Chapter [10]: Like A Water

249 55 8
                                    

Happy Reading Guys

⚫-⚫

Aku rela menjadi orang paling bodoh sedunia hanya untuk mengukir senyum di bibirmu

***

30 menit.

Kita disini.

Ralat, hanya Alexa saja.

Menunggu orang yang gila. Orang yang berjanji duluan. Orang yang bilang jangan telat ya. Tetapi orang itu sendiri yang telat. Bodoh sekali memang dia. Tapi sayangnya dia pintar. Mana mungkin bodoh jika ia saja rangking tiga besar se-sekolah. Terus apa dong jika bukan bodoh?

Alexa menggerutu sendiri dari tadi. Macam orang gila kalau kata orang yang melihatnya.

Persetan dengan tatapan orang akan dirinya, yang penting orang itu cepat datang. Lihat saja, jika lima menit lagi dia tidak datang, Alexa akan hengkang dari kafe ini.

4 menit 30 detik.

Alat tulis, buku, dan semacamnya, ia masukan ke tasnya. Setelah dirasa sudah ia pastikan tidak ada yang tertinggal, Alexa duduk dengan tenang, bersiap untuk pergi. Tangan kirinya diangkat untuk melihat jam lagi.

4 menit 50 detik.

Baru saja ingin melangkah pergi, si makhluk astral yang satu ini baru keluar dari tempat persembunyiannya. Belum lagi tampang setannya yang merasa tak bersalah. Bener-bener minta digorok. Jika bunuh orang tidak dosa, pasti sudah dilakukan Alexa dari sejak dulu.

"Eh, Alexa udah dateng toh. Kamu kecepetan, Lex. Baru jam berapa sekarang. Oh, ya" kata Rifky dengan merasa sangat tidak merasa bersalah. "Btw, maaf kita gak jadi kencan hari ini gara-gara ngajar lu sekarang. Tapi selow sendal swallow, jangan sedih, gue nganggap ini udah kencan kok."

Pletak! Alexa memukul pipi Rifky. Kesabarannya mulai habis. Yang bilang sedih siapa juga? Sabarkan hamba-Mu ini Ya Allah karena dikelilingi orang seperti yang ada di depannya saat ini. Alexa menggeram kesal. "Kecepetan otak lu sengklek! Yang ada lu yang kelamaan kocak!"

"Eh? Apa iya?" ucapnya seperti orang yang bingung.

Selepas itu Rifky segera membuka tas hitamnya; mencari sesuatu dalam tasnya. Tapi ia tidak kunjung temukan. Dengan cengirannya yang mirip kuda lumping itu ia menatap Alexa.

"Lu kesambet setan apaan sampe begitu?" tanya Alexa penuh selidik dibalik tampang aneh yang terpampang diwajah Rifky.

Rifky menggaruk tengkuknya yang Alexa yakini tidak gatal itu. "Gua gak bawa bukunya. Hehe."

Brukk.

Alexa meninju bagian lengannya Rifky. Biar tahu rasa dia. Harusnya ia tidak menerima permintaan bu Ana begitu saja kalau tahu jika tutornya tidak benar seperti ini. Bukannya tambah pintar, malah justru tambah gila mungkin. Pintar tapi bego, itulah Rifky.

"Aww~ sakit, yang," rintihnya pura-pura kesakitan. Tapi lumayan juga tenaga Alexa untuk memukulnya. Gimana pas di ranjang ya? Eh, kok jadi ngelantur. Astaghfirullah Rifky, kebanyakan makan pare kamu sepertinya

Alexa memutar bola matanya malas. Mood-nya benar-benar hancur sudah. Dan Rifky-lah yang menghancurkannya. Dari duduk menunggu tutornya yang telat, menggerutu tidak jelas hingga dikatakan orang gila, dan begitu Rifky datang dengan entengnya bilang dia tidak membawa bahan untuk mengajar. Mungkin dunia sudah mau kiamat.

principle; say no to badboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang