Chapter 27

18.1K 1.3K 166
                                    

Prilly mengetuk pintu kamar Azel. Setelah mendapat sahutan dari dalam, ia dan Ali berserta Zei masuk ke dalam. Ada Arka yang berdiri di samping Azel, wanita cantik itu tengah duduk dengan pandangan lurus ke depan. Lalu di sofa ada seorang wanita yang sama sekali tak Prilly harapkan kehadirannya, Nana.

"Pril," sapa Nana dengan senyum di wajahnya.

Prilly hanya diam dengan alis terangkat sebelah, ia memilih mengalihkan pandangannya ke arah Azel tanpa manjawab sapaan Nana. Dalam diam Nana menghembuskan napas berat. Ia tak menyangka kehadirannya membuat keadaan bisa sekacau ini.

"Gimana keadaannya lo Zel?" tanya Prilly yang hanya mendapat lirikan mata oleh Azel.

Prilly meraih Zei yang tenang di gendongan Ali. "Anak gue kangen sama lo," ujar Prilly semakin mendekat ke arah Azel.

Azel terdiam, melihat Zei membuatnya kembali mengingat anaknya yang sudah tiada. Azel mengalihkan pandangannya ke arah lain, tanpa mengucap sepatah kata pun air matanya menetes, tak dapat lagi ia tahan.

Melihat kondisi Azel entah kenapa menyulut emosi Prilly. Ia menatap Arka tajam, pria itu hanya mampu menunduk, hingga sekarang ia masih merasa sangat bersalah. Arka tentu sadar, apa yang terjadi pada istrinya saat ini adalah kesalahannya.

"Ma," tegur Ali yang merasa tak tega dengan Arka. Menurutnya kehilangan anak rasanya sudah cukup untuk membalas perbuatan Arka.

Prilly menoleh ke arah Nana. "Ngapain ke sini?" tanyanya terdengar sangat dingin.

"Gue cuman mau minta maaf," jawab Nana pelan. Ia hanya menatap Prilly sebentar, lalu kembali menunduk.

"Udah minta maafnya?" tanya Prilly masih dengan nada yang sama.

"Udah," sahut Nana yang memang benar adanya, tapi perminta maafannya tak mendapat respon dari Azel. Istri Arka itu hanya diam, sama sekali tak bersuara.

"Terus? Ngapain masih di sini?" Nana mendongak cepat mendengar ucapan Prilly. Hatinya terasa di tusuk pisau yang sangat tajam.

"Pril lo kenapa sih?" tanya Arka terdengar tak suka dengan sikap Prilly. Hal itu semakin membuat Prilly emosi.

Ali yang mendengar sahutan Arka menatapnya tak percaya, sedangkan Azel menggigit bibir bawahnya kuat, berusaha sekuat tenaga agar suara isakannya tak terdengar.

"Apa!!! Lo gak terima dia gue usir? Lo gak terima perempuan ini gue bentak? Lo gak terima hah?" Prilly membentak Arka dengan wajah merah padam menahan emosi.

Arka terdiam seribu bahasa. Entah apa yang terjadi padanya sampai bisa mengatakan hal itu pada Prilly.

Ali bergerak cepat menarik Zei ke gendongannya. Ia tak ingin anaknya itu ketakutan, pasalnya wajah Zei sudah terlihat tegang tapi ia sama sekali tak bersuara.

"Lo liat dia!" Prilly menunjuk Azel yang semakin sesegukan. "Dia itu istri lo dan begonya elo malah pelukan sama perempuan ini. Otak lo dimana hah?" Muntah sudah kemarahan Prilly yang sedari kemarin berusaha ia pendam karena masih tak tega dengan kondisi Arka yang terlihat sangat terpukul.

"Gue cuman pelukan biasa, Pril. Kita gak ada hubungan apa-apa. Kita juga baru ketemu kemaren," sahut Arka membela dirinya.

"Iya! Dan karena itu kalian kehilangan anak kalian! Lo bilang cuman? Bagus banget lo."

"Lo bilang ini Takdir kenapa sekarang lo malah nyalahin gue?!"

"Arka!!!" Ali ikut membentak, ia tak habis pikir dengan Arka yang bisa-bisanya masih terus membela dirinya sendiri padahal sudah jelas ia yang salah.

"Jangan jadi orang bodoh!" sentak Ali membungkam Arka.

Arka terdiam, ia mengacak rambutnya frustrasi. Nana yang menyaksikan pertengkaran itu hanya mampu diam. Ia sadar kejadian kemarin adalah kesalahannya. Seandainya ia tak nekat menemui Arka mungkin Azel takkan berada di sini dan takkan ada pertengkaran yang terjadi.

My Boy 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang