Chapter 5

140 23 10
                                    

Saat itu aku kaget bukan main, ada panggilan tak terjawab dari Irsyad sebanyak 30 kali. Coba kalian bayangkan bagaimana rasanya jadi aku saat lihat semua itu, saat itu aku merasa bersalah banget, tubuhku lemas, apalagi pas denger dari Revan kalau kakeknya meninggal, tanpa basa basi aku langsung pergi pamit meninggalkan Revan yang masih duduk di kursi taman. Nggak usah mikir panjang, aku langsung aja pergi naik angkot ke pemakaman umum di daerah kota Subang.

Setelah sampai disana aku langsung mencari sosok Irsyad karena jujur aku benar-benar merasa bersalah dan khawatir sama keadaan Irsyad, dan akhirnya aku menemukan dia.

"Irsyad?"

Dia diam tidak membalas

"Syad sorry banget aku nggak angkat telpon dari kamu, tadi hp aku disimpan di tas"

Dia masih diam tidak membalas.

Aku sama sekali nggak tahu kenapa aku bisa se khawatir gitu sama Irsyad, dan sekarang aku benar-benar bingung harus ngapain, aku cuma bisa diam mandangin Irsyad berharap ada satu atau dua kata keluar dari mulutnya.

Dan akhirnya dia berdiri sambil menatap aku.

"Ikut aku"

Aku nggak nanya mau dibawa kemana, aku ikutin aja dia dari belakang, terserah dia mau bawa aku kemana asalkan dia mau maafin aku.

"Naik motor?"

Aku bingung karena Irsyad menaiki motornya dan ngasih helm ke aku.

"Iya"

Aku hanya bisa menurut saja, saat itu otak aku terus mencoba untuk menebak nebak kemana dia akan membawaku. Karena sepanjang perjalanan dia hanya membisu, tidak ada suara sedikit pun keluar dari mulutnya.

Sesampai disana, dia merebahkan tubuhnya di lapangan, dan seperti biasa aku hanya duduk dipinggirnya saja.

"Tahu nggak?" Tanya dia

"Nggak, kan belum dikasih tahu"

"Kenapa ya aku tadi berharap kamu ada disisi aku"

"Kenapa?"

"Nggak tahu hati aku pengennya gitu"

"Eh?"

"Aysya tahu nggak siapa yang meninggal?"

"Kakek kamu kan?"

"Iya kakek aku, cuma aku sama dia tuh benar-benar akrab banget, udah rasa kaya papah sendiri, makannya aku sekarang ngerasa kehilangan banget, sedih banget ya ditinggal sama orang yang di sayang"
ucap dia dengan nada yang menyedihkan

"Ikhlasin syad, biar kakek kamu tenang disana"

"Tahu nggak kenapa dia meninggal?"

"Eh?"

"Dia sakit karena udah tua"

Disaat kaya gini aja dia masih nyeselin. Sumpah rasanya pengen nabok dia, sableng emang.

“Ya udah syad kita doain aja semoga amal ibadah dia diterima disisinya dan kamu juga harus kuat”

“Hmm iya ay makasih ya”

Intuisi AbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang