13. Sandiwara

843 53 9
                                    

"lo gak bakalan ngomong apapun kan soal adam" ucap adrian menarik lengan viko.

"Lo tau adam salah tapi masih lo biarin. Kalo lo mau jujur gue akan bantu, drian"

"Gue ada bukti kok...tapi dokter bilang romeo udah baikan. Jadi gue rasa, bukti ini gak perlu"ucap adrian dengan santai.

"Gue gak ngerti cara berpikir lo, drian. Lo tau adam salah, tapi lo biarin. Asal lo tau, dia akan tetap berbuat salah. Awalnya kesalahan kecil dan lama-lama akan besar adrian"

"Trus mau lo, gue ngapain? Seret dia kepenjara? Untungnya apa buat gue? Toh romeo udah sadar sekarang. Adam cuma mau kita gak ngusik hidup dia. Ya udah, kelar kan urusan kita" ucapnya dengan keukeuh.

"Lo gila, drian. Suatu hari lo akan nyesel ngebiarin tindakan adam yang salah ini" ucap viko marah dan meninggalkan adrian.

"Gue tau... Tapi gue gak bisa liat dia di penjara. Gimanapun juga dia adalah temen deket gue dulu. Dia temen pertama gue di SD, meskipun berubah seperti sekarang" ucap adrian sedikit bergumam.

Viko berjalan dengan kesal. Tentu saja dirinya kesal, kalo dia jadi adrian pastilah dia akan ngelaporin adam atas tindak kejahatannya. Apa jadinya kalo romeo gak selamat. Ah tapi dirinya tidak bisa melakukan apapun karna dirinya tidak memiliki bukti konkret selain adegan yang menari-anri di otaknya. Adegan yang menunjukkan seberapa tebal topeng yang digunakan adam.

"Gimana, adrian mau nuntut adam kan?" Tanya roman saat melihat viko berjalan mendekat. Namun viko hanya menggeleng pelan.

"Kenapa? Kita semua tau adamlah otak semua kejadian ini. Lo tau dia bisa kena pasal percobaan pembunuhan tau gak"

"Gue tau, tapi kayaknya adrian berat joblosin adam ke penjara"

"Gila... Emas banget hatinya adrian. Gue gak sangka pangeran kutub itu punya hati kaya emas. Bener ya kata pepatah 'dont judge book from the cover' "

"Siapa sangka, adam yang kelihatan humble, baik, perfect gitu punya hati yang gelap dan kotor. Sementara adrian yang keliatannya cuek, songong, belagu lagi malah hatinya kaya intan permata. Salut gue" puji roman setinggi langit.

"Gue pikir-pikir, eneg gue liat muka si adam. Semoga aja gue gak akan pernah liat mukanya yang 'fake' itu"ucap roman

"Sama gue juga, man. Tapi mendingan kita act like nothing happen didepan dia. Pura-pura gak tau gitu. Males juga gue berurusan sama dia" ajak viko dan roman menyanggupinya, karna sejujurnya dia tidak ingin juga berurusan dengan adam yang notabene anak populer, kaya dan berpengaruh.

"Oke lets act" ucapnya

***
Keenam murid yang melakukan tindak pengeroyokan itu di DO dari sekolah. 3 diantaranya anggota OSIS. Tidak ada seorangpun dari mereka yang mau membuka mulutnya dengan menyeret nama adam. Ntahlah, apa yang diberikan adam kepada mereka hingga mereka rela menjadi anjing peliharaan adam.

Kini gue tak lagi melihat adam dengan tatapan yang sama. Semakin hari gue melihat kejanggalan sikapnya yang gue rasa terlalu berlebihan dibuat perfect. Kedekatannya dengan caca membuat gue khawatir. Gue takut adam nekat dan melakukan sesuatu kepada caca. Gue berdoa aja sih semoga adrian secepatnya bisa melindungi caca dari sahabat sekaligus rivalnya itu.

"Ko, selamat ya atas kelulusan lo" ucap seorang wanita yang selalu bikin hari gue berwarna akhir-akhir ini.

"Tumben lo kasih bunga, jadi terharu gue" ucap gue menerima bunga darinya.

"Gak usah GR. Kan tanda perpisahan"

"Lah kok perpisahan sih darl, kan gue cuma pindah sekolah aja. Gue masih di bandung kok. Anyway kalo lo tau gue ketrima di ITB" ungkap gue memberikan kabar gembira gue padanya.

"Seriusan!!! Traktir-traktir !!! Ah gila kok mau ya ITB nerima lo. Khilaf kali komputernya jadi nama lo kedeteksi"ucapnya, buru-buru kesentil jidatnya agar tidak ngaco ngomongnya.

"Sialan, enak aja lo. Gue emang pinter tau. Lonya aja yang gak sadar.lo terlalu terpukau sama kemampuan orang fake sih" ceplosku

"Orang fake? Maksudnya?"

"Ah enggak. Yok ah...gue traktir. Lo mau kemana?" ucap gue mengalihkan pembicaraan sambil merangkul bahunya

"Pizza hut please...gue lagi pengen"

"Ngidam lo, kan belum gue jamah. Kok udah ngidam sih"

"Omongan lo gak pake filter sih. Kampret lo. Ayok ah" ucapnya sambil ketawa-ketawa masuk mobil gue.

Sesampainya di tempat, kebetulan lagi rame juga. Kami berdua mencari tempat.

"Eh itu si adam sama caca, kesana aja yok ko" ucapnya sambil menunjuk meja keduanya. Aku hanya mendesah tidak suka.

"Hei bang, cie yang udah lulus nih. Selamat ya bang"kata caca dengan senyum diwajahnya

"Eh iya, selamat bang, akhirnya lo lulus juga, jadi mahasiswa mana lo?" Tanya adam penasaran.

"ITB dong. Oh iya ca, si adrian ketrima dimana?" Tanyaku menanggali pertanyaan adam dan menanyakan sesuatu ke caca.

"Wiiihhh sama, ian juga masuk ITB kok, eh bentar ya bang, halo..." Ucap caca terputus karna ada telpon masuk.

"Udah deket ya, iya caca udah didalem yang, masuk aja. Ok" ucap caca sambil menutup ponselnya

"Pasti sepupu resek gue" tebak vira. Caca hanya mengangguk senang. Terlihat adrian masuk bersama pemuda yang udah cukup lama gak ketemu gue.

"Gimana kabar lo rom, baik-baik aja kan lo" tanya gue. Romeo tersenyum saat melihat gue namun jadi datar saat menatap adam sekilas

"Alhamdulillah kok bang, sehat hehe. Abang sendiri gimana bang? Kuliah dimana nih"ungkapnya kemudian duduk disebelah gue sedangkan adrian duduk di sebelah caca.

"Hei dam" sapa adrian kemudian adam tersenyum seolah-olah tidak terjadi apapun. Kali ini adam duduk berhadapan dengan vira.

"Yang, udah pesen?" Tanya adrian sambil merangkul bahu caca.  Gue bisa lihat adam berusaha menahan ekspresi wajahnya.

"Lo tetep di bekasi ? Gimana enak di bekasi rom"

"Iya bang. Alhamdulillah juga 'temen' gue baik-baik bang. Walauoun sekarang gak aktif lagi jadi 'organisatoris'. Tapi so far gue 'enjoy' sama hidup gue" ucapnya penuh penekanan pada beberapa kata.

"Baguslah. Lagian lo juga baru sembuh juga kan. Eh kabar nyokap sama adek lo gimana?"tanya gue.

"Sekarang mereka gue boyong ke bekasi bang. Thanks banget berkat ortu adrian. Kami bisa serumah lagi. Lagian gue gak mau 'kecewain' mereka lagi dengan semua 'fitnah' itu. Gue yakin kok namanya 'bangkai busuk' tuh bakalan kecium kok meskipun di siram 'parfum' seember" ucap romeo sarkasme.

Cari mati aja nih anak.

"Lo bisa aja, tambah pinter aja lo. Yang penting kan udah ketangkep semua yang ngeroyok elo"ucap gue santai

"Iya tapi cuma 'satu orang' yang lolos. Entah 'sembunyi' dimana dia sampe gak ketauan" ungkapnya dengan tatapan menerawang ke atas.

"Emang ada satu yang lolos yang rom?kok bisa sih" Tanya vira penasaran. Tubuhnya sudah dicondongkan ke gue saat bertanya.

"Yoa, gak tau sih vir, berapa banyak 'duit' yang dia keluarin buat ngebungkam mulut keenam orang itu. Tapi gue yakin idupnya gak bakalan 'tenang', selalu cemas gitu kan"

"Pastilah banyak rom. Ih serem ya, kok ada sih orang kaya gitu. Jahat banget ih. Gue rasa tuh orang hatinya cuma dipenuhi rasa iri, dengki doang dah. Mana enak idup ketakutan gitu,  Eh lo gak mau kasih tau polisi apa, biar diusut sampe tuntas" tanya vira

Ada vir, noh orangnya duduk di depan lo

"Gaklah vir, biarin aja. Gue yakin Allah Maha Adil kok, suatu hari nanti pasti dia ketahuan juga. Biarkan sang waktu aja yang membuka kebobrokannya" ucap romeo sok puitis

"Sok jadi penyair lo. Udah buruan pesen. Laper gue" ucap adrian menghentikan pembicaraan ngawur kami. Tentu saja untuk menjaga perasaan sahabat sekaligus rivalnya itu.

"Iya bawel" gerutu romeo.

To be continued

The Destiny Of Love (END)Where stories live. Discover now