14. Jangan natap gue mulu

101 5 10
                                    

Melodi menatap bingung ke arah laptop yang sudah terbuka sejak dua menit yang lalu, tapi belum kunjung dinyalakan itu. Niat awal mengambil laptop itu untuk mengedit video, tetapi begitu benda tersebut berhadapan dengannya mendadak Melodi menjadi malas.

Melodi menutup laptop dan membalikan badan, anak perempuan itu membiarkan matanya menatap tajam ke lampu kamar yang tengah menyala di atas sana. Hembusan napas gusar terdengar sedetik sebelum dirinya beranjak dari kasur dan berjalan menuju kamar kedua di lantai bawah.

Melodi berjalan menuju kasur yang terdapat seorang wanita yang sedang sibuk dengan handphone di tangannya. Membaringkan badan dengan pelan tepat di samping Keina--yang menjatuhkan pandangannya beberapa detik padanya sebelum kembali ke ponselnya--lalu Melodi melingkarkan tangannya di perut wanita itu.

"Belum tidur?" tanya Keina tanpa mengalihkan pandangannya.

"Ini bahkan belum jam delapan Mah, yakali udah tidur."

Keina terkekeh pelan. "Siapa tahu. Abang ke mana?" Keina menjatuhkan ponselnya ke samping bantal dan membalas pelukan anak perempuannya itu.

"Belum pulang sholat keknya."

"Kamu gak sholat?"

"Belum mandi bersih."

"Udah berapa hari emang?" Keina mengangkat kedua tangannya untuk mengikat rambutnya.

"Lupa, tapi belum sampai tujuh." Melodi memejamkan mata sejenak sebelum kembali membuka. "Ma Melodi mau cerita nih, tapi Mama janji ya jangan ngeledek?"

"Kenapa emang?"

"Janji dulu?" Melodi mengangkat jari kelingkingnya ke depan wajah mamanya. "Janji Ma."

Keina memutar bola mata malas. "Iya Mama janji," kemudian menautkan jari kelingkingnya.

"Melodi tuh lagi suka sama orang." Melodi melirik takut-takut pada Mamanya. "Namanya Chandra Ma seangkatan sama Melodi. Ganteng loh Ma orangnya, masya Allah." Melodi jadi senyum-senyum sendiri begitu wajah Chandra muncul dalam pikirannya.

"Terus?" tanya Keina tampak tertarik, dan diam-diam Melodi menghela napas melihat respond Mamanya.

"Tadi Melodi diajak temani dia makan," jangan salah 'kan Melodi begitu suaranya terdengar semangat dengan satu oktaf di atas sebelumnya. "Duh Ma tahu gak rasanya tuh ya kayak apa ya? Entalah, tapi Melodi bahagia banget."

"Jangan terlalu bahagia, nanti kalau kecewa sakit banget loh," ucap Keina memperingati.

Melodi mengangguk dua kali. "Tapi Melodi udah mulai berharap, salah nggak sih Mah?"

"Mama sih nggak tahu, tapi jangan terlalu berharap, karena kata Ali Bin Abi Thalib sudah ku rasakan kepahitan di dunia ini dan yang paling pahit adalah berharap kepada manusia."

Melodi mengangguk, dia pernah baca kata-kata itu bahkan dia telah men--save gambar yang terdapat kata-kata tersebut.

"Terus malam minggu gak diajak jalan gitu?" melihat Melodi yang menggeleng sambil cemberut, Keina menyeringai. "Lagi pdkt, tapi kayak jones kesihan anak Mama."

Melodi melotot mendengar ledekan Mamanya. "Ih Ma, apaan sih." Melodi melepaskan pelukannya dan melipat tangan di depan dada dengan sebal.

"Lah, memang benar 'kan? Gih ajak abang kamu sana keluar, biar gak kayak jones." Keina tertawa saat Melodi menatap tajam dirinya. "Gih keluar sana, Mama mau tidur. Mama juga gak mau dekat-dekat sama jones."

"Mama ih!" Melodi menendang-nendang sembarang kakinya. "Aku tuh bukan jones, tapi apa ya? Tau ah." Melodi berdiri dan berjalan menuju pintu. Sebelum menutup pintu, suara Keina kembali terdengar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 05, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[1] Somebody ElseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang