Chapter 3

567 28 2
                                    

Engkau berlarian ditaman itu. Hembusan lembut angin menerpa wajah bercadarmu. Kau terlihat tersenyum dengan bahagia. Deg..kau menetapku,tatapan polos yang membius setiap mata yang melihatnya. Kau mengambil sesuatu dibalik bunga. Apa itu yang kau sembunyikan dibalik tubuh mungilmu. Hey..tunggu jangan mendekat. Aku tak mampu menahan jantungku yang ingin keluar saat ini juga. Tapi tubuhku semakin ingin mendekatimu. Kau tersenyum berjalan perlahan dengan anggun. Hey..tunggu kemana kau kenapa perlahan menghilang? Jangan mendekat,semakin kita dekat kau akan hilang." Jangan pergi!!!."

"Astaghfirullah..ada apa? Siapa yang pergi Zain?" Ikhsan terkejut hingga terbangun dengan panik.

Zain terbangun,tubuhnya penuh dengan peluh yang mengalir dipelipisnya. Dia mimpi itu lagi, apa mimpi itu akan jadi nyata. Jujur ia takut Zhizi akan menjauh saat ia didekatnya."aku hanya mimpi." Xain menjawab dingin dengan tatapan kosong.

"Allahu Akbar..Allahu Akbar..-" Terdengar suara azan dari musholla. Ternyata sudah subuh. Mimpi indah namun menyakitkan..hah. Para calon ATMES sudah bersiap dimusholla khusus asrama mereka. Asrama mereka terpisah dari Asrama santri lainnya,agak jauh kebelakang.

Selesai sholat mereka murottal bersama. Hatiku selalu tergetar saat mendengar suara dia..Ya Allah yang maha pembolak balik hati. Bantu hamba terlalu resah hati ini bila ingat bunga tidur itu. Batin Zain

"Semua calon ATMES selesai sarapan, pergilah bersama-sama ke ndalem." Selesai memberi pengumuman,Abi pun pergi meninggalkan musholla kecil itu.

Selesai sarapan mereka berkumpul, "apa sudah lengkap?" Ikhsan ditunjuk mereka sebagai ketua.

"Sudah a' yang akhwat sudah semua" Naila menjawab pertanyaan Ikhsan dengan cepat.

"Kalau begitu ayo kita pergi sekarang" seluruh calon ATMES pergi ke ndalem.

Sesampainya di ndalem mereka,abi dan umi tidak banyak bicara hanya menyuruh yang akhwat pakai niqab. Sedangkan yang ikhwan pakai kain rida' dibahunya. Umi meminta mereka semua untuk gotong royong ditaman belakang asrama.

Saat sampai disana,terlihat tidak kotor. Hanya ada daun dan bunga yang sudah berserakan di rerumputan. Mereka membersihkan taman dan dimintai untuk menghias taman itu. Ada sedikit tanah lapang disudut taman dekat asrama.

Abi memberi mereka bibit untuk menanam beberapa sayuran dan buah. Katanya bila sudah ada hasil, akan dijual dan uangnya disimpan ditabungan mereka sama rata. Abi ingin saat mereka tinggal dimadinah nanti mereka tidak perlu meminta paa orang tua lagi. Apabila takut kurang,mereka bisa bekerja sampingan dibawah pengawasan mu'allim.

Mereka setiap pagi dan sore diharuskan pergi kekebun mereka sebentar untuk merawat tanamannya. Bila taman kotor mereka membersihkan. Mereka duduk istirahat sebentar dipinggar sungai. Umi datang dengan membawa minuman dingin dan kue.

Mereka makan dengan sambil memandangi alam yang sempit disini. Namun sangat indah sekali sungai agak dangkal tampak bebatuan. Airnya jernih,sehingga sesekali tampak ikan yang berenang. Terkadang ada angsa para santri depan yang berenang sampai ke sungai belakang.

"Subhanallah..a' disini masih sama ya seperti waktu kita masih kecil.." Naila tersenyum melihat pemandangan yang sering ia lihat waktu kecil.

"Iya..disini selalu indah..dan yang ini tempat favorite yang paling bisa bikin sepupuku ini tenang dan menghilangkan sifat dinginnya." Ikhsan membeberkan semua kenyataan mengenai Zain dan taman belakang.

"Diamlah..tak usah berkata yang bukan bukan" Zain hanya menatap angsa yang berpasang-pasangan itu.

"Memang itu benar kan a'.." Naila menambahkan. Yang lain hanya menatap Mereka sambil terus memakan kue yang tersedia.'ternyata Akhi Zain suka sekali dengan taman ini..' Aisyah hanya membatin sambil sesekali mencuri pandang pada Zain.

Cinta Bernaung TaqwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang