12. Topeng

690 47 0
                                    

3 hari semenjak kejadian itu, hubungan gue dan vira jadi lebih akrab dari biasanya. Gue juga sering jalan sama dia. Walaupun cuma makan atau anter dia ke toko buku.

"Lo pacaran ya sama vira?" Tanya roman berjalan menuju bangkuku.

"Hah...apaan? orang kita cuma temenan doang. Lagian belom gue tembak udah ditolak gue"curcol gue.

"Hahaha... Seorang viko ditolak cewek? hmm... Berita besar nih. Oh iya, gue kok tadi liat adrian ya"

"Adrian? Ngapelin caca kali?" Ucap gue asal.

"Masa sih, gak tau sih. Tapi kayaknya ada perlu gitu sama adam. Soalnya dia tadi nanyain kelas adam gitu sama adek kelas"

"Adam... Ada keperluan apa?"gumamku sementara roman hanya angkat bahu tanda tidak tau dan tidak peduli.

"Ya gak tau gue. Lo sangka gue mama loren apa bisa nebak2 gitu"

"Iya gue diangkat jadi muridnya, mau apa lo ? Ya udah deh, gue ngantin dulu"

"Gak balik lo ko"

"Gak, males" ucap gue langsung nyelonong keluar sambil menenteng tas.

***
Ya gini kalo ngantin jam pulang sekolah, kita cuma bisa beli cilok. Gue langsung borong 30 rb pentol kecil itu. Mang iwan langsung seneng bukan main, akhirnya dagangannya laku juga. Setelah menunggu mang iwan iketin plastik cilok pesenan gue. Gue pamit pergi ke belakang sekolah. Paling enak nih makan sambil ngerokok di belakang sekolah.

"Apa maksud lo ngomong masalah kas ke tante raya!" Teriak seseorang.

"Gue cuma ngomong apa adanya. Gue rasa ibunya perlu tau. Dimana letak kesalahan gue" tantang seseorang.

"Diem lo! Gue gak ngomong sama lo tapi sama ADAM !" Teriaknya lagi

Semakin penasaran gue percepat langkah gue ke halaman belakang sekolah. Terlihat 7 orang murid laki-laki berpakaian seragam sekolah kami dan 1 orang murid laki-laki berseragam sekolah tapi bukan sekolah kami. Bukannya malah berdiri disana gue malah bersembunyi di balik dinding berusaha mendengarkan percakapan sambil mengetik sesuatu ke roman.

"Apa sih masalah lo sama romeo, dam! Apa salah dia ke lo!" Ucap murid berseragam yang bukan sekolah gue. Gue yakin dia, adrian. Namun adam hanya senyum dengan wajah tanpa dosanya.

"Lo ngomong apa sih ian. Gue gak tau maksud lo?lagian tujuan gue kesana baik kok. Gue cuma mau jengukin 'temen' yang lagi sakit" ucapnya dengan tenang tapi menekan kata 'teman'.

"Tujuan baik? Yakin lo? Bukan mau mastiin romeo dah mati apa belom?"terdengar nada sinis di untaian kata yang adrian lontarkan.

"Gue gak tau senegatif itu lo mikir tentang gue, ian. Gue kira kita sahabat" ucapnya penuh senyuman. Bukan senyum keramahan yang biasa dia tampilkan tapi senyuman boleh dikatakan 'licik'.

"Sahabat? Oh ya! Bukannya lo sendiri yang mutusin persahabatan kita. Kenapa? Gara-gara caca milih gue atau karna lo selalu kalah saingan sama gue di akademis?"ucap adrian. Kali ini rahang adam terlihat mengeras menahan geraman.

"Apa salah romeo sama lo? Kenapa lo jebak dia dam. Gue dan lo sama-sama tau bukan dia pelakunya tapi dia kan pelakunya" lanjut adrian menunjuk ke arah murid yang gue inget namanya fero.

"Dan gue yakin anak bego macem dià gak berjalan sendiri, tapi ada otak pinter di belakangnya yang dikte'in gerakannya. Dan orang itu adalah elo!"

"Buang topeng lo, gue muak ! Kasih gue alesan kenapa lo lakuin perbuatan murahan kaya gitu cuma buat jebak seorang romeo. Dia bukanlah orang penting di hidup lo!" Lanjut adrian penuh emosi. Tak ada lagi wajah tenang dari adam. Gue lihat sendiri perubahan mimik wajahnya dari senyum hingga diam dingin tak tersentuh.

"Karna cuma romeo yang tersisa yang tau kepalsuan gue selain lo. Disaat orang memuji gue, cuma lo dan dia yang diem. Dia selalu anggep lo lebih hebat dari gue. Dia anggep lo superhero, panutan. Itu buat gue muak!" Ucap adam, kali ini adam seperti orang lain yang gak gue kenal.

"Apalagi dia disini, mau saingan sama gue di OSIS. Gak tau diri banget dia. Dia pikir dia siapa mau saingan sama gue. Gak level !gak ngaca apa dia tuh siapa, pake acara ngadu ke bang viko lagi tentang gue. Brengsek!"

"Apa maksud dia. Dia mau jelek-jelekin gue! Manusia rendahan gak tau diuntung! Harusnya dia cukup diem aja seperti yang lo perintahkan. Tapi apa, sobat bego lo itu coba ngusik kedamaian gue. Dia nemuin fero dan mau laporin ke pembina OSIS, BK. Cih, gue cuma kasih dia pelajaran aja ian. Biar dia sadar dimana sepantasnya dia berada" ucap adam dengan tatapan penuh kebencian dan dingin.

"Brengsek lo, dam" adrian menarik kerah baju adam.

"Lo tau apa yang udah lo lakuin? Lo hampir bunuh dia brengsek. Lo mau jadi pembunuh hah ! Ada apa sama lo, kenapa lo berubah jadi semenakutkan ini, dam. Gue gak kenal lo"ucap adrian. Dengan tenaganya, adam melepas cengkraman adrian di kerah bajunya.

"Gue akan ngehancurin siapapun orang yang ngusik dan menghalangi kebahagia'an dan kesuksesan gue"

"Lo gila! Lo pikir dengan kehidupan perfect lo, lo bakalan bahagia. Gak ada didunia ini yang perfect dam. Lo pikir setelah lo saingin gue. Semua bisa selesai. Gak ! Lo gak akan pernah puas jadi manusia. Lo akan serakah dam. Dan akan selalu ada orang yang lebih hebat dari lo. Camkan itu!"ucap adrian berbalik pergi namun adam mengkode ke 6 temannya untuk mengeroyok adrian.

Adrian dengan tangkas, melawan keenam temen adam. Ah gue lupa kalo dia sabuk hitam taekwondo. Jadi anak-anak itu mah bagai ikan teri yanh ngelawan ikan hiu. Tapi 6 orang bukanlah lawan yang sedikit bagi adrian. Sejago-jagonya adrian tetap dia kewalahan.

"Gue gak akan biarin lo pergi tanpa luka sedikitpun, Ian. Hajar dia. Kalo perlu sampe masuk RS dan koma sama kaya romeo"ucap adam kemudian meraih tasnya pergi dari tempat itu

Mereka tak lagi memakai tangan kosong tapi balok-balok kayu untuk memukuli adrian.

Sial kalo kaya gini adrian bisa kalah.

"Woy !!! Apa-apaan kalian" seruku ikut menghajar mereka. Tapi mereka bukannya malah berhenti malah tetap memukuli kami. Rupanya adam mungkin memerintahkan jangan sampe lolos si adrian ini kalo perlu saksi mata juga yaitu gue. Sialan.

" Sial lama banget sih tuh anak!"gumamku sambil beberapa kali menghajar tersebut teman-teman adam.

"Ayo pak cepetan! ada pengeroyokan pak, hey..." Seru orang kepercayaan gue. Yup, roman dan 2 orang satpam sekolah datang menghentikan kami. Melihat bala bantuan, mereka mencoba kabur tapi gue dan roman dengan sigap memiting mereka agar tidak kabur.

Merekapun duduk setelah kalah. Roman bertugas memoto keenam siswa kelas dua ini. Kami mengumpulkan barang bukti beberapa balok kayu yang gue pikir mereka udah siapin sebelumnya, rokok dan miras. Gila jadi tempat ini jadi tongkrongan mereka. Untung gue cuma niat sekali doang dateng kesini. Bisa dipastikan mereka bakalan di DO. Sialnya gue gak bisa seret adam. Satu-satunya cara adalah memaksa mereka mengaku kalo adam yang suruh mereka. Adrian dengan wajah babak belurnya menepuk pundakku.

"Udahlah, percuma. Mereka gak bakalan ngaku meskipun lo bawa mereka ke polisi" ucap adrian menahan sakit.

"Jelas mereka bakalan di bawa ke polisi ian. Masih kelas 1-2 aja belagu kalian. Main berantem lagi, mau jadi apa, preman? Ini sekolah bukan pasar!" omel roman.

"Ko, kayaknya lo bawa aja adrian ke RS takut kenapa-napa gue. Biar gue yang urus para cecunguk-cecunguk ini" ucap roman. Gue mengangguk sambil memapah tubuh adrian yang babak belur.

"Jangan bawa gue ke RS tempat romeo dirawat. Gue gak mau caca, tante raya atau vira tau" ucapnya, gue hanya mengangguk tanda mengerti. Gak lama gue segera membawa mobil adrian ke RS sementara mobil gue dibawa si roman nganterin anak-anak bermasalah itu ke polisi.

To be continued

The Destiny Of Love (END)Where stories live. Discover now