Chapter 2

26.9K 1.4K 99
                                    

Mobil Nio memasuki area hotel yang akan mereka tempati. Nio memarkirkan mobilnya di depan pintu utama. Di sana sudah berdiri Azel dan Arka yang sejak tadi menanti kedatangan Prilly dan yang lainnya.

Prilly turun dari mobil di ikuti Devia.

"OMG OMG si gan----"

"Ssstttt.....tidur dianya." Devia dengan cepat menahan Azel yang sudah bersiap mengguncang tubuh mungil Zei.

"Aih kenapa tidur." Azel mengerucutkan bibirnya kesal.

"Zei kan ngantuk, Tan," sahut Prilly dengan wajah menyebalkan. "Lagian ni ya, semenjak anak gue lahir. Perasaan lo pada setiap ketemu gue selalu anak gue deh yang di serang. Gue nya kayak gak ada," ketus Prilly menatap kedua sahabatnya garang.

"Ah elah cemburu dia. Masa iya lo mau minta cipok sama gue juga kayak Zei?" balas Devia memajukan bibirnya ke arah Prilly dengan gaya centil.

"Idih geli gue. Ayok Pa kita masuk. Somplak dasar." Prilly menarik tangan Ali yang berdiri di sampingnya, mengajak suaminya itu memasuki hotel.

"Udah ya Sayang. Kasian anak kita di perut kamu kalau mamanya marah." Nio yang baru saja datang dari memarkirkan mobilnya, mengusap lengan Devia, menahan istrinya itu yang sudah bersiap membalas ucapan Prilly.

"Iya, bumil gak boleh marah," sahut Prilly terkekeh meninggalkan keempat sahabatnya dengan terus menarik tangan Ali.

"Aku pengen kayak Zei." Azel memeluk lengan Arka mesra.

"Entar malem ya kita bikin," sahut Arka membuat wajah Azel memerah malu.

"Dasar mesum!"

"Yang minta siapa? Kan kamu. Siapa hayo yang mesum?" Arka menyentil kening Azel.

"Udah deh gak usah kayak gitu. Entar malem kamu tidur di luar!" Azel melenggang masuk meninggalkan Arka yang terdiam.

"Sabar ya Ka. Pengantin baru emang kayak gitu. Apa lagi besok baru resepsinya." Nio menepuk pundak Arka, seolah ikut prihatin dengan sahabatnya itu.

"Apa hubungannya sama resepsi woi. Gila emang....," seru Arka menatap Nio kesal.

Nio yang sudah melangkah masuk dengan Devia di rangkulannya hanya tertawa menanggapi seruan Arka.

Dengan wajah ditekuk, Arka ikut melangkah masuk. Ia berlari kecil menyusul sahabat-sahabatnya yang sudah berdiri di depan lift.

"Tinggal aja terus," ketus Arka begitu ia sampai di samping Azel.

"Iya. Emang gitu nasib lo," sahut Devia dengan nada kelewat santai.

"Lo lagi hamil tambah ngeselin Dev. Jujur gue."

"Masa sih?"

"Iya bener."

"Lo udah nikah juga tambah nyebelin."

"Udah deh..lama-lama gue kawinin juga lo bedua," sahut Prilly yang kesal dengan tingkah Arka dan Devia.

"Noooooo!!!!" seru Azel dan Nio bersamaan menyentak Zei yang meringkuk di pelukan Prilly. Keduanya memepet pasangan masing-masing.

"Nanti aja berantemnya. Anak gue keganggu." Ali dengan wajah datarnya bersuara, ia masuk ke dalam lift yang sedari tadi mereka tunggu. Meninggalkan Prilly dan yang lain setelah meraih tubuh Zei yang menangis dari gendongan Prilly.

"Cepetan," ucap Ali sedikit keras. Mereka dengan cepat ikut masuk ke dalam lift.

Ali bukan marah dengan kehadiran sahabat-sahabat Prilly. Ia hanya sedikit kesal melihat anaknya terganggu karena tingkah Arka dan Devia. Sudah terlalu sering bersama mereka memang membuat Ali memahami sikap mereka masing-masing. Namun kadang Ali sedikit risih saat mereka tak mengenal tempat dan waktu. Apa lagi Ali tidak seperti mereka.

My Boy 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang