki, antara ingin memiliki dan mencintai itu adalah hal yang berbeda. Aku selalu percaya apabila cinta ada di hati yang satu pasti juga cinta itu ada di hati yang lain, karena tangan yang satu takkan bisa bertepuk tanpa tangan yang lain. Jika bukan sekarang mungkin nanti.
Mungkin kalian berpikir ini sangat menyakitkan bagiku, tapi percayalah ketika dewasa nanti kalian akan mengerti. Karena puncak dari mencintai itu adalah saat kita mampu untuk mengikhlaskan seseorang yang kita cintai menemukan kebahagiaannya walaupun bukan bersamaku.
Aku masih fokus untuk ujian nasional, karena kelas 3 ku belum selesai. Do’akan aku semoga aku bisa diterima di universitas yang terbaik menurut Allah Aamiin. Hari ini tanggal 20 Februari 2018 pukul 07.11 pagi novelku telah selesai ditulis. Percayalah kalian, tanpa penderitaan kita tidak akan pernah menemukan kebahagiaan.
![](https://img.wattpad.com/cover/105043651-288-k319133.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Intuisi Abu
Teen FictionAku masih ingat betul, bagaimana pertama kali kamu mendekatiku dan melakukan hal konyol sederhana hanya untuk membuat aku bahagia. Sehingga merasa tentram dan aman sampai aku terlampau bersandar dengan nyaman. Aku sesungguhnya benar-benar tak menger...