“Kecantikan hati jauh lebih abadi dibanding kecantikan fisik”
|||
Csshhh
Tampak asap mengepul setelah sebongkah lahar cair mengenai dinding. Ivan masih terus berusaha menghindar dan mengejar kelinci dengan kalung berbandul lempengan belah ketupat. Tentu kelincinya sama seperti ikan, terbuat dari batu dengan beberapa retakan yang menampilkan lahar pijar. Masalahnya saat ini ia tak hanya mengejar, tapi juga dikejar.
Asal tahu saja, ia merasa dijebak. Pertama, ia tak tahu bahwa ia harus mencari lempengan belah ketupat yang dikalungkan pada seekor kelinci. Kedua, kelincinya itu banyak dan dilepas begitu saja. Otomatis ia harus memastikan bahwa ia menangkap kelinci yang tepat. Ketiga, Pulupan mengejarnya! Sebenarnya bukan mengejar dalam artian berlarian. Tapi memburunya dengan tembakan lahar panas sebesar kepalan tangan. Sedangkan Pulupan tetap berdiri tepat di tengah ruangan, tepat di samping kapsul yang mengunci tubuh Marie. Para penjaga lain, Kun dan Ratu sudah membentengi sudut ruangan khusus tempat mereka berkumpul saat ini.
Semua kemampuannya diuji. Jika ia tak hati-hati saat melompat, bisa saja ia ditabrak ikan yang melompat. Jika pijakannya tak kuat, bisa saja ia terpeleset. Jika ia tak waspada, bisa saja tembakan Pulupan mengenainya dan memanggangnya hidup-hidup. Jika ia tak teliti, bisa saja ia terus-terusan salah menangkap kelinci.
Hap!
Ia menangkap seekor kelinci. Segera ia memeriksa bandul lempengan sambil terus melompat untuk menghindar. Ah, dia salah lagi. Kelinci itu langsung ia lempar entah ke mana. Ivan bergerak makin cepat, menghindari tembakan Pulupan yang makin menggila.
“Kau cukup lincah,” seru Pulupan sambil terus menembaki Ivan.
“Aku cukup baik dalam olah raga,” balas Ivan. Ia melirik, memastikan Marie belum terendam sepenuhnya.
“Perhatikan pijakannya!”
Seketika Ivan kembali memperhatikan pijakannya. Nyaris saja ia tercebur kedalam lava. Sial, cairan itu sudah sampai leher. Ia harus bergegas. Ia bahkan tak tahu cairan apa itu. Ia harap bukan cairan yang membahayakan.
Tap! Tap! Tap!
Langkahnya ia percepat mengejar seekor kelinci yang berbeda. Entah kenapa yang satu ini ekornya menyala tapi mendengar langkah Ivan mendekat. Mungkin dia yang tepat. Kelinci ini juga jauh lebih lincah dan cepat dari yang lain. Ia makin yakin bahwa ini adalah kelinci yang tepat. Tembakan Puluhan juga makin parah.
Sedikit lagi....
Hap!
Dapat!
Ia segera memeriksanya. Benar dugaannya. Ini kelinci yang tepat. Sekarang tinggal bagaimana cara mendekatinya. Mendekati kapsul dan memasang lempengan ini.
Begitu berbalik mata Ivan terbelalak. Cairan itu sudah merendam seluruh tubuh Marie. Namun gadis itu masih belum sadar juga. Sedangkan Pulupan makin gencar menembakinya. Apalagi jaraknya kini kian dekat. Pulupan makin mudah menembakinya jika ia tak menghindar lebih cepat.
Jaraknya kini makin dekat. Dilihatnya tubuh Marie mulai melayang. Apa Marie....
“Jangan pernah lengah!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Pentalik
Fantasy"Kamu sudah terpilih. Kamu tidak bisa menolak!" Ivan, siswa pemalas yang tinggal di ibu kota merasa hidupnya tak akan sama lagi. Sejak makhluk kecil itu muncul di kamarnya, ia sudah terhubung otomatis dengan garis takdir luar biasa untuk menyelamatk...