Rumah bercat putih itu terlihat sangat tenang. Halamannya berhiaskan beberapa pot bunga mawar dengan tatanan batu kerikil berwarna merah, ungu dan biru yang ditabur membentuk jalan menuju garasi mobil. Disekitar kerikil terdapat rumput hias untuk menjaga tetap terlihat indah bersama bunga mawar.
"Mama.. hari ini kita jalan yuk.." Freya berbaring dipangkuan mamanya.
"Where you wanna go?" Mama memicingkan mata besarnya. Mencari tahu apa yang putrinya inginkan.
"I don't know, mom." Freya menatap lurus ke plafon rumahnya yang berwarna putih.
"Pantai. How about beach?" Freya beranjak dari pangkuan mama. Mama tertawa kecil sebelum mengiyakan ajakan Freya.
Ramai. Itu hal lain dari pantai. Ya, setelah pasir putih dan air laut yang biru. Apalagi ini hari libur terakhir. Aku merasa bersalah mengajak mama ke pantai. Bukan karena ramainya. Sebenarnya tak peduli seramai apapun tempatnya, tapi jika kau mengenal seseorang disana semuanya akan baik-baik saja. Ya, Aku punya mama. Bodohnya adalah mama punya papa. Lalu papa tak sendiri.
"Sorry mom. We can move if you want to" Freya menggenggam tangan mama erat."Or we can stay." Mama menatapku lembut. Ada getaran saat mama berbicara denganku. Bibirnya bergetar.
Bagaimana ia dapat menyembunyikan hal itu? Dihadapannya berdiri seseorang yang pernah menjadi bagian dari hidupnya. Seseorang yang pernah berjanji untuk tak meninggalkannya. Kemudian aku disana. Lalu janji itu pudar. Mengurung mama disana. Melihatku mungkin sesuatu yang memberinya kekuatan. Setidaknya itu yang mama katakan. Namun aku tak tahu, mungkin ini menyakitkan. Melihat sesuatu yang katanya buah cinta tanpa adanya cintamu disisi. Itu kilasan lain dariku.
"Mom.. but maybe i need some...um.. rest? for tomorrow" Freya bahkan tak tahu harus berucap apa. Semuanya terasa salah.
"Maybe you can stay." Mama kemudian menelepon seseorang.
"Mama udah minta Lensy untuk datang. Take care yourself Oke? Mama ada urusan sebentar." Mama berbalik, mengecup keningku cepat. Membelai rambutku lalu menghilang ditengah keramaian.
"Freya.." suara lembut itu sangat Freya kenal. Freya berbalik. Seorang wanita berkacamata hitam dengan gaun pantai yang ia kenakan terlihat sempurna ditubuh rampingnya.
"Hy, Ibu. Pa.." Freya menyapa dengan sopan. Papa seperti mencari sesuatu. Atau mungkin seseorang.
"What?" Aku menatap pria pertama di hidupku yang memiliki cintaku.
"Are you alone? Where's your mom." Papa menatapku lekat-lekat.
"Tenang om.. Freya sama aku kok" Lensy tiba-tiba saja muncul. Dia selalu tepat waktu, bukan? Ya, entah apa yang dia pikirkan, dia terlihat acak-acakan. Freya tertawa kecil.
"What?" Lensy menatap kesal pada sahabat bodohnya itu.
"Nothing." Freya masih tertawa.
"Freya.." Seseorang menggapai tangan kecil Freya dari belakang. Freya berbalik, mendapati seorang pria. Ya. Pria dengan cintanya disana.
"Hy.." Freya segera menatap Lensy. Mencari pertolongan dari sahabatnya itu.
"Oh. Selamat sore Om.." Nando berjabat tangan dengan Papa.
Rasanya ingin melemparkan tubuhku ke laut sana. Terlepas dari mama yang kurang beruntung karena bertemu papa bersama matir, ku rasa aku mempunyai nasib yang benar-benar tidak beruntung. Maksudku, aku terluka. Kalian tahu, dari rentetat mencari, menolak, mengabaikan yang Nando lakukan, aku hanya ingin berhenti menatapnya. Berhenti menatapnya dan menyadari aku masih terlalu mencintainya.
"Um.. Nando, ini ibu. Ibu, ini Nando dan Lensy" Freya tersenyum seadanya.
"Hy." Matir menebar senyum pada Lensy dan Nando. Nando menatap bingung. Ya, ini kali pertama Nando bertemu matir.
"Papa.. Ibu, kami akan pergi. See you" Freya mengecup pipi papa. Lalu mereka hilang ditengah keramaian.
Nando terlihat baik-baik saja. Dia bahkan tertawa beberapa kali didepanku. Apa aku kau harapkan, Freya? Kau berharap dia menangus didepanmu? Menyesal atau semacamnya? Freya, kau kenal Nando. Dia tak merasakan apapun.
"Freya... kamu lelet banget sih" Nando menarik tanganku. Lensy hanya tersenyum.
"Aku duluan ngak papa kan? Udah mau jam 6 nih. Aku ngak bawa hp. Nanti dicariin lagi sama nyokap." Lensy menatapku. Tatapannya seakan mengatakan "semangat sobat".
Freya semakin kuatir. Nando terlihat tenang. Bahkan setelah melepas kepergian Lensy, ia masih tetap tenang.
Nando berjalan di depan Freya, Mereka masih melakukan kegiatan mengitari lapangan, tanpa ada siapapun disana.
"Freya, kamu ingat yang aku bilang ke kamu waktu itu?" Nando berbalik. Menatap sosok rapuh didepannya."Hm.." Freya menganguk pelan.
Tunggu! Nando what? Maksudku.. perkataan apa yang kau maksudkan? Yang membuatku bahagia, atau yang penuh makna dan terkesan mencampakanku itu?
"Kamu boleh ambil semua yang ada padaku, Freya." Nando terlihat serius.
"You know, i just need one thing." Freya kembali memulai langkahnya.
"And take it." Nando menarik tangan Freya. Membuat tubuh mereka saling berhadapan.
"I'm not sure you have it, love" Freya menyentuh pipi Nando lembut. Hal yang selalu ia lakukan. Namun rasanya sangat menakutkan untuk menyentuh wajah priamu. Lagi. Karena dalam keadaan itu, kau hanya akan melihat dua hal. Dia, yang mencintaimu, atau dia yang berusaha terlihat mencintaimu but he don't.
Aku melihat salah satunya dalam dirimu, Nando.
"Maybe you right. But i was. I know i can love you again" Nando menyentuh wajah Freya.
Say love, Nando. Aku tak peduli jika yang ku lihat darimu adalah kau yang tak mencintaiku. Aku tak peduli kau akan berusaha mencintaiku atau tidak. Aku hanya ingin memilikimu. Sekarang. Say it love, Nando!!
"Love you, Nan" Freya memeluk Nando. Nando memeluk Freya. Cukup erat. Menyingkirkan jarak yang ada.
Rasanya hancur. Kau bahagia memilikinya. Memilikinya untuk secara terang-terangan mengatakan padanya Aku cinta kamu tanpa ada balasan. Tanpa ada bantahan. Entah cinta yang diusahakan akan sama seperti dahulu, atau akan berhenti seperti sebelumnya. Mengambang, lalu hilang ditabrak angin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shouldn't come back
Storie d'amoreKita pernah saling mengejar. Saling mendapati, saling menghancurkan. Lalu kembali memeluk cinta. Rentetan itu berulang terus menerus. Aku, Freya Keen dan dia, pria yang ku harapkan, Nando Leman. Kita memeluk rasa namun tak merasakan rasa. Karena aku...