"Apa kamu tahu, Jellal akan melamar Erza?.” Tanya Mirajane saat mereka dalam perjalanan pergi.
“Tidak.” Jawab Laxus. “Untung saja dia kembali jadi normal saat aku memeluknya erat. Aku pikir dia akan sangat marah.” Pikirnya.
“Mungkin kita tidak akan sempat mendengar kabar baik dari mereka.” Kata Mirajane.
“Hem.” Sahut Laxus. “Bagaimana dia bisa bicara selembut itu sementara beberapa jam lalu dia hampir saja membunuhku.” Pikir Laxus.
“Apa mungkin mereka akan menikah?.” Tanya Mirajane lagi.
“Jangan berpikir seperti itu. Biarkan author yang menulis cerita mereka tersendiri.”
“Tapi aku...”
“Jangan spoiler nanti author akan marah dan tidak melanjutkan cerita kita.” Laxus kesal. (Author. “makasih Laxus (- .-)//(^.^).)
“Lalu bagaimana hubungan antara Gray, Lucy dan Juvia.?.”
“MIRA... MEREKA AKAN MENDAPAT CERITA MASING-MASING.” Bentak Laxus.
“Aku hanya ingin bicara. Apa kamu tidak suka pembicaraan ini?.” Mirajane menjauhi Laxus.
“Bukan itu. Hanya saja, kita dalam misi penting. Aku ingin konsentrasi.” Jawab Laxus.
“Aku mengikuti mu bukan untuk mengganggu mu dalam pertempuran ini. Aku mendampingi mu, aku adalah partnermu.” Kata Mirajane. “Kamu...”
“Ya... Ya... bicaralah lagi.” Kata Laxus.
“Sepertinya kamu kesal.”
“Tidak. Ceritalah. Bicaralah semau kamu.” Kata Laxus.
Mirajane memainkan jarinya. “Ya. Aku hanya ingin mengatakan Erza saja sudah mau menikah. Apakah kamu...”
Splash.
“Mira... Diam.” Laxus membentangkan tangannya untuk melindungi Mirajane. “Kamu dengar?.”
“Ya. Suara angin atau air... Aku tak mendengar dengan seksama.” Jawab Mirajane.
“Sstt... Diamlah.” Laxus menangkan dirinya lalu dia melihat sekitarnya, sembari dia berjaga di depan Mirajane.
“Ini... Tempat ini kan masih jauh dari bukit itu.” Gumam Mirajane.
Laxus mengangguk. “Mungkin saja mereka turun gunung.” Katanya.
Mirajane melihat ke belakangnya. Posisi mereka saling membelakangi. “Aku akan mengawasi di sini.”
Laxus diam saja. Dia memperhatikan apa yang ada di depannya.
Seekor merpati mendekati mereka lalu mendarat di bahu Laxus.
“Merpati...” Laxus mengingat manusia setengah merpati yang membuat mereka babak belur. Ingatan itu membuat Laxus gelisah. “Sampai saat ini aku tidak tahu kekuatan apa yang dia pakai. Dan aku masih mengingat jelas bagaimana dia menyerangku.” Laxus mengambil merpati itu lalu dia melihat ada surat yang dikaitkan di bawah kakinya. “Ada surat.” Kata Laxus.
“Bacalah.” Kata Mirajane.
“Em...” Laxus membuka secarik kertas itu, lalu dia membacanya. “Jika kamu berniat untuk tetap hidup menjauhkan dari bukit ini. Jika tidak, kamu akan melihat wanita yang di samping itu mati secara tragis.”
Bulu kuduk Mirajane berdiri. “Ancaman macam apa itu. Itu tidak akan membuatku takut.” Kata Mirajane.
Laxus menggenggam tangan Mirajane. “Jangan khawatir aku akan mempertahankan nyawaku untuk mindungimu.”
“Jangan bicara seperti itu. Tidak ada yang akan mati diantara kita. Kita akan kembali dengan selamat.” Kata Mirajane dengan suara pasti.
Laxus melihat keyakinan diri Mirajane. “Baiklah kita kalahkan mereka dan akhiri cerita ini dengan cepat.” Kata Laxus.
Mirajane tersenyum.
Mereka melangkah dengan pasti menuju bukit sihir.
Fiore, markas Fairy Tail.
“Master, apa anda benar mau menjodohkan Mirajane dengan Laxus?.” Tanya Macaoo mantan Master ke empat.
“Mirajane pantas untuk mendampingi Laxus.” Jawab Makarov. “Kenapa kamu menanyakan itu?.”
“Ti... Tidak. Hanya saja ada kabar bahwa Laxus dan Cana berpacaran. Tapi aku belum tahu kabar itu benar atau hanya isu.” Jawab Macaoo.
“Cana?.”
“Ya. Cana anak dari Gildart.” Macaoo meyakinkan.
“Aku tidak mendengar kabar itu. Saat di sini mereka tampak biasa saja.” Makarov berpikir sejenak. “Waktu itu aku hanya melihat sekilas tapi tatapan mata Laxus memang berbeda saat dia memperhatikan Cana.” Gumamnya. “Macaoo tidak ada bukti, aku tidak bisa mempercayainya.” Kata Makarov.
“Yah. Ini hanya sekedar isu. Dan mereka nampak seperti teman biasa. Laxus dan Cana sempat terlihat sedang minum-minum di bar kota sebelah. Aku tidak tahu apa alasan Laxus menyembunyikan hubungan mereka. Tapi mungkin dia tidak bisa mendengar penolakan dari mu dan juga Gildart.”
“Aku pasti menolaknya. Dan Gildart, dia sepertinya tidak bisa merelakan anaknya cepat-cepat menikah.” Pikir Makarov. “Hem... Aku akan tanyakan langsung pada Laxus saat mereka kembali nanti. Jika benar, semuanya akan ku kembalikan lagi pada Laxus. Siapa yang akan dia pilih.” Kata Makarov.
“Kenapa master begitu ingin Laxus segera menikah?.” Tanya Macaoo.
“Umur dia sudah pantas untuk itu. Aku hanya ingin penerus ku mendapatkan kebahagiaan. Setelah semua ini aku rela jika aku cepat di panggil Tuhan.” Makarov menenggak birnya.
“Master. Anda sudah terlalu banyak minum.”
“Hahaha... Minum adalah obat mujarab untuk sakit kepala.” Kata Makarov setengah mabuk.
Di bukit sihir.
Mirajane berdiri di belakang Laxus. “Bagaimana ini?.”
Laxus berdiri tegap sambil bersikap waspada. Di hadapan mereka berkumpul burung merpati. Bukan hanya satu tapi puluhan.
“Kita sudah pernah melawan naga sebelumnya. Merpati ini tidak ada apa-apanya...”
Mirajane ingin mempercayai ucapan Laxus. Namun dia merasa khawatir. “Dengan petirmu saja mereka masih bisa terus bangkit.” Katanya. Mirajane menggunakan semburan racunnya kepada kumpulan merpati itu. Namun mereka kembali lagi bangkit seperti tak terkena apapun.
“Mira... Fokuslah.” Kata Laxus sambil menyerang merpati yang mendekati mereka.
Mira menggelengkan kepalanya lalu berkata dalam hatinya. “Aku harus fokus kali ini. Aku member kelas s. Jangan sampai aku membebani Laxus lagi.” Mira melakukan take over menjadi Halphas. Serangannya jauh lebih cepat saat dia berubah menjadi Sitri.
Laxus melihat kekuatan Mirajane lalu dia pun terpacu menambah kekuatan serangannya. Tatapan matanya teralihkan ke puncak pohon tak jauh dari tempatnya berdiri. “Mira. Lihat di sana... Mungkin dari yang mengendalikan merpati-merpati ini.” Kata Laxus sambil menunjuk kearah atas pohon.
Mirajane mengangguk. “Mungkin.”
“Aku akan ke sana. Kamu sendirian tidak apa-apa kan?.” Tanya Laxus yang berdiri di belakang Mirajane. Sekilas Laxus melihat tatapan mata Mirajane. “Tatapan mata yang hangat.” Pikirnya.
Mirajane mengangguk. “Aku bisa mengurus yang di sini.” Katanya.
Laxus meninggalkan Mirajane sambil berlari menuju pohon yang di lihatnya tadi. Beberapa merpati mengikutinya namun Mirajane memblok jalan mereka.
“Sekarang akulah lawanmu.” Kata Mira.
Pekikan suara burung merpati memekakkan telinga seolah itu menjadi pertanda bahwa mereka siap menyerang.
Dengan sikap siap tempur Mirajane berdiri di hadapan para merpati.
Laxus menaiki pohon itu. Pohon yang cukup tinggi itu di daki dalam beberapa detik saja.
“Selamat datang kembali.” Sapa merpati berkepala manusia. “Mari kita bertempur...”
KAMU SEDANG MEMBACA
FairyTail : Mirajane & Laxus (TAMAT)
ФанфикCerita ini di persembahkan kepada para pecinta Fairy Tail. Dan ini adalah bagian pertama, bercerita tentang kisah cinta di dalam serikat Fairy Tail. Guild terkuat di Fiore. cerita pertama mengenai Laxus dan Mirajane... silahkan baca. # ingat ini han...