"Mau?" Wanita itu bertanya dengan raut wajah polosnya yang sangat mengesalkan bagi Sehun saat ini.
Sