Shita mendongak keatas, matanya menatap pintu yang masih tertutup rapat. "Kenapa Karin belum keluar juga ya?" gumam Shita bertanya pada dirinya sendiri. Penasaran. Shita mulai melangkah menuju kamar putrinya.
"Karin?? Kamu udah bangun?" tanya Shita, sambil mengetuk pintu kamar putrinya. Setelah lama menunggu. Tidak ada yang menjawab. Akhirnya Shita masuk kedalam kamar putrinya. "Karin?" Shita terkejut. Putrinya belum bangun juga.
"Karin! Ayo bangun!. Udah telat!" Shita menggoyangkan tubuh Karin perlahan.
"Mm?" gumam Karin membuka matanya perlahan.
"Ayo bangun!. Makanya bunda suruh tidur ya tidur. Kamu malah asik bercanda sama Zay sampe larut malam. Kesiangan kan bangunnya" nasehat Shita.
"Aku kan kangen bun.." Karin sudah keluar dari alam bawa sadarnya.
"Hmm.. Kalo gitu bunda keluar dulu. Kamu cepat ya!. Nanti Zay lama nunggunya." Shita keluar dari kamar Karin.
"Bang Zay?" Karin kembali dilanda bingung dihari keduanya bersama Zay.
***
Karin perlahan melangkah menuju ruang makan. Tapi matanya berbelok menuju ruang tamu. Ada seorang lelaki yang sangat ia kenal. "Bang Zay?" ujar Karin kaget."Hai!. Lo lama banget sih!. Udah 5 menit gue tungguin!" omel Zay.
"5 menit doang!. BTW kenapa lo kesini?" tanya Karin berdiri didepan Zay.
"Mulai sekarang kita kan berangkatnya bareng" jawab Zay.
"Oh!!. Seru dong. Tapi, gue belum kasih tau Mia"
"Mia? Siapa?" belum sempat Karin menjawab pertanyaan Zay. Shita menyuruh mereka sarapan.
"Udah ngobrol rupanya. Ayo sarapan dulu" suruh Shita.
"Nanti aja tante, aku mau langsung berangkat aja" Zay meraih kunci motornya.
"Iya bunda." sambung Karin singkat.
"Ok. Hati hati ya"
"Ya bunda" Karin dan Zay bergantian menyalami Shita. Mereka berdua melangkah keluar. Zay membawa motornya keluar dan Karin membuka pagar rumahnya.
"Karin!! Karin!!" Sorak Mia dari luar. Dan bersamaan Karin selesai membuka pagar rumahnya.
"Hai Mia" sapa Karin.
"Hai" sambung Zay.
"Hai..." Mia terpesona dengan Zay. Mia menarik tangan Karin. Lalu berbisik. "Karin, ini cogan tetangga baru kita. Kok lo bisa deket banget duluan sih?" Bisik Mia.
"Oh itu. Ini kenalin bang Zay. Teman kecil gue. Bang ini Mia"
Zay dan Mia berjabat tangan."Oo.." Mia mengangguk pelan. Tetap berusaha memandangi wajah Zay yang tampan.
"Mia. Mulai sekarang Karin gue yang anter kesekolah" Zay memeluk pinggang Karin dari samping.
"Okay." jawab Mia singkat. Masih terpesona dengan Zay.
***
Mereka berjalan berdampingan, siapa lagi kalau bukan Karin dan Zay. Mia mendengus kesal, pasalnya dia hanya menjadi nyamuk."Gue ke kelas duluan ya, bye!" Mia menghentakkan kakinya, berjalan dengan kesal.
"Kenapa temen lo?" tanya Zay merangkul pundak Karin
"Ngga tau, ngambek kali"
"Siapa tuh sama Karin?, akrab banget?"
"Tuh cowok ganteng banget, kok bisa sama most wanted ya?"
"Si cabe dapet mangsa tuh!"
"Wah, anak baru jadian sama most wanted"
Disepanjang koridor Karin dan Zay hanya mendengar ocehan tak jelas dari orang yang iri kepadanya, mungkin?. Zay heran kenapa dia digosipkan di sekolah ini?. Dia mengangkat bahunya tak mengerti dan beralih memandang Karin.
"Lo most wanted?" tanya Zay penasaran
"Kalo iya, kenapa?"
"Wah, mantap nih. Baru masuk sekolah gue udah dapet most wanted duluan" Zay girang
"Ngapa sih lo? Itu aja bangga" Karin menghentikan langkahnya, berlalu masuk ke dalam kelasnya. Meninggalkan Zay sendirian. Zay yang belum terlalu mengerti situasi sekolah, dia malah menyelonong masuk menghampiri Karin,
"Rin! Anterin ke kelas dong!" Zay memukul meja Karin sangat keras, sehingga seisi kelas menonton mereka.
"Manja banget sih lo bang!" Karin tak memperdulikan Zay
"Ayolah, habis itu lo ajak gue keliling sekolah ya!" Zay menarik tangan Karin.
"Ck, iya iyaa" Zay tersenyum senang. Seisi kelas hanya memberi tatapan aneh. Kenapa mereka bisa begitu akrab?. Kalimat itu yang ada dipikiran siswa yang ada dikelas Karin.
***
Hy guys!
Gimana? Kalian enjoy ngga bacanya?
Ini blak-blakan banget ya?😂
Soalnya aku lagi males mikir
Ok. Cuma itu doang!
Bye..!😘
Salam hangatVoment never forget !
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Love
Teen FictionKisah seorang gadis yang sangat plinplan dalam hidupnya. Sehingga dia hampir kehilangan apa yang berarti dalam hidupnya. Penasaran? Baca aja:)) Don't copy my story, please