Penyerang Malam

154 6 0
                                    

Entah sudah berapa lama kami menambang, pickaxe terus berayun melukai dinding gua yang menyembunyikan ore terbaiknya. Sambil menambang Igor menceritakan beberapa cerita rakyat yang sudah ada entah sejak kapan. Igor bilang, "Kalau kau benar-benar beruntung, kau dapat menemukan sebuah diamond."

"Diamond? Bukankah ore itu letaknya cukup dalam?"

"Ya, tapi Diamond yang ini berbeda. Ia terletak dekat dengan permukaan, menurut cerita Diamond jenis ini tinggal ada dua yang tersisa. Karena para penyihir biasa menggunakan Diamond ini untuk bahan dasar bola kristal mereka dan juga alat magis mereka.

Diamond ini begitu spesial karena, ia bisa memberi tahu kita tentang masa depan, masa lampau dan bahkan mengabulkan keinginan siapapun yang menemukannya. Tentu saja itu tidak gampang." Igor berhenti mengayunkan pickaxenya dan memungut serpihan Iron ore yang berjatuhan.

"Tentu saja, dua banding dunia yang luas ini... Bagaimana mudah untuk menemukannya." celetukku, Igor tertawa kecil "Bukan, bukan. Justru bukan itu yang membuatnya tidak mudah." aku menatap Igor bingung, belum sempat sebuah kalimat meluncur dari mulutku. Igor kembali melanjutkan ceritanya "Diamond itu hanya akan mengabulkan apa yang kita mau kalau kita membuat sebuah perjanjian dengannya."

"Perjanjian? Seperti apa? Kontrak buta?"

"Seperti--Hei! Aku akan memberikanmu kekuatan tanpa batas! Tapi, kau harus bantu aku membunuh seorang kesatria!--yah kurang lebih..." Igor kembali berhenti dan mengambil napas, lalu ia kembali berbicara "Dengar ya, akanku beritahu bagaimana cara mengetahui kalau Diamond jenis ini ada disekitarmu." Igor mendekat kearahku, aku menghentikan aktivitasku dan melihat kearahnya. Siap mendengarkan, "Namanya O'Damond. Kau bisa tahu kalau ada beberapa Lazuli ore disekitar Iron ore. Tidak akan mudah, mungkin beberapa pelindung disummon di sekitar tempat itu."

"Pelindung yang seperti apa? Monster?" tanyaku sambil kembali melukai dinding gua "Entahlah, yang aku tahu hanya pelindung. Banyak yang bilang ini hanya cerita rakyat. Tapi aku yakin O'Diamond pasti ada di suatu tempat, dan kita dapat menemukannya." Igor tersenyum optimis kepadaku, seolah menyampaikan bahwa selama ini ia menambang hanya untuk ore tersebut.

Gua yang gelap menyembunyikan kami dari matahari yang mulai senja, karena ore yang kami tambang sudah cukup maka kami pulang kerumah. Sebelumnya Igor menawarkanku ikut menanam kentang di lahannya yang baru saja habis dipanen, tapi aku punya rencana lain untuk esok. Aku pikir pertama-tama aku harus menebang beberapa pohon agar bisa memperluas rumahku, lalu apabila waktu belum sore aku akan menambang untuk meningkatkan kualitas pedangku. Sesampainya di rumah, aku menaruh hasil tambangku kedalam Chest kayu lebar di samping tempat tidurku. Cahaya obor yang kekuningan mengisi setiap sudut rumah miniku. Bau gurih ayam yang aku bakar mulai muncul dari balil tungku, akupun segera mengeluarkannya dan menyantap makan malam hari ini.

Cukup dengan santapan malam, aku segera menuju tempat tidurku dan mulai memejamkan mata. Belum lama aku menutup mata, aku mendengar beberapa rintihan dari balik tembok kayu. Aku mengabaikannya, tapi semakin lama rintihan itu semakin banyak. Kemudian seseorang mengetuk pintuku kencang, "Oh tidak, mereka pasti Zombie..." gumamku. Aku mengeluarkan pedangku dan mengintip keluar pintu. Tiba-tiba saja sesosok Zombie muncul dan berusaha meraih wajahku, tanganya berhasil melubangi pintuku "Argh! Sial." dengan ragu aku menendang pintu itu dan berlari keluar rumah, jumlah mereka banyak sekali. Dan seketika nyaliku bertambah ciut, dari kejauhan aku melihat pancaran cahaya merah dengan asap yang membumbung tinggi. Asap dan cahaya itu berasal dari jalan menuju rumah Igor. Aku panik dan berlari menghindari Zombie-zombie yang mengejarku dengan langkah mereka yang berantakan. Beberapa Creeper mengikutiku dengan cepat, bunyi percikan terus terkumandang disetiap langkahku. Aku berlari menghindar sejauh yang aku bisa, namun sayangnya aku hanya dapat berlari sampai sebuah jurang menyapaku di kegelapan malam.

