Pernahkah kau berjuang untuk sesuatu? Pernahkah kau berlari untuk itu? Ya. I was.
Kemudian cinta menamparku keras. Berulang kali untuk menyadarkanku. Tak apa jika kau ingin berlari. Hanya saja berhentilah berlari kepada seseorang yang juga berlari. Apalagi jika dia berlari karena kau berlari mendekatinya.
..FreyaKeenFreya menarik nafas panjang. Meletakkan buku bercover ungu dikasurnya. Dunianya mulai berubah. Freya lebih dapat menerima perih.
"Libur panjang yang menyebalkan" aku menatap layar handphone. Mencoba mencari sesuatu disana.
"Lensy .. where are you?" Aku berteriak.
Lensy memang sering menghilang disaat aku akan pergi ke rumah Papa. Terkadang penuh alasan. Terkadang ia hanya menghilang begitu saja. Ya, mungkin itu ritual kecilnya untuk membuatku cepat kembali dan memeluknya. Huh! Sahabatku yang gila itu memang sesuatu.
"Freya.. Papa kamu bentar lagi mau jemput kamu. Udah siap belum?" Terdengar suara wanita terhebat diduniaku dari kamar sebelah. Yahyahyah.. kamar mama dan kamarku bersebelahan.
"Ia mam.. hampir selesai." Aku berjalan pelan mengambil tas ranselku. Berdiri di depan pintu kamarku lalu memperhatikan segala isi ruanganku sekali lagi.
"I'll be back. Don't miss me, okay?" Aku bergumam pelan. Lalu berlari ke arah kaca besar disamping tempat tidur serba unguku itu.
"Okay, i'm not just gonna leave this." Aku berdiri tegak seperti seorang putri. Membiarkan rambut panjangku terurai indah disana.
"Mirror mirror on the wall.. who is the most beautiful lady on the land?" Freya melangkah pasti dengan kostum Freya, yang tentunya bukan putri kerajaan itu. Ya, seadanya. Baju kaos biru dan celana jeans hitamnya.
"You. You are the most beautiful lady on the land." Freya menjawab pertanyaannya sendiri dengan suara yang dibuatnya terdengar lebih berat. Lalu tertawa kecil sambil berlalu dari kamar tidurnya.
Kebiasaan yang cukup keren, huh? Ya, aku menyukai banyak film seperti pangeran dan putri kerajaan. Seperti dalam film snow white, aku menyukainya, ibu tiri yang penuh gairah, puna tujuan, keras dan Percaya diri. Mungkin itu juga yang aku perlukan. Sedikit keberanian untuk menatap pada cermin dan percaya kau punya takdirmu sendiri, Freya Keen.
Mama dan papa sudah bercerai sejak aku berusia lima tahun. Beruntungnya aku, aku memiliki mama yang penuh kasih sayang. Ia bahkan memaafkan papa yang jelas-jelas mengkhianati cintanya. Aku pikir, mama memikirkanku. Itu sebabnya mama selalu menyambut papa dengan senyuman. Seperti pagi ini.
"Hy Serly." Sapa pria berusia 47 tahun itu. Mama hanya tersenyum.
"Freya.." Mama berpaling.
"I'm right here." Aku membuka pintu mobil milik papa. Lalu melempar ranselku ke kursi depan disamping kursi pengemudi.
"I'll be back mom." Aku berlari mengecup pipi kiri mama. Lalu kembali menghilang dalam mobil BMW putih. Meninggalkan mama dalam balutan gaun tidur putihnya.
"Gimana sekolah kamu?" Papa menatapku sekilas lalu kembali fokus pada kemudi. Wajahnya mulai terlihat seperti lansia. Ya, Papa memang sudah berusia 47 tahun. Tak mengherankan jika rambutnya mulai dipenuhi dengan rambut berwarna putih.
"Baik kok Pa. Aku sekelas lagi sama Lensy." Aku memberi senyuman. Banyak yang ingin aku ceritakan memang, namun ku rasa untuk saat ini Papa cukup tahu hal ini saja. Lagi pula, kami tak pernah benar-benar berbagi kisah.
"Mama kamu gimana?" Papa bertanya tanpa melirikku sedikitpun.
"Mama gimana apanya Pa?" Aku tersenyum simpel. Aku tahu papa masih peduli dengan wanita yang pernah ia nikahi itu.
"Ya.. Kesehatannya.. kerjaannya mama kamu" wajahnya tanpa ekspresi.
" kesehatan baik. Kerjaan baik. Pokoknya mama aman dan bahagia." Ada segaris senyum tercipta diwajah Papa. Ya, aman dan bahagia. Itu saja yang perlu kau tahu, Papa. Kau tak perlu tahu mama terluka. Bukan kau tak ingin tahu, Pa. Kau hanya menutup matamu untuk melihat bahkan merasakan apa yang mama rasakan.
Itulah Papa. Dia tak seperti yang aku harapkan. Tapi setidaknya pedulinya tetap disana.
Apa yang kau harapkan, Freya? Mereka tak pernah bersama lagi. Tidak kemarin, hari ini ataupun nanti. Papa dan mama.. mereka punya sesuatu yang bahkan aku sulit untuk pahami. Aku sadar sesuatu itu. Sesuatu yang hanya bisa diajarkan oleh mama. Sesuatu yang papa bahkan tak menyadarinya. Tidak. Mereka memang tak menyadarinya. Sesuatu itu.. mengubah duniaku. Mengubah dunia mama dan papa. 12 tahun lalu, aku bahkan tak bisa mengingat apapun.
Sakitnya tak pernah hilang. Bahkan menatap mereka berdampingan rasanya semakin membunuh hatiku.
Andai rasa itu tetap disana, papa.. bisakah kau peluk aku dalam pelukan mama? Bisakah kau berikan aku sedikit kenangan indah? Atau biarkan ini tetap seperti ini. Menyakitkan, semakin menyakitkan. Sesuatu itu bisakah kita kembali pada saat itu? Bisakah kau pergi dan tak masuk ke hidupku? Semakin dipikirkan, semakin menyakitkan. Freya kembali mengambil nafas panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shouldn't come back
RomanceKita pernah saling mengejar. Saling mendapati, saling menghancurkan. Lalu kembali memeluk cinta. Rentetan itu berulang terus menerus. Aku, Freya Keen dan dia, pria yang ku harapkan, Nando Leman. Kita memeluk rasa namun tak merasakan rasa. Karena aku...