" Good morning my husband "
Shilla menyingkap gorden kamar hotelnya, membiarkan sinar matahari masuk menyapa pria yang masih bergelung di dalam selimutnya.
" Tutup tirainya Shilla " ucap Cakka, sambil menarik selimut menutup wajahnya yang terkena sinar matahari
" Ih.. Ayo bangun dong kak, masa jauh-jauh ke sini cuma buat tidur doang sih. Lagian kita kesini kan untuk honeymoon kak "
Shilla menarik-narik selimut yang digunakan Cakka, namun bukannya berhasil membangunkan Cakka, justru Shilla lah yang terjatuh ke atas badan Cakka.
" Justru karena kita lagi honeymoon sayang, makanya kita harus di kamar terus " bisik Cakka
" Ih.. Mau ngapai coba di kamar terus, bosan tahu kak "
" Nggak akan bosan kalau kita melakukan hal yang menyenangkan " Shilla menatap Cakka dengan dahi berkerut, tidak paham dengan ucapan Cakka. Menyadari Shilla yang tidak paham dengan ucapannya membuat Cakka tersenyum miring, lalu membisikkan sesuatu yang membuat Shilla menjerit dengan wajah memerah
" Yaakkk!!! Kak Cakka mesum!!! " Shilla meronta dalam kurungan Cakka, mencoba melepaskan diri. Merasa usaha nya tidak akan berhasil, Shilla pasrah dan merebahkan kepalanya ke dada bidang Cakka. Menghirup aroma khas suami nya, aroma yang selama 15 tahun ini ia hirup yang mampu membuatnya tenang dalam setiap hal yang terjadi
" Thank you " bisik Shilla
Cakka mendekap Shilla lebih erat dan sesekali mencium rambutnya " For what?? " tanya Cakka
" Everything "
" Your welcome sayang, tapi makasih aja gak cukup loh " ucap Cakka
Shilla mengangguk-angguk, paham dengan maksud ucapan Cakka " Ya.. Aku ngerti " ucap Shilla membuat wajah Cakka sumringah
Cakka membalik posisi Shilla menjadi di bawah nya " Kalau begitu, tunggu apalagi. GAS KAN " ucapnya
****
" MAMA... DASI AKU DI MANA?? "
" MAMA... LIHAT BAJU CHEERS AKU GAK!! "
Shilla mengurut pelipisnya pusing, seperti biasa pagi nya diisi dengan teriakan Caca. Caca, putri tunggal mereka memiliki kepintaran seperti papanya. Diusia nya yang baru 14 tahun, dia sudah duduk di bangku Sma. Selain mewarisi kepintaran papanya, Caca juga mewarisi sikap absurd seperti sang mama. Contohnya, suka berteriak seperti pagi ini. Perpaduan yang adil bukan?
" MAMAAAAAAAAA.. YA AMPUN TOLONGI CACA DONG!!!! "
" Shill buruan deh kamu lihat Caca, keburu tetangga protes " suruh Cakka
" Ais itu anak.. Perempuan tapi kok suka teriak "
" Kamu lagi ngomongi diri sendiri?? "
Shilla menatap Cakka bingung " Maksud nya?? " tanya nya
" Ya.. Kamu kan juga sama seperti itu, suka teriak waktu gadis bahkan sampai sekarang. Ya jadi gak heran kalau Caca seperti itu, kan mamanya juga seperti itu "
Shilla melebarkan matanya " Ya Tuhan.. Emang bisa gitu?? " tanya nya kaget membuat Cakka tertawa melihat respon sang istri
" May be.. Udah, sana kamu temui dia dulu. Keburu ngambek anaknya ntar "
" Yaudah aku ke kamar Caca dulu ya sebentar "
Cakka mengangguk lalu kembali fokus dengan tab ditangannya, mengecek email yang masuk
***
" Ya ampun... Ini kamar atau tempat pembuangan sampah???? "
Shilla kaget melihat kamar Caca yang sudah tidak bisa dideskripsikan bentuk nya, pakaian yang sudah berada di luar lemari dan dia yakin jika hampir semua pakaian dikeluarkan Caca dari dalam
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry Me, Kak! ( Selesai )
Teen Fiction" Aku cinta sama kakak, dan.. Ayo kita nikah kak " " Kau sudah gila! Kau masih Sma dan aku tak mungkin menikahi mu " " Aku gak perduli! Pokoknya kakak harus menikah dengan ku! " Nikah muda?? Siapa takut.. Setidaknya seperti itu lah semboyan atau mot...