"Argh!" desisku ketika sebuah anak panah menancap di tangan kiriku, aku berbalik dan mendapatkan diriku terpojok dan tidak berdaya melawan monster sebanyak ini. Aku mulai pasrah dan menutup mata, tidak berani melihat apa yang akan terjadi berikutnya. Tapi, sebuah suara membuatku sesegera mungkin membuka mata, "Jangan hanya diam disana sobat!" suara itu tegas namun lembut. Sontak mataku terbuka dan melihat seorang gadis dengan jaket kulit hitam dan bertudung sama seperti jaketnya, sibuk melawan dan menembaki satu persatu monster yang mendekat. Lalu seseorang menepuk pundakku, "Hei.." bisiknya. Aku menoleh dan dia tertawa kecil melihat reaksiku "Ikut denganku, kau akan aman." bisiknya. Dari suaranya dia adalah laki-laki. Ia mengenakan jubah putih dengan kain merah yang membalut pinggangnya, kepalanya juga tertutupi oleh tudung putih dan ia mengantungi banyak senjata ditubuhnya. Aku hanya mengangguk dan ikut berlari menjauh dari jurang.

Tidak lama, gadis itu menyusul langkah kami. "Kau baik?" bisik gadis itu ketika langkahnya setara denganku "Y..ya. Terimakasih.. Siapapun kalian.." gadis itu tertawa "Kami bukan siapapun.. Haha.. Kami punya nama tahu.." ia mengedipkan sebelah matanya dan melambatkan langkahnya "Zio! Sebelah barat!" seru gadis itu kepada lelaki yang ada di depanku "Roger!" balasnya singkat lalu memanjat sebuah pohon, "Apa yang--" "Terus saja berlari! Aku akan melindungimu!" potong gadis itu cepat.

"Tapi... Kemana?!"

"Kemanapun kau merasa aman sobat!"

Dengan perintah itu, kakiku terasa bergerak tanpa perintahku. Aku berlari menuju sebuah gubuk tua. Beberapa tumpukan jerami menghiasi halaman gubuk itu. Begitu aku ingin membuka pintu gubuk, gadis itu menarikku dan mendorongku hingga terjatuh di tumpukan jerami. "Diamlah! Dan tutup matamu!" kata gadis itu. Karena ketakutan dan bingung aku menurut saja dengan apa yang ia perintahkan. Aku memang tidak dapat melihat apa-apa karena mataku tertutup, tapi aku tahu gadis itu sedang berkelahi.

Tidak begitu lama aku bersembunyi, seseorang merogoh-rogoh jerami tempatku berada dan berkata "Tadi aku dorong dia kesini kok... Mana ya?" bisiknya. Sontak aku menampakkan diriku dengan memumculkan kepalaku dari tumpukan jerami "Bwah!!"

"Hwa!"

"Haa!"

Mereka terkejut dengan caraku muncul, "Sialan kau!" jerit gadis itu "Heh..." gumam lelaki yang berjubah putih. "M..maaf.." bisiku pelan, mereka membantuku keluar dan menatapku lekat-lekat "Kau baik?" tanya lelaki berjubah "Ya... Aku baik."

"Siapa namamu?"

"Steve."

"Zio." kata lelaki itu sambil mengacungkan tangan untuk bersalaman. "Maaf membuatmu.. Sedikit jantungan.. Haha.. Gadis disana itu--" "Rukus!" potong gadis itu "Aku Rukus, senang bisa mendorongmu hingga terjerembab seperti tadi."

Aku tersenyum pahit "Yah.." 'Terimakasih' gumamku. "Kalau kau tidak keberatan, Steve. Kami ingin kembali ke desa dan memastikan semua orang dalam kondisi baik." Zio memecah keheningan yang canggung "

Aku sedikit cemas, ketika Zio bekata seperti itu. "Um.. Zio" suaraku tercekat diantara rasa gemetar dan ragu "Ya, Steve?" "Bolehkah aku.. Ikut dengan kalian?" mereka saling lempar pandangan "Baiklah, tapi bersembunyilah kalau kau melihat sesuatu yang aneh." kata Zio. Aku mengangguk dan mengikuti mereka, jauh didalam hatiku aku berharap desa yang mereka maksud bukanlah desa dimana Igor tinggal. Meskipun aku tahu kalau arah dari sumber asap hitam itu berasal dari satu-satunya desa yang dekat dengan rumahku.

Zero To HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang