Chapter 33

21.1K 1.4K 112
                                    

"Iya Dev gue tau dia cuman masa lalu dan gue juga gak minat balik sama dia, gue udah ada Azel jadi gak mungkin kembali ke masa itu."

Suara Arka terdengar sangat jelas di telinga Azel, diam-diam Azel menghembuskan napas lega walaupun di dasar hatinya yang paling dalam terbesit rasa kecewa karena kenyataan bahwa Nana adalah masa lalu Arka di tutupi darinya.

"Bagus kalau gitu, jadi stop berhubungan sama dia, Ka!" sahutan Devia terdengar ketus.

Napas Azel memburu saat mendengar kata berhubungan. Entah apa yang suaminya itu lakukan bersama Nana di belakangnya. Dengan wajah yang bisa di bilang tak bersahabat Azel langsung melangkah menghampiri orang-orang yang langsung terdiam begitu melihat kedatangannya.

"Eh Sayang. Udah selesai?" tanya Arka terdengar kikuk. Ia tersenyum dan Azel tau senyum itu tidak tulus.

"Kenapa lagi kamu sama Nana? Sejak kapan nutupin sesuatu dari aku? Pengen balik sama Nana? Yaudah sana," seru Azel menyerocos kesal. Ia menatap Arka tajam sedangkan yang di tatap terdiam seribu bahasa.

"Mantan ya mantan aja!" sindir Azel penuh penekanan di setiap kata yang di ucapkannya.

"Sayang bukan gitu maksudnya. Ee...aku gak ada hubungan apa-apa sama Nana. Terakhir ketemu ya pas di rumah sakit waktu itu," jelas Arka mulai kelimpungan melihat istrinya marah.

"Kenapa gak bilang kalau dia itu MANTAN kamu?" ketus Azel menekankan kata mantan seolah memperjelas status Nana.

"Itu udah lama Sayang," jawab Arka sangat lembut. Ia meraih tangan Azel dan membawanya ke bibirnya untuk di kecup. "Maaf ya udah gak jujur, aku cuman gak mau kamu marah," jelas Arka tak hentinya mengecupi punggung tangan Azel.

Devia dan Nio yang tadi tegang melihat kehadiran Azel kini saling pandang dengan wajah mual. Tak menyangka akan di suguhi pemandangan seperti itu.

Sedangkan Azel sama sekali tak merespon permintaan maaf Arka. Ia tetap angkuh di posisinya, enggan menatap wajah tampan Arka yang selalu berhasil membuatnya tak sanggup berpaling.

"Sayang ma----

"Pa kita ke belakang aja yuk nyamperin Prilly. Mual banget liat Arka." Devia dengan sangat tak berdosanya memotong ucapan Arka. Ia beranjak dari duduknya di ikuti Nio.

"Sirik! Bilang aja gak pernah dirayu sama Nio," balas Arka mendapat pelototan dari Nio.

"Enak aja, gue ngerayu emang jarang soalnya bini gue gak ambekan," sahut Nio terkekeh, ia semakin tertawa saat melihat wajah Azel yang semakin cemberut.

"Pergi sono pergi," usir Arka melempar Nio dengan bantal sofa yang tadi Ali gunakan untuk memukul kaki Prilly.

"Arka," seru Devia membuat Arka yang sudah siap mengeluarkan rayuan mautnya kembali menoleh pada Devia. "Semangaaat...." Devia mengangkat tangannya memberi Arka semangat.

Pasangan suami istri itu melenggang pergi dengan suara tawa menghiasi kepergian mereka. Arka mendengus kesal, kadang ia ingin mengulang waktu dan meminta kepada Allah agar tidak mempertemukannya dengan manusia menyebalkan seperti Devia.

Arka kembali menatap Azel yang tengah memandangnya dengan alis terangkat sebelah. "Maaf ya," pinta Arka lembut. Azel tetap diam tak merespon.

"Sayang aku bener-bener minta ma--

"Zei jangan ke situ. Main sama Papa aja sini," suara Ali terdengar, menghentikan ucapan Arka.

Tak lama setelah itu Zei terlihat merangkak dengan gerakan cepat menghampiri keranjang mainannya. Lalu di susul dengan Ali yang hanya sanggup diam saat melihat Zei mendorong keranjang mainannya, alhasil mainan yang sudah Prilly bereskan itu kembali berhamburan.

My Boy 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang