Eron berjalan terus tanpa henti. Entah kemana, yang penting dia menjauh dari Anya.
Kakinya berhenti tepat di depan sebuah bangku taman, akhirnya dia duduk.
Matanya menerawang sekitar, sepi, sejuk, dan damai.
"Ternyata kakak disini"
Seketika Eron menoleh ke arah suara tersebut.
Seorang perempuan duduk di sebelahnya. Dia tersenyum lembut, seperti biasa.
"Gue lagi pengen sendiri"
"Ha? Ooh" Ekspresinya langsung berubah masam
"Tapi gue lagi pengen duduk disini, gimana dong?" Balas perempuan tersebut.
"Please ya Ryn, gue mohon sama elo, bisa gak lo pergi dari sini?!"
Betul, perempuan yang duduk di sebelah Eron adalah Ryn, teman sekelas Anya.
"Kenapa sih kak, lo selalu giniin gue?" Suaranya mulai meninggi.
"Giniin gimana?"
"Lo selalu bersikap dingin ke gue, gak peduli, dan setiap ketemu gue, lo selalu ngehindar. Beda sama Anya yang jelas jelas udah nyakitin lo, tapi lo tetep mikirin dia. Kenapa kak?"
Eron menatap Ryn dengan tatapan tidak suka. Otot di daerah dahinya mengeras, sehingga terlihat jelas di mata.
"Lo masih tanya kenapa?" Eron tersenyum penuh dengan kekesalan.
Ryn memperhatikan Eron dengan seksama.
"Ha-ha, basi' lo! Masih gak sadar juga? Apa lo pura-pura gak sadar?" Mata tajam Eron siap menusuk sepasang mata Ryn yang menatapnya.
"Mau gue yang sadarin lo? Mau gue yang bangunin lo dari tidur panjang lo? HAH?! JAWAB!" Eron tidak sanggup lagi menahannya. Dia sudah lelah menanggung semua beban hidupnya.
"Jadi sebenci ini lo sama gue? Sehina ini gue di mata lo kak?" Ryn menunduk, dia menahan cairan bening yang hendak keluar dari kedua kelopak matanya.
Dengan lantang dan keyakinan penuh, Eron menjawab "iya. Benci dan hinanya elo itu sebesar dan sebanyak cara lo buat ngedapetin gue yang jelas-jelas gak bakal berhasil"
Keluar sudah cairan bening dari kedua mata Ryn "tapi kenapa elo nerima perjodohan orang tua kita? Kenapa juga lo selalu jagain gue? Buat gue nyaman dan aman? Gue kira masih ada harapan buat gue meskipun sedikit"
"Seharusnya gue yang tanya. Gimana caranya elo ngerayu nyokap gue buat nempel terus sama lo? Gimana juga cara lo buat nutupin segala kebusukan lo selama ini?"
"Gue udah tolak lo seribu kali, tapi tetep aja lo gak nyerah. Semua perlakuan gue ke elo itu cuma sebatas rekayasa dan akting, sama kayak yang lo lakuin di depan nyokap bokap gue"
"Cukup! Ini terlalu sakit"
"Terlalu sakit? Sakit mana lo sama gue? Gue udah nahan perasaan gue, kesabaran gue, emosi gue, bahkan segala sesuatu harus gue tahan"
"Gue udah capek, bener-bener capek" Eron menghirup udara dengan sangat banyak dan cepat, seakan-akan pasokan udara akan habis. Hatinya terlalu sakit dan paru-parunya menyempit.
"Gue udah pertahanin lo, tapi... Semua terasa sia-sia. Gue... Gue, benci sama lo kak"
"Bagus deh kalo lo benci gue" senyum lega terpampang di wajah tampan Eron.
Ryn menatap Eron tidak percaya, hatinya sangat sakit. Tapi dia sadar, Eron melakukan ini semua karena dia lelah, mungkin besok sudah kembali normal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endorse Jodoh
Подростковая литератураSaat dua seleb sosmed berbeda jenis ini dipertemukan untuk menjalankan sebuah usaha endorsemen dan mengharuskan mereka untuk melakukan sebuah kemistri... Apa yang akan terjadi?