Vano membereskan buku-bukunya dan segera menuju ke kamarnya. Diletakannya buku-buku tersebut dengan rapi ke atas meja belajarnya.
Vano memang tipikal orang yang selalu menjaga kerapiannya, bahkan saat suasana hatinya sedang tidak baik sekalipun.
Lelaki bertubuh tinggi tersebut kemudian melangkahkan kakinya ke arah dapur. Diambilnya sebuah cangkir dari lemari kaca tempat peralatan dapur biasanya disimpan.
Ia kemudian membubuhkan beberapa sendok kopi dan gula ke dalam cangkirnya. Diaduknya kopi tersebut dengan malas setelah sebelumnya menuangkan air kedalamnya.
Vano meletakkan kopinya di atas meja makan dan duduk disana. Ia melamun sejenak.
"Pacarnya katanya? Cih," Vano mendesis kesal.
Diteguknya secangkir kopi. Tatapannya jauh ke depan, sedikit memancarkan kekesalan. Ia teringat akan perkataan Deon yang menyebut bahwa Mauren adalah pacarnya. Tapi, bukan Vano namanya kalau dengan mudah percaya tanpa bukti.
Setelah menghabiskan kopinya, Vano kembali ke kamar dan duduk di tepi tempat tidur. Ia mengambil ponselnya dan mencari profil akun social media milik Mauren.
Cukup puas, bio profil Mauren masih kosong tanpa embel-embel nama siapapun. Meskipun bio tidak menjamin status Mauren, Vano tetap sedikit lega akan hal itu.
"Bener kan? Nggak mungkin lah Mauren mau sama lo Deon," kata Vano percaya diri.
Vano melanjutkan aktivitasnya di akun Mauren. Ia melihat foto profil akun Mauren sambil tersenyum, ada potretnya bersama Mauren disana, potretnya bersama gadis yang sangat ia sayangi.
Sudah cukup lama Vano menyimpan perasaan lebih dari seorang teman terhadap Mauren, cukup lama pula ia tidak bisa mengungkapkan perasaannya dengan jelas kepada gadis pujaannya itu.
Vano memang sering memperlihatkan bahwa ia sangat menyukai Mauren. Sayangnya, Mauren hanya menganggap itu sebagai gurauan tengil yang sengaja dilakukan Vano untuk sekadar menjahilinya.
Deon menghentikan motornya di depan rumah Mauren diikuti dengan Mauren yang segera turun dari boncengannya.
"Mulai besok gue yang anter jemput lo," ujar Deon."Tadi abis ngomong aku-kamu sekarang lo-gue lagi," sahut Mauren dalam hati.
"Iya, hati-hat..." baru saja Mauren hendak menjawab perkataan Deon tetapi lelaki itu sudah melesat pergi tanpa pamit.
Mauren menghembuskan nafas lega. Ia baru saja terbebas dari rasa gugup yang luar biasa melandanya saat bersama Deon tadi.
Mauren kemudian melangkah dengan gembira memasuki rumahnya sambil bersenandung ria.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Cream [HIATUS]
Teen FictionSiapa tak kenal Deon, cowok tampan dengan kebekuannya yang menjulang tinggi. Tak ada yang tak mengakui kebekuan Deon. Terkecuali Mauren si adik kelas keras kepala yang memiliki pandangan berbeda terhadap Deon. Baginya Deon hanyalah 'sok beku'. Cara...