BAB 4

31.5K 2.7K 164
                                    

Bertemu sepotong hati masalalu

Selepas senja, Nurman memilih untuk mengasingkan diri dari kedua temannya. Dia masih memikirkan apa yang terjadi di kantin kampus siang tadi, dia merasa bingung harus percaya atau tidak jika itu adalah Endryani. Wanita yang dua tahun kebelakang pernah membuat tidurnya tidak nyenyak karena memikirkan kepergiannya.

"Nggak bisa gitu! Pokonya saya duluan yang pesan kursi ini." Teriak seorang cewek yang tengah naik pitam berdiri di samping meja yang Nurman tempati.

"Eh mbak yang duluan sampai ke sini itu saya," jawab Nurman. Untung saja suasana kafe sedang sepi jadi tidak terlalu mengganggu pengunjung yang lainnya. Padahl banyak meja yang kosong, namun meja yang ditemati Nurman adalah meja favirot karena view nya yang bagus.

"Tapi gue udah pesan meja ini online! Nggak bisa gitu dong," dengus si cewek.

"Mbak pesan online? Ya udah duduknya juga online aja," jawab Nurman cuek.

Zaman now serba online memang, selain belanja, membaca bahkan tertawa online. Mungkin suatu saat akan ada Presiden negeri Online. Yang memberikan santunan kuota gratis bagi pakir kuota dan penganut wifi garis keras.

"Wah kalau gitu lu cari ribut sama gue ya ...." Si cewek tangguh itu mulai melipat lengan baju panjangnya.

"Maaf, Mbak saya ke sini mau cari kopi bukan cari ribut," jawab Nurman santai sembari membaca buku menu kafe. Cuek, ini tingkah Nurman yang wajar. Dia selalu masa bodoh dengan masalah yang menurutnya tidak penting.

"Lu nggak tahu gue juara karate?" teriak sekali lagi si cewek bringas itu. Meski terlihat cantik dan gemes, tetapi sepertinya dia tidak sejinak cabe-cabean biasanya.

"Nggak perlu tahu, Mbak. Nggak akan masuk soal UN juga," jawab Nurman polos.

"Embak lagi! Gue masih muda!" ketusnya.

"Masih muda? Ya udah jangan marah-marah kalau udah tua kan repot, mana bisa ikut lomba karate antar RT."

"Lu ngeselin, yak. Gue hajar mati lu!" Dengan cepat wanita bringas itu mengambil alih buku menu yang sedang di pegang Nurman.

"Kalau mau mesen bilang, jangan ngerebut punya orang. Tuh buku menu masih banyak," gerutu Nurman sembari menoleh cewek galak itu.

"Sana pergi!" usir si cewek galak.

Nurman menggelengkan kepalanya, "oke."

"Lu gila! Bilang oke tapi kepala geleng," gerutunya lagi.

"Kenapa malah ribut sih Shasha, cuman di tinggalin ke toilet juga." Suara perempuan bernada lembut datang menghampiri si cewek galak yang sepertinya sedang PMS dua kali lipat.

"Tapi kan saya duluan yang duduk di sini, Mbak. Masa saya yang di usir," gumam Nurman.

"Iya nggak apa-apa ... Maa—" tak lama wanita itu menoleh ke arah seseorang yang di ajak ribut oleh sodaranya itu.

"Endry?" Nurman dengan wajah bingungnya menatap seorang perempuan yang tak asing baginya, namun kini dia sudah berbeda ada di hadapannya.

"Nu--"

"Nu— apa? Nunung OVJ?" serobot Shaha.

Ini orang ngomongnya nyerocos banget, mana namanya kek nama micin emak gue, gerutu dalam hati Nurman.

"Nurman Suherman? Mantan ketua OSIS SMA Mandiri?" lanjut wanita itu tanpa menghiraukan perkataan Shasha sebelumnya.

"Kamu manusia berpipi?" tanya Nurman seakan tak percaya.

Dia melihat seorang wanita yang hampir dua tahun lebih tidak bertemu bahkan saling sapa. Media online memang sudah menjamur. Namun sekeras apapun Nurman mencari keberadaan Endryani pada akhirnya tidak menemui titik terang. Hingga akhirnya Nurman menyerah mencari medsos Endryani.

Mahasiswa KOPLAK [DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang