4. Perjalanan Panjang

819 53 3
                                    

“Lihat Laxus...”

Laxus melihat pintu kamar mereka telah terbuka. “Gildart...” segera Laxus keluar dari kamar itu dan mencari Gildart. “Dia tidak ada dimana pun.” Katanya setelah dia mencari Gildart ke seluruh ruangan rumah itu.

“Laxus, ada secarik kertas di lantai kamar. Mungkin dari Gildart.”

Laxus mengambil kertas itu lalu membacanya. “Laxus dan Mirajane. Maaf aku sudah mengunci kalian di kamar. Apa terjadi sesuatu?.” Laxus melihat wajah Mirajane.

Mirajane mengalihkan pandangannya.

“Tentu saja tidak.” Gumam Laxus. Lalu dia kembali membacakan suratnya. “Maaf atas kejahilanku. Hem.. ngomong-ngomong mengenai pekerjaan kalian. Aku sarankan kalian menyerahlah. Lebih baik kalian kembali kepada Makarov dan turuti permintaan beliau. Tertanda Gildart.”

“Gildart bahkan tak menerangkan apa-apa mengenai pekerjaan ini.” Gumam Mirajane.

Laxus meremas kertas itu. “Kita selesaikan tugas ini. Bagaimana pun aku akan kembali satu bulan lagi.” Keegoisan Laxus terpancar saat dia berkata seperti itu.

“Apa yang akan kita hadapi? Naga kah? Monster lain kah?.” Tanya Mirajane.

“Dari pada memikirkannya, mari kita lanjutkan perjalanan kita.” Ajak Laxus.

Dan, mereka pun kembali melanjutkan perjalanannya.

“Lebih dekat jika kita naik kereta api.” Kata Mirajane.

Raut wajah Laxus berubah, dia hendak menolaknya. “Tapi apa alasannya ya?.” Pikirnya.

“Apa kamu mabuk kendaraan?.” Tanya Mirajane.

Laxus tidak menjawab.

“Apa pertanyaanku salah?.” Tanya Mirajane lagi. “Karena bagaimanapun kamu adalah salah satu dari dragon slayer. Walaupun tidak murni seperti Natsu. Mereka yang adalah dragon slayer sangat lemah terhadap kendaraan. Mabuk kendaraan”

“Tidak. Sudah jangan banyak tanya. Ayo kita naik kereta.” Laxus jalan di depan Mirajane.

“Laxus, stasiun keretanya belok kiri.” Kata Mirajane saat dia melihat Laxus berjalan lurus kedepan.

Dengan kikuk Laxus membelokkan tubuhnya ke arah kiri.

Di dalam kereta.

“Karena perjalananya akan jauh jadi aku memesan tiket VIP. Di dalam ruangan ini kamu akan merasa nyaman.” Kata Mirajane.

Perkataan Mirajane bagai angin lalu bagi Laxus. Keringat mengucur deras di dahinya. “Konsentrasi. Aku hanya butuh konsentrasi.” Pikirnya.

Kereta api pun melaju.

“Humph...” Laxus menutup mulutnya.

“Laxus?.” Mirajane mendekatiL Laxus.

“Aku mual.” Wajah Laxus terlihat pucat.

Mirajane menyeka keringatnya. “Apa sebegitu parahnya?.”

Tubuh Laxus gemetar.

“Lucy. Bagaimana dia bisa mengurus Natsu?.” Gumam Mirajane.

“Mira...”

Mirajane duduk di samping Laxus. “Tutup matamu, kereta ini akan cepat sampai.” Mirajane mencoba menenangkan Laxus.

Laxus menaruh kepalanya di pangkuan Mirajane. “Aku merasa kesakitan.”

Mirajane membangunkan Laxus. Sesaat mata mereka saling memandang. Kepalan tangan Mirajane terarah segaris dengan perut Laxus.

“BUK.”

“Mi... Ra...” Laxus pun tak sadarkan diri.

“Maaf Laxus. Aku meninju perutmu, saat kamu sadarkan diri kita pasti sudah sampai di kota tempat tujuan kita.” Bisik Mirajane di telinga Laxus yang sudah tak sadarkan diri.

Laxus terbaring di pangkuan Mirajane. "Dia terus berkeringat." Dia menyeka keringat di dahi Laxus dengan lembutnya. "Sesaat aku memikirkan bagaimana masa depan kita." Pikir Mirajane lalu dia memandang ke luar jendela.

Sesampainya di tempat tujuan mereka.

“Laxus...” Mirajane berlari menghampiri Laxus.

“Tidak adakah cara yang lebih baik daripada memukul perutku hingga pingsan?.” Tanya Laxus. Laxus yang sadarkan diri sesampainya di kota menjadi begitu marah karena pukulan tiba-tiba dari Mirajane.

Mirajane terdiam.

“Aku bisa maafkan tapi kamu gunakan take over untuk itu kan?.”

Mirajane menggelengkan kepalanya. “Aku tidak memakai kekuatan magic.” Kata Mirajane.

“Tapi itu rasanya sakit.” Pikir Laxus. “Kamu bohong!.”

Mirajane menghela nafasnya. “Setidaknya itu membuatmu tenang.”

Masih dalam keadaan marah Laxus jalan mendahului Mirajane, seolah ingin meninggalkannya. “Bagaimana aku bisa hidup dengannya?.” Pikir Laxus.

Mirajane mengikuti Laxus dengan setengah berlari.

Saat di persimpangan jalan.

“Laxus. Belok kanan.” Kata Mirajane.

Mereka berdiri di persimpangan jalan.

“Kalau kamu mau belok kanan, silahkan. Tapi aku mau belok ke kiri.” Laxus hendak melangkah.

“Tunggu Laxus.” Bentak Mirajane.

Suara Mirajane tidak terdengar seperti biasanya, seakan Mirajane akan meledak karena kemarahan yang di pendamnya. Laxus pun terdiam.

Setelah menenangkan diri beberapa saat Mirajane lalu berkata. “Jangan seperti ini. Aku kan sudah minta maaf.”

Laxus tidak menggubrisnya.

“Aku tahu kamu tidak suka di satukan denganku dalam team ini. Kamu juga mungkin membenciku. Tapi Laxus, dewasalah. Kita dalam masa tugas. Setelah semuanya berakhir kamu mau melakukan apapun padaku aku akan terima.” Mirajane mendongak melihat Laxus yang berdiri di hadapannya.

“Wanita ini...” pikir Laxus. “Baiklah.” Katanya.

Mirajane tersenyum.

“Ayo kita lanjutkan perjalanan ini.” Ajak Laxus. Seolah tidak menghiraukan senyuman manis dari Mirajane.

Mereka pun menempuh jalan yang di tunjukkan oleh Mirajane. Meninggalkan kota itu lalu masuk kedalam hutan dan menaiki bukit di sana.

“Tempat ini aneh.” Gumam Laxus.

“Ya. Aku pikir juga begitu.” Kata Mirajane.

Bagaimana tidak aneh, hutan yang awal nya mereka masuki saat itu adalah musim gugur tapi entah kenapa saat mereka masuk lebih dalam dan naik ke sebuah bukit itu cuacanya berubah dan tiba-tiba saja turun salju.

“Apa ini magic?.” Pikir Laxus.

Mirajane memegang butiran salju itu. “ Ini salju asli.”

Laxus kembali melihat ke belakang lalu terlihatlah pemandangan yang aneh. “Apa benar tadi kita melewati jalan ini?.”

Mirajane mengangguk. “Tentu." Mirajane kehilangan keyakinannya saat dia melihat ke belakang. “Kenapa jadi seperti ini?.”

FairyTail : Mirajane & Laxus (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang