28-kill her kindness. ejangan deng

27 10 3
                                    

"woi, lo denger juga kan?" tanya fani. ih sumpil, gue jadi bingung. ga. sebenernya ga bingung. gue gamau mamanya exa dibunuh sama fani. "atau jangan-jangan lo udah tau?"

fani menatap gue dengan tatapan introgasi, tatapan yang sering caca kasih ke gue pas pertama kali jadi manusia lagi.

dan dengan cepet mata gue membesar.

"kok lo diem aja? lo kan bantuin gue," ujar fani. gue gamau bantuin lo fannn!

"ah udadeh lo mendadak bisu, gue mau ke susaza deloca dulu, bay," kata fani lalu melayang pergi.

hah? ga. ga bisa. waduh, waduh gimana dong.

"eh tunggu fan!" teriak gue.

"fan?" tanya ale sama exa barengan. gue sampe lupa, manggil fani.

"ehh, ga gapapa. lo pada mendingan jagain mama exa deh.  mama lo, xa," ujar gue.

"lo bilang apa tadi?" tanya fani kesel agak marah. ntahlah.

"e..e..e, hh," gue jadi macet gini sih ngomongnya. ayo dong ayo!

"lo gamau bantuin gue? tapi, kan persyaratannya, dil kita--"

"bukan gitu fan. maksud gue," gue menarik nafas dan kembali berbisik. bagaimanapun juga, masih ada ucup dkk di deket gue. gatau, kenapa mereka masih di sini.

kalo si ucup? mungkin nungguin gue kali.

ehh.

"maksud gue, lo tadi liat kan? dua cewe yang baru aja deket sama gue. mereka itu sahabat gila gue. ale sama exa, dan susaza adalah mama exa! andai lo tau gimana exa sayang banget sama mamanya. sayanggg banget, jadi plis fan, jangan bunuh susaza," jelas gue.

mata fani melotot. "tapi lo bilang lo juga setuju, dan lo bakal bantuin gueeeee!" fani teriak sambil ngehempasin tangannya. angin debu terhempas.

"andai lo tau gue juga sayang sama kedua orang tua gue!" ujar fani yang hanya gue yang bisa denger.

"ya gue juga gatau kalo susaza mamanya exa. gue gatau, fan," gue berbisik lembut.

"gamau tau, gue bakal bunuh dia!"

"fani!" teriak gue sambil berbisik. yah gitu deh. tapi dia ga noleh.

gue yang tahu pembunuhan itu akan segera fani lakuin kepada susaza, segera berlari ke tempat susaza berdiri. ada exa dan ale.

gue liat, ada pisau di tangan fani. dan dia mulai nancepin ke belakang punggung susaza.

"aduh, argh, aduh," ujar susaza.

ale dan exa keliatan bingung.

"ma, mama kenapa!?" teriak exa.

di samping itu, fani tersenyum miring. dia membunuh susaza secara perlahan.

"stop, fani! berhenti!" teriak gue. dengan semampu gue, gue dorong si fani. dan ternyata bisa. "jangan bunuh dia, gue mohon,"

"bunuh!? siapa yang mau bunuh mama gue? cha?! cha?!" tanya exa. ale melotot ke arah exa. mengingatkan dirinya bahwa telah mengucapkan 'cha' alias icha.

tapi exa ga peduli. dia malah ngedorong gue. "siapa yang mau bunuh mama guee!?"

"exa, exa, sayang, berhenti nak, aduh," sela susaza.

"exa!" ujar ale.

"lepasin, xa..," ujar gue, sementara tangan gue ditahan.

fani masih di tempatnya. berdiam dan malah menyaksikan.

"biar gue jelasin!" seru gue.

dan gue pun menceritakan bahwa ada hantu yang namanya fani. orang tuanya katanya mati dibunuh susaza. dan seterusnya. dan gue bilang, gue indigo.

fani gue suruh tenang sebentar.

wajah exa mengeras.

"ga mungkin. mama gue orang baik, cha!" lagi, lagi.

"cha, maksudnya icha?" tiba-tiba sebuah suara dateng. ada ucup dkk.

"mm, sasya, katanya sering dipanggil cacha," ale mengeles. dan ucup hanya meng-oh.

yaampun ucup di sini? ngikutin gue? omegeh.

ehh.

"hm, sebenernya, mama pernah ga sengaja ketabrak seseorang. dan mama ga maksud menabrak apalagi ngebunuh. yang mama tau di mobilnya ada tiga orang, ayah ibu dan satu anak yang masih kecil. dan mama kabur karna mama ketakutan. mama tau mama salah,"

kita semua yang ada di sini tercengang.

"dan tanpa disangka ternyata anaknya masih dendam karna itu, jadi kalau mau bunuh, silahkan. gapapa. saya minta maaf kepada kamu, fina,"

"uhm, fani, tante,"

"oh iya,"

"mama! mama gaboleh di bunuh!" tiba-tiba exa memeluk susaza.

"maafin mama ya, exa,"

aduh ko air mata gue netes? gue gatau. pokonya, gue sedih aja liat satu sahabat gue kayak gini. ale juga sepertinya sama kea gue.

gue noleh ke fani. tiba-tiba gue terkejut. di sampingnya ada satu pria dan satu wanita. wanitanya mirip dengan fani.

oh yaampun, itu orang tuanya fani!?

"ehm, fan,"

"apa!?" tiba-tiba aja fani jadi ketus. mungkin sebentar lagi jasadnya ga bakal boleh gue pake lagi hua.

"itu," gue ngarahin ke sampingnya.

dan fani terkejut.

fani langsung meluk keduanya. dan gue, hanya bisa tersenyum. smoga aja dia gajadi bunuh susaza.

pria yang disangka ayahnya fani, natap gue keheranan. oh gue tau, pasti karena rupa gue.

dan fani pun juga menceritakan yang sebenarnya terjadi.

"aduh sayang, sebenernya kamu ga boleh ngelakuin hal itu, bagaimana pun juga kita sudah meninggal. jadi, lupakan dunia fana ini," ujar ibu fani. gue tersenyum sendiri.

...bagaimana pun juga kita sudah meninggal. jadi, lupakan dunia fana ini, hm.

"kita udah nunggu kamu, kamunya malah berkeliaran pengen bunuh orang, hmm," ujar ayah fani. fani memandang kedua orang tua. sedih.

"sekarang balik yuk,"

fani mengangguk. akhirnya!

fani pun memandang gue dan tersenyum. lalu menghampiri gue.

"ternyata gue harus duluan balik, salamin ke mereka. dan bilang gue minta maaf," bisiknya ke gue. lalu pergi.

tapi tiba-tiba dia balik lagi.

"tentang ucup, dua hari lagi lo hidup. so, semoga beruntung!" dan fani pun pergi.

semoga beruntung, kalimat terakhir arwah fani yang hanya gue yang denger.

yah. semoga :)

[]

Death (lowercase)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang