" Kamu kok belum tidur Shill? " Agni melirik kesampingnya, menatap Shilla yang masih setia dengan memeluk lututnya.
Shilla tersenyum tipis " Belum ngantuk mbak " ujar Shilla pelan
Agni merubah posisinya menjadi duduk, mengelus bahu Shilla lembut " Mbak ngerti kalau kamu masih khawatir, tapi kamu juga perlu istirahat " ucap Agni
" Aku mau nunggu mereka aja mbak, biar aku tidur sama mereka " lirih Shilla
" Tapi- "
" Mbak kalau capek istirahat aja, aku nggak apa-apa kok sendirian " Shilla memotong ucapan Agni dengan cepat
" Aku mau keluar dulu mbak, mbak tidur aja " Shilla beringsut dari atas ranjangnya, berjalan menuju pintu kamarnya dengan langkah gontai. Dibelakangnya, Agni mengikuti, takut terjadi apa-apa dengan tunangan bosnya itu.
Shilla melangkah menuruni tangga dengan perlahan, mengernyit heran melihat rumahnya yang mendadak ramai. Apa Alvin dan kedua orangtuanya sudah sampai? Kalau iya, kenapa tidak ada yang memberitahunya?
" Ayah bunda " teriak Shilla mencari kedua orangtuanya, suasana yang ramai membuatnya berfikir jika orangtuanya dan Alvin sudah tiba. Satu hal yang tidak disadarinya adalah semua orang memakai pakaian serba hitam.
" Shilla " Shilla berbalik dan melihat Cindy yang juga menggunakan baju hitam melangkah mendekatinya.
" Ayah sama bunda mana tante? Alvin juga mana? " Shilla celingak-celinguk mencari Rey dan Cantika.
Cindy memegang bahu Shilla lembut " Mereka belum pulang, kamu kenapa belum tidur? " tanya Cindy
Shilla menggeleng " Aku nggak bisa tidur tan, mereka kok lama sih nyampainya? Ayah sama bunda nggak apa-apa kan? " Shilla masih celingukan mencari keberadaan kedua orangtuanya atau Alvin, Shilla melihat Cakka yang berada dibawah sedang menggunakan ponselnya.
" Aku nggak apa-apa mbak, mbak istirahat aja " Shilla tersenyum tipis kepada Agni yang memeganginya menuruni tangga
" Nggak apa-apa kok, mbak juga belum ngantuk " dibelakang mereka, Cindy mengusap sudut matanya yang berair. Ia teringat ucapan almarhumah sahabatnya yang tak lain adalah bunda Shilla, ia menitipkan Shilla padanya dan memintanya menganggap Shilla seperti anaknya sendiri. Ia tak menyangka itu percakapan terakhir mereka, ia baru saja bertemu dengan Cantika dan akan menjadi besan. Namun takdir berkata lain, Cantika telah meninggalkannya untuk selama-lamanya.
***
" Lo udah dimana? " Cakka menanyakan keberadaan Alvin saat ini, apakah mereka sudah sampai atau belum.
" Gue udah dalam perjalanan kerumah, bentar lagi nyampai. Shilla mana? Lo belum ngomong ke dia kan? "
" Shilla ada dikamarnya, iya gue belum ngomong apa-apa ke dia " Cakka melirik kamar yang ditempati Shilla dan Agni, masih belum menyadari jika Shilla sudah ada didekatnya.
" Bagus deh. Gue minta sama lo Kka, tolong lo jaga dia. Dia udah nggak punya siapa-siapa lagi, gue nggak mau dia terpuruk karena ini "
" Gue tunangannya kalau lo lupa " Cakka menghembuskan nafas kesal, selalu seperti ini. Dia memang belum mencintai Shilla, tapi Shilla adalah tunangannya. Calon istrinya, dan ia bukan pengecut yang akan lepas tanggung jawab begitu saja.
" Thank you Kka "
" Ok, gue mau keatas dulu lihat keadaan Shilla " Cakka menutup panggilannya dengan Alvin, menyimpan ponselnya didalam saku celananya.
" Itu Alvin? " Cakka berbalik dan mendapati Shilla sudah berdiri dibelakangnya dengan Agni disampingnya, ia mengangguk menjawab pertanyaan Shilla.
Cakka membawa Shilla kepelukannya " Kenapa disini? " Cakka mengusap belakang kepala Shilla pelan
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry Me, Kak! ( Selesai )
Teen Fiction" Aku cinta sama kakak, dan.. Ayo kita nikah kak " " Kau sudah gila! Kau masih Sma dan aku tak mungkin menikahi mu " " Aku gak perduli! Pokoknya kakak harus menikah dengan ku! " Nikah muda?? Siapa takut.. Setidaknya seperti itu lah semboyan atau mot...