"Bang Zay!!! Ayok!!" teriak Karin saat keluar dari mobil Zay. Dia merentangkan tangannya karena lelah setelah banyak berbelanja. Dia melirik kesamping, disampingnya Zay dengan susah payah membawa semua cokelat yang sudah dibeli oleh Karin. Tapi tepatnya punya Zay sih, karena Zay yang membayarnya.
"Tunggu napah? Berat tau ngga" ujar Zay hampir terhuyung ke samping karena keberatan. Bagaimana tidak? Saat ini dia membawa dua kantong plastik besar yang semuanya hanya berisi cokelat.
"Gitu aja ngga kuat. Lembek!" ejek Karin lalu berlari masuk kedalam rumahnya dan terus melangkahkan kakinya menuju kamarnya.
"Dasar cewek" kesal Zay membawa kantong berisi cokelat itu dengan hati hati.
Zay sampai didepan kamar Karin. Tapi sekarang dia hanya membawa sebagian cokelat yang dia beli. Selebihnya dia masukan kedalam kulkas.
"Dek" Zay mengetuk pintu kamar Karin
"Masuk aja kali Bang" teriak Karin dari dalam kamarnya.
Zay meraih kenop pintu, lalu masuk. Zay melihat seorang gadis cantik mengenakan kaos hitam polos dan celana pendek berwarna putih sedang memainkan HP nya. Dengan malas, Zay melempar sembarangan kantong plastik kecil yang berisi cokelat. Sehingga banyak cokelat yang berserakan dimana mana.
"Woi! Berantakan. Kalo ngasih tuh ikhlas kek?!" ujar Karin memungut cokelat yang ada didekatnya. Lalu membuka bungkusnya dan memasukan cokelat kecil kedalam mulutnya.
Dia menutup matanya menikmati cokelat yang ada di dalam mulutnya. Dia merasakan ada yang manis didalam mulutnya. Lalu ia sadar rasa manis itu berasal dari caramel yang ada didalam cokelat yang sedang ia kunyah.
"Enak" gumam Karin pelan.
"Makan sendiri doang" Zay berbaring disamping Karin. Lalu mengambil cokelat yang ada ditangan Karin dan memakannya. Sesuatu yang manis juga dirasakan oleh Zay.
"Bang besok kita jalan-jalan yuk" ajak Karin tiba tiba. Karin duduk lalu memandang wajah Zay yang tengah menikmati cokelatnya itu. Ganteng, Karin terpesona dengan ketampanan Zay.
"kemana?" tanya Zay sembari meniru posisi tubuh Karin yang ada didepannya.
"Ke pantai aja. Tadi Mia yang ngajak soalnya" Karin mengambil cokelat yang ada di sampingnya lalu memakannya dengan lahap. Tak puas, Karin mengambil semua coklat yang ada di atas kasurnya lalu memasukkannya semuanya ke dalam mulutnya. Zay yang menyaksikan itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Bertiga doang?"
"Enghgha, khatasnyya Bhuangg Dhiyto ikhuty" ujar Karin dengan mulut yang masih penuh dengan coklat
"Lo ngomong apa sih Dek. Lo tuh ya masih suka bicara sambil mulut penuh dapat kebiasaan jelek dari mana sih?" omel Zay mengumpulkan sampah cokelat yang dimakan Karin.
Karin menelan semua coklat yang ada di dalam mulutnya. Matanya kembali terpejam karena merasakan manis yang luar biasa. "Engga katanya Bang Dito ikut" Karin mengulang kata katanya.
Zay mengangguk seraya membuang sampah plastik cokelat kedalam tong sampah yang berada di samping meja belajar Karin.
"So?"
"Oke, kita ikut. Tapi kita naik mobil aja ya" tawar Zay. Zay masih mengingat jelas bahwa Karin sangat mudah kedinginan.
"Asik!! Yaudah gue telfon Mia dulu" Karin meraih HP nya yang ada diatas nakas. Dan mencari kontak seseorang lalu menekan tombol video call.
"Hallo sayang!" sorak Karin mengarahkan wajahnya dan wajah Zay kearah kamera.
"Iya baby! Ada apa?" tanya orang yang disebrang sana
"Kita jadi jalan jalan!!" teriak Karin lagi
"Serius?! Bang Zay itu ya?" Mia baru menyadari Zay berada disamping Karin. Yang tengah asyik mencomot cokelat yang ada di tangannya.
"Iya. Eh, lo lagi di balkon ya?"
"Iya nih, lagi mandangin kamar lo" arah balkon kamar Mia dan Karin saling saling berhadap-hadapan walau jaraknya berjauhan mereka masih bisa melihat dengan jelas apa yang dilakukan oleh lawan bicara nya.
Karin berjalan keluar menuju balkon kamarnya dan diikuti oleh Zay.
"Hei! Lo lihat gue ngga?" Karin melambaikan tangganya. Zay yang heran, lalu dia melihat kearah mata Karin tertuju. Zay melihat seorang gadis, yang juga sedang melambaikan tangannya. Melihat itu, Zay juga Melambaikan tangannya.
"Iya. Gue lihat kok. Omeji! Itu Bang Zay yang ngelambaiin tangannya ke gue ya?" sorak Mia wajahnya berseri seri.
Karin beralih menatap Zay, "Iya" jawab Karin singkat.
"Woah!! Disapa sama cogan senengnya!!" Mia melompat lopat kegirangan.
"Lebay. Jadi gimana nih Bang Dito beneran ikut?"
"Biarin. Wee. Iya Bang Dito ikut, orang dia yang ngajak. By the way, on the way, busway, kita besok berangkat jam berapa?"
"Jam berapa ya? -sore aja- aish! Main ikut ngomong aja -kan gue yang nyetir besok ya gue lah yang ngatur- serah!" Zay mengambil alih HP Karin.
"Bang Zay! Gantengnya..!!! Emm jadi sore besok Bang, kalau gitu gue kabarin Bang Dito ya Bang. Bye!" Mia menutup telfonnya sepihak.
"Ish! Si Mia main tutup aja! Lo juga sih Bang main nyamber aja!" Karin merebut HP nya meletakkannya nakas, dan tidur sambil memeluk bantal gulingnya.
"Lah itu aja ngambek" Zay juga ikut berbaring disamping Karin.
"Ngga boleh ikut tidur! Pergi sana" usir Karin. Karin mah gampang ngambek.
Zay tak mendengarkan ucapan Karin malah tertidur. "Ish si tai mah baru aja bebaring udah langsung tidur! Au ah mending gue tidur juga, capek" sungut Karin tak jelas, memejamkan matanya. Tak lama ia sudah berada didalam mimpinya.
❄❄❄
Panjaaang......??
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Love
Подростковая литератураKisah seorang gadis yang sangat plinplan dalam hidupnya. Sehingga dia hampir kehilangan apa yang berarti dalam hidupnya. Penasaran? Baca aja:)) Don't copy my story, please