"Aquila, buku Geografi gue mana?"
"Di laci Septian!"
"Bawalah pergi cintaku ajak ke mana kau mau jadikan temanmu, temanmu paling kau cinta, di siniku pun begitu trus cintaimu di hidupku di dalam hatiku sampai waktu yang pertemukan kita nanti...."
"Uluh-uluh ... untuk siapa dah tu lagu?"
"Untuk dia yang gue cinta."
"Ciieeee."
Seruan-seruan tersebut membuat kelas terlihat sangat cocok jika disamakan dengan pasar di siang hari. Selain berisik, kelas itu juga terlihat sangat berantakan. Beberapa meja yang terletak dibarisan paling depan di setiap jejeran tergeser dari posisi yang seharusnya begitupun dengan kursi.
"Riko kursinya eeh--"
Bug!
"Kan."
"Bian Pr Biologi lo udah?"
"Udah."
"Gue salin dong."
"Di dalam tas noh, ambil gih."
Sambil menopang dagunya dengan sebelah tangan, Melodi menatap aktifitas rutin kelasnya jika tidak ada guru. Bukan free class, tapi karena guru bidang studi mendadak ada keperluan sebentar. Walaupun sering dijuluki kelas terbaik, karena siswa-siswinya yang pintar-pintar--setelah IPA satu pastinya--, walaupun ada yang bandel juga bukan berarti meraka harus tampil rapi dan kalem juga, 'kan?
Hidup itu memang harus berjalan ke arah positif, tapi semua butuh proses, pelan-pelan tapi pasti.
"Melodi how are you today? Why you face like a duck?" Melodi menetap tajam Amil yang berdiri di samping mejanya.
"Mau tu mulut gue ikat sama rantai sepeda?"
"Galak amat neng, pms ya?"
"Diam deh ... berisik lo."
Amil terkekeh pelan melihat wajah Melodi yang perlahan mulai memerah. "Cantik deh lo kalau lagi marah gini."
"Gue bunuh lo!"
"Gak salah emang cewek bakal terlihat lebih jahat dibanding macan betina yang lagi ngamuk pas PMS ... hahaha."
Melodi memutar mata jengah melihat Amil yang masih menertawainyanya. Walaupun tidak setiap hari, tapi pasti ada saja hal yang Amil lakukan pada Melodi, kalau tidak membuat gadis itu tertawa ya pasti membuat gadis itu kesal. Mengabaikan Amil, Melodi berdiri dan berjalan menuju kursi paling belakang.
Diiringi genjrengan gitar akustik yang dimainkan oleh Kemal, Dina menyanyikan lagu yang belakangan ini menjadi kesukaannya dengan tenang. Dan yang gadis itu dapatkan ketika selesai bernyanyi adalah ejekan-ejekan untuk dirinya yang belum bisa move on dari Azrin.
"Menurut quotes yang gue baca nih. How to move on? Simply, delete L from lover and realize it's over."
Melodi terkekeh melihat Dina yang kelihatan kesal, lalu ditenggelamkan kepalanya di antara lipatan tangannya yang berada di atas meja. Sejak pagi tadi, mood Melodi sudah sangat jauh dari kata baik. Semua itu terjadi, karena hari ini adalah hari di mana ulangan Seni Budaya akan berlangsung. Begini, ulangan praktek. Ya ulangan praktek bernyanyi, sesuai dengan materi yang sebelumnya mereka pelajari.
Nyanyi doang, hey Melodi tidak berpikir tentang suara, tapi tentang di mana ulangan itu akan berlangsung. Kalian mau tahu di mana? Di aula sekolah. Bukannya di kelas tidak bisa, tapi Bu Ashri--guru Sejarah Indonesia sekaligus, pemadu paduan suara--sekalian mau mencari peserta untuk mewakili lomba nyanyi dua bulan lagi. Herannya, itu masih lama loh.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Somebody Else
Ficção AdolescenteSLOW UPDATE Awalnya, Melodi hanya sekedar menyukai Chandra. Tidak ada sedikit pun harapan pada gadis itu untuk Chandra. Ya itu awalnya, sebelum Chandra menyadari perasaan Melodi dan mendekati gadis itu. Semua berjalan normal, setelah dengan nekat co...