Sudah hampir satu bulan dia tidak menemuiku, jangankan bertemu memberikan pesan saja tidak pernah. Ingin sekali aku tidak memikirkan hal itu, tapi tetap saja selalu terlintas di otak ku, aku bertanya kepada Revan apa yang terjadi dengan Irsyad dia pun tak tahu, aku mencoba untuk bersabar atas apa yang terjadi sekarang.
Keesokan harinya aku mendapat berita dari temanku katanya kemarin Irsyad mengantarkan seorang perempuan teman satu kelasnya. Hatiku serasa mau meledak mendengar itu semua, secepat itukah Irsyad? Ingin sekali aku menemuinya lalu aku pukul dia, namun siapakah aku ini? Aku hanya seorang temannya itu pun mungkin dulu, kami tidak pernah ada ikatan apapun. Ya Allah sesakit itukah rasanya dikhianati, ini sakit sekali.
Sepanjang kegiatan belajar berlangsung aku hanya diam memikirkan betapa teganya Irsyad melakukan ini, namun disisi lain aku memikirkan siapa aku ini sampai harus mengatakan setega itu, aku bukan siapa-siapanya. Pikiranku sudah kacau tidak karuan, aku sudah tidak mood untuk belajar, jangankan belajar berbicara dengan oranglain saja rasanya tidak mau.
Sepulang sekolah aku segera pulang, untungnya di rumah tidak ada siapa-siapa. Aku membaringkan tubuhku ke kasur, entah apa yang ada dipikiranku saat itu aku hanya diam, setelah itu aku menangis. Aku menangis sejadi-jadinya, aku marah terhadap diriku mengapa aku membiarkan jatuh sejatuh-jatuhnya ke dalam cinta itu, mengapa? Sekarang apakah ada hal yang harus aku sesali, sedangkan semua ini sudah terjadi, mengapa dulu aku tidak memikirkan bahwa Irsyad hanya sekadar nyaman dengan aku tidak lebih dari itu. Sakit sekali rasanya, sakit.
Aku diberitahu siapa perempuan itu, dia adalah seorang perempuan yang mempunyai paras indah, cantik sekali, jika dibandingkan dengan aku akan jauh sekali, seperti halnya langit dengan bumi. Namun, hati ini belum bisa menerima. Seperti baru kemarin aku melakukan hal-hal bersama dengan Irsyad, sekarang dia sudah bersama oranglain.
Setelah kejadian itu aku benar-benar menjauh dari Irsyad, seperti yang dilakukan dia sebelumnya, sekarang akulah yang menjauhinya. Aku tidak ingin bertemu dengannya, bahkan aku tidak mau melihat wajahnya, karena itu semua hanya akan membuatku semakin sakit.
**
Sudah satu minggu lebih aku menjauh dari dia, sekarang aku sudah melihatnya langsung dengan mata aku sendiri, benar dia sudah bersama perempuan itu. Aku tidak ingin peduli, namun tetap saja hatiku ini masih sakit melihatnya, sedalam itukah aku terjatuh? Entahlah.Malam itu Irsyad mengirim pesan lewan line, aku tidak tahu apakah harus dibalas atau tidak. Tapi jika tidak dibalas berarti sama saja aku sudah memutuskan tali silaturahmi. Akhirnya aku mau membalas.
Irsyad
“ay kamu kenapa?”Aysya
“kenapa apanya?”Irsyad
“aku ngerasa kamu jauhin aku akhir-akhir ini, kenapa?”Ya ampun kenapa dia harus nanya ini sih, nggak sadar gitu kalau dia dulu yang menjauhiku.
Aysya
“nggak ko, aku ngerasa biasa aja”Irsyad
“jangan bohong. Kamu ngejauhin aku karena aku deket sama cewek ya?”Ini orang sumpah kenapa sih, masa iya aku harus bilang iya, nggak enak lah. Dia deket sama cewek itu kan hak dia, siapa aku harus ngelarang-larang.
Aysya
“nggak ko”Aku bingung harus membalas apa.
![](https://img.wattpad.com/cover/105043651-288-k319133.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Intuisi Abu
Dla nastolatkówAku masih ingat betul, bagaimana pertama kali kamu mendekatiku dan melakukan hal konyol sederhana hanya untuk membuat aku bahagia. Sehingga merasa tentram dan aman sampai aku terlampau bersandar dengan nyaman. Aku sesungguhnya benar-benar tak menger...