"Nggak usah Ren, lo pulang bareng gue," sahut Vano yang mendengar pembicaraan Mauren dan Deon.
Mauren menoleh ke arah Vano, sementara Deon terus melanjutkan langkahnya tanpa menganggap keberadaan siapapun.
"Eh.. kak.. tungguin aku..." teriak Mauren hendak menyejajarkan kembali langkahnya dengan Deon namun Vano buru-buru menahan lengannya.
"Ih.. apaan sih lo van?! Gue jadi ketinggalan kan!" ujar Mauren sebal.
"Ren, lo nyadar nggak sih kalau lo udah mulai punya rasa sama Deon?" tanya Vano menatap Mauren intens.
"Sok tau banget sih lo!" jawab Mauren seraya melepaskan genggaman Vano dari lengannya.
"Gue kan udah bilang dari awal, gue cuma pengen ngebuktiin ke orang-orang kalau dia itu cuma sok beku, nggak beku beneran!" sambung Mauren dengan penekanan disetiap katanya.
"Lo nyadar nggak sih? Makin lo pengen ngebuktiin perkataan lo ke orang-orang, usaha lo buat bisa dapetin Deon makin besar kan?"
"Van---"
"Ren, dengerin gue," potong Vano sebelum Mauren melanjutkan kalimatnya.
"Semakin lo berusaha buat dapetin perhatiannya Deon, lo semakin terjerat dalam pesonanya," tukas Vano serius.
"Gue harap lo paham sama apa yang gue ucapin," sambungnya seraya menepuk pelan pundak Mauren dan berlalu pergi.
"Eh.. lo mau kemana? Jelasin lagi!" teriak Mauren yang sia-sia karena Vano sudah terlalu jauh melangkah.
"Terjerat dalam pesonanya? Pesona apa coba?! Makin nggak jelas aja lo van," oceh Mauren mengulas maksud dari perkataan Vano.
"Kalau menurut gue sih perkataan Vano ada benernya juga," kata Dian.
"Kalau lo nggak punya perasaan sama kak deon, ngapain coba lo selalu nyari celah buat bisa dapetin perhatiannya kak deon?" timpal Kiran.
"Kalian ternyata sama nyebelinnya ya sama Vano. Harus gue bilang berapa kali sih? Gue itu cuma mau ngebuktiin kalau dia itu 'sok beku'. Gak lebih!" jawab Mauren dengan penuh penekanan.
"Gini aja deh ren, coba kita sama-sama pikir pakai logika. Kalau emang lo nggak punya perasaan sama kak deon, terus buat apa lo ngelakuin usaha-usaha buat ngelelehin dia? Bahkan usaha yang lo lakuin itu kadang bikin hati lo sakit sendiri karena ucapannya kak deon yang pedes-pedes. Terus ya, alasan lo mau ngelakuin ini karena lo nggak terima sama tatapan sombongnya pas lo kira dia Vano kan? Kalau lo nggak punya perasaan apa-apa sama dia, lo pasti bakalan dengan mudahnya ngelupain kejadian yang cuma berlangsung selama beberapa menit itu, tapi kenapa sekarang berhari-hari lo buang-buang waktu buat deketin dia? Kalau gue sih ogah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Cream [HIATUS]
Teen FictionSiapa tak kenal Deon, cowok tampan dengan kebekuannya yang menjulang tinggi. Tak ada yang tak mengakui kebekuan Deon. Terkecuali Mauren si adik kelas keras kepala yang memiliki pandangan berbeda terhadap Deon. Baginya Deon hanyalah 'sok beku'. Cara...