12-penjual kue

36 15 0
                                    

detik selanjutnya, fani ngasih gue ekspresi cengo gitu.

"hm, ada yang salah?" tanya gue juga gatau apa gue salah ngomong.

"lo mau jualan kue darimana?"

"dari mana ya?" gue juga gatau. dan saat ini jangan salahin gue karena terlihat bodoh.

"loh neng! ngapain disitu? ngomong sama siapa?" tiba-tiba aja ada suara dari arah seberang. keanya ngomong sama gue.

"ehh, ga ko pak. gapapa," jawab gue buru-buru.

"gue tunggu lo di genteng nanti sore," bisik fani. gue cuma ngangguk. disamping itu gue seneng. tadi ada orang yang ngeliat gue, sebagai manusia.

x

"lo nawarin bantuan aja ke penjual kue biar bisa masuk ke sekolah lo, jadi ga di bakal dicurigain," ujar fani. yap kita udah ada di tempat favorit kita. di atas genteng. kali ini ada di atas genteng rumat bercat putih.

"hm. leh uga si, cuma gue ragu aja mereka gamau, maksud gue para penjual kue di depan sekolah,"

"ya coba aja duls,"

gue terdiam. eh! gue tau!

gue punya ide!

aha!

"lo kenapa?" tanya fani pas ngeliat muka gue tiba-tiba sumringah.

"gue mau jualin kue mama gue aja," kata gue.

"lah itu malah makin aneh la. pasalnya lo kan jadi gue dan lo asing banget gitu jadinya,"

gue ga mengubris perkataan fani.

yang gue tau, gue bisa aja sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui.
ehehe.

[]

Death (lowercase)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang