BAB 7

28.8K 2.5K 211
                                    

Hujan itu Air

Butiran air hujan mengguyur kota Jakarta, memang pada zaman sekarang cuaca sudah seperti perasaan gebetan. Tidak bisa ditebak dan kadang labil. Tadi siang matahari masih terlihat begitu gagah, namun sore ini matahari seperti malu dan enggan keluar. Kini langit berbuah menjadi hitap pekat, dengan guyuran hujan yang memborbardir daratan ibu kota.

Nurman sedang meneduh di halte bis dekat kampus, karena hujan dia tidak bisa pulang. Samsuri dan Udin sedang tidak bersamanya karena mereka masih betah di kampus. Nurman merasakan malas lama-lama di kampus dan ingin segera pulang setelah kelas beres lalu dia bisa tidur dengan nyaman di kosan.

'clung' ponsel Nurman berdering masuk sebuah chat dari grup Tiga Mahasiswa tampan. Ya, isi grupnya tentu hanya merka bertiga.

"Hujan gini enaknya ngopi, Bro. ngopi napa." Udin mengirim foto segelas kopi di kantin dengan pemandangan wanita cantik di depannya.

"Bangke gue gagal fokus sama cewek di depannya," balas Samsuri di grup.

"Lu di mana Sam?" Tanya Udin.

"Baca buku." Kemudian Samsuri mengirim foto tumpukan buku di depanya, namun lagi-lagi di depanya terlihat ada wanita cantik berkacamata tengah membaca.

"Ini kadal bisa banget modusnya elah, lu baca apa modus!" balas Udin.

"Lagi baca buku modus yang baik dan benar din, ahahah."

"Si Nurman read doang, lu kira ini grup iklan baris Koran apa!" Udin dan Samsuri kesal karena Nurman tak kunjung juga ikut nimbrung, padahal dia membaca percakapan kedua temannya itu.

"Gue BT!" balas Nurman sembari mengirim foto jalanan yang basah dan hujan yang tak kunjung reda.

"Ahahah gue udah bilang bakal hujan, lu sih keras banget pengen cepetan pulang."

"Mau tidur gue, ngantuk."

"Makanya sini ngopi," jawab Udin.

Nurman hanya bisa tersenyum membaca chat grup, dia kemudian menyimpan ponselnya ke saku celananya. Nurman melihat dari jauh Endryani tengah berlalari menuju dirinya. Namun sebuah mobil menerjang genangan air yang sontak mebasahi baju dan juga tubuh Endryani yang tengah berjalan di samping jalan, tersembur cimpratan air gengan di jalan itu membuat baju dan badannya menjadi kotor.

"AAAAAAAAAA ...." Teriak Endryani.

Endryani melanjutkan berlalri Karena hujan semakin deras, akhirnya dia sampai di halte dimana Nurman sedang meneduh, bajunya basah dan kotor dengan cipratan genangan air di jalanan. Dia sedikit mengigil sembari membenarkan rambutnya yang berantakan. Beberapa orang yang ada di halte bis, termasuk pedagang kopi keliling hanya bias melihat Endryani yang basah kuyup.

"Kamu kenapa?" Nurman refleks mendekati Endryani.

Endryani yang tengah membenarkan rambutnya menoleh kearah Nurman, "Eh ada kamu?" Tanya balik Endryani. "Nggak pulang?"

"Ini lagi di rumah," jawab Nurman.

"Isshhhh," gumam Endryani.

"Lagian nanyanya gitu, kalau aku udah pulang gak akan ada di sini."

"Iya deh iya, aku salah nanya."

"Kok basah gitu? Lagian hujan-hujanan lagi shooting film india?"

"Itu tadi mobil ngeselin!" ketus Endryani.

Nurman membuka jaket yang dia pakai, untung saja dia membekal jaket di tasnya hingga saat tadi hujan turun dia bisa menggunakannya agar tidak kedinginan. Namun sepertinya sekarang Endryani lah yang sedang membutuhkan jaket, karena nampaknya dia sangat kedinginan.

Mahasiswa KOPLAK [DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang