Setelah berhasil lulus dari SMA Mandiri dengan hasil ujian yang sangat pas-pasan. Nurman, Udin dan juga Samsuri meneruskan pendidikannya di Jakarta. Meski sangat banyak Universitas berkualitas di Bandung, namun mereka ingin mencari pengalaman. Belajar mandiri dan merasakan adrenalin sebagai anak kos. Mereka akhirnya memutuskan berkelana ke Jakarta, dengan modal nekat dan juga keberanian yang penuh.
"Banguuuunn ... udah pagi woy, lu mau kuliah nggak!" Teriakan sekeras orasi pun mulai terdengar ke kamar kosan mereka, dengan nyawa yang belum penuh sempurna Samsuri mengucek bola matanya.
"Woooy jangan teriak, nggak tahu apa ada orang lagi tidur," balas Samsuri yang tak kalah keras.
"Lu ngapain, Sam? Teriak lagi, gue masih ngantuk nih," gerutu Udin sembari menutup telinganya dengan bantal.
"Nggak tahu juga, perasaan suara alarm hp gue bunyinya kaga gitu," balas Samsuri dengan mata yang masih terpejam.
Karena terganggu dengan suara Samsuri dan Udin, akhirnya Nurman pun ikut terbangun. Perlahan dia membuka mata, menikmati udara pagi yang mulai tercampur dengan polusi, menarik napas perlahan dan menikmatinya.
"Uhhuuukkk ... kok udara Jakarta gak sesejuk Bandung ya." Nurman terbatuk-batuk setelah menarik napas panjang.
"Baunya kaga enak, boro-boro sejuk," gerutu Nurman.
"Sorry, Man. Gue gak tahan pengen berak, tadi kentutnya kelepasan," teriak Samsuri. Dengan cepat Samsuri bangkit dari kasur dan berlari terbirit-birit menuju kamar mandi kosan.
"Bangke lu! Pantesan aja baunya nggak enak."
Pagi hari sudah diawali dengan menghirup kentut Samsuri. Mungkin Nurman harus segera melalukan ronsen karena bisa jadi paru-paru nya terinfeksi dari polusi kentut Samsuri yang harumnya bak sayur basi yang sudah sepuluh hari.
Kosan, kini menjadi tempat dan habitat mereka. Dimana kini mereka hidup, bersatu padu dengan semua lapisan mahasiswa yang la innya. Mereka harus membiasakan diri menyatu dengan bermacam-macam mahasiswa. Dari mahasiswa jorok, cantik, gila, bau ketiak sampai mahasiswa yang tiap hari makan mie instan. Nah yang itu namanya the legend of anak kosan.
Satu-persatu mereka mengantri di toilet untuk membersihkan diri, toilet yang tersedia hanya empat. Sedangkan kamar kosan di tempat ini ada 10, tak terbayang jika pagi-pagi semua anak kuliahan berebut toilet. Berebut gebetan saja membuat sebagian orang merasa lelah. Apalagi harus diawali hari dengan rebutan toilet.
Pengalaman pertama mereka menjadi anak kos adalah mengantri di depan toilet layaknya ibu-ibu yang mengantri bubur kacang hijau di kelurahan setelah mengimunisasi anak mereka.
Jika saat mereka di rumah mereka bebas menggunakan toilet, tidak dengan di sini. Semua harus terkontrol dengan baik. Entah stok air, durasi mandi bahkan durasi buang air besar pun kini bisa menjadi masalah baru bagi mereka.
Namun semua itu harus mereka jalani, sekarang mereka harus bisa mengatur waktu, uang, dan juga air tentunya. Air yang di sediakan pihak kosan hanya terbatas, jadi siapa yang bangunnya kesiangan dengan berat hati harus mandi dengan caci maki Ibu kos bukan dengan air, karena air yang sudah habis. Kecuali mereka mandi layaknya kucing, pasir di loteng stoknya masih banyak. Bisa jadi alternatif yang bagus.
*****
UNIVERSITAS PELITA INDAH LAKSANA, itulah nama kampus mereka. Univeristas ini di pilih secara acak, jadi mereka bertiga mengumpulkan nama-nama kampus yang ada di Jakarta dan di tulis dalam secuil kertas lalu di gulung kecil. Kemudian di masukan ke dalam gelas untuk di kocok, alhasil yang keluar adalah nama Universitas itu. Dengan persetujuan ketiganya akhirnya mereka mendaftar, dan di terima menjadi mahasiswa di menit-menit terakhir. Setelah ada beberapa mahasiswa yang sudah mendaftar dan mengikuti tes malah mengundurkan diri. Dengan keberuntungan itulah mereka akhirnya bisa berkuliah di Universitas ini. Memang kadang cara mereka memilih kampus saja tidak masuk akal, namun semua itu bisa terjadi pada mereka.
Dengan langkah tegap mereka mulai berjalan menuju area kampus, Samsuri terus saja memandang logo dan nama Universitas kampus mereka yang terdapat di halaman kampus. Sedangkan Nurman dan Udin sibuk melihat kakak senior yang bening di seputaran kampus.
"Itu cewek apa piring hadiah sabun colek, bening banget ...," sahut Udin tak henti menatap satu persatu mahasiswi di kampus itu.
"Gila ... di sini ceweknya banyak banget, ini kampus apa tempat relokasi kali jodoh," balas Nurman yang sama-sama terpesona.
Bukan berapa wanita cantik di dunia, tapi adakah wanita yang mau dengan mu? Itulah yang harus di pikirkan mereka sebagai kaum jomblo akhir zaman.
"Aneh nih kampus, masa kalau di singkat jadi UPIL?" Samsuri yang memecahkan kosentrasi mengeceng dari kedua temannya itu mengkritik nama kampus mereka.
"Maksud lu, sam?" tanya Nurman langsung membalikan badan ke arah Samsuri.
"Lu singkat aja UNIVERSITAS PELITA INDAH LAKSANA, kalau di singkat jadinya kan UPIL," jawab Samsuri tegas.
Kemudian Nurman dan Udin saling berpandangan, hingga akhirnya beberapa detik kemudian mereka sadar.
"Njiirrr iya banget, kita bayar mahal-mahal cuman buat belajar di UPIL? Nih UPIL gue aja dari tahun kemarin belum di tambang," jawab Udin sembari membuka hidungnya lebar-lebar kek pintu kemana saja milik Doraemon.
"Terus gimana kalau nanti pas gue pulang ke Bandung? Pas ditanya kumpulan keluarga. Kamu kuliah dimana? Upil tante ... kok nggak enak ya jawabnya," ujar Nurman mengkhayal jauh.
Nama Universitas ini memang aneh jika mereka simpul kan sendiri, tetapi yang jadi masalah adalah saat mereka melamar kerja. Mungkinkah ada perusahaan yang mau menerima lulusan universitas UPIL? Mungkin saja, perusahaan sedot tinja akan merekrut mereka menjadi kariyawan yang totalitas dalam pekerjaanya.
"Yang milih Universitas siapa sih? Kok milihnya Universitas gini, aneh tahu." Udin menggerutu protes. Bagaimana tidak, mereka pergi jauh dari Bandung dan mengeluarkan cukup banyak uang. Tapi akhirnya mereka kuliah di Universitas bernama aneh seperti ini.
"Lah kemarin kan gue tahunya nama Universitasnya itu UNIVERSITAS PELITA INDAH LAKSANA, mana kepikiran gue kalau di singkat jadi UPIL," balas Nurman.
"Ya udah gue singkat aja jadi UNPEILA nah, nggak terlalu aneh kan?" saran Udin.
"Sama aja kali, malah makin aneh," gerutu Nurman.
"Udah, dimana pun kuliahnya be-es-ai aja," jawab Samsuri dengan jempolnya yang mengangkat.
"Itu beda onta!" ketus Nurman dan Udin.
~Bersambung~
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahasiswa KOPLAK [DITERBITKAN]
Humor[SEQUEL KETUA OSIS KOPLAK] TERSEDIA DI TOKO BUKU . setelah melalui revisi ... dan segera diterbitkan berbeda versi dengan cerita sebelumnya. . Nurman Suherman, adalah mahasiswa yang sedang mengejar cita-citanya melalui bangku kuliah, bersma dua te...