4. Musuh

363 84 22
                                    

"Lo serius dianter pulang sama kak deon?" tanya Dian memastikan bahwa hal yang diceritakan Mauren adalah nyata.

"Lo nggak lagi sakit kan? atau jangan-jangan tadi malem lo mimpi ren?" sambungnya sambil merabah dahi mauren untuk memastikan bahwa suhu tubuh mauren masih normal.

"Apaan sih lo," sahut Mauren seraya menepis tangan Dian dari dahinya.

"Gue nggak lagi mimpi, tadi malem gue sama Raffa emang dianter pulang sama si sok beku itu," tukasnya.

"Masa sih? Sumpah deh, gue nggak percaya,"

"Kan udah gue bilang, Deon itu nggak sebeku yang lo bilang, buktinya tadi malem dia nggak nolak tawaran gue buat pulang bareng,"

Mauren menanggapi perkataan Dian dengan sangat percaya diri.

"Ngomongin apaan sih ? Gosip ya? Masa pagi-pagi udah gosip aja," suara Vano membuat kedua gadis itu menoleh.

"Eh, lo nguping ya?" sahut Mauren.

"Maunya sih gitu, tapi suara kamu terlalu lembut buat sampai kesini," ujar Vano sambil menunjuk telinganya.

Mauren nyaris salah tingkah namun, rasa itu ditepisnya sejauh mungkin.

"Dih.. sok pake aku kamu, sok romantis!"

"Sok romantis tapi lo baper juga kan," sahut Vano sambil menaik turunkan alisnya.

"Yakali gue baper, yang ada Dian nih yang baper," balas Mauren tak mau kalah.

Mata Dian menatap Mauren melotot karena tak setuju dengan perkataan Mauren barusan.

"Hah? Dian baper? beneran?" tanya Vano.

"Eh.. eng.. gak.." sahut Dian terbata-bata.

"Kok pipi lo merah gitu sih Di?"

Lagi-lagi Mauren membuat Dian semakin gelisah tak karuan.

"Eh.. ada Pak Rahmat tuh, gue masuk kelas dulu ya,"

Dian kemudian langsung menghilang menuju kelasnya bertepatan dengan kedatangan guru berpostur gemuk yang mengajar di kelasnya.

Mauren terkekeh melihat ekspresi salah tingkah Dian sementara Vano masih bingung dengan tingkah Dian barusan.

"Btw, lo lagi deket sama siapa Ren?" tanya Vano.

"Hah? Sama siapa? nggak ada tuh," sahut Mauren santai.

"Yang tadi lo omongin sama Dian itu siapa?" tanya Vano makin mengintrogasi.

"Oh, itu idolanya Dian, nggak penting kok," sahut Mauren asal.

"Idolanya Dian nganter lo pulang?"

Mauren terdiam. Rasanya ia ingin menyuruh Vano untuk berhenti bertanya.

"Kepo banget sih Van, masuk kelas aja yuk!"

  "Kepo banget sih Van, masuk kelas aja yuk!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Ice Cream [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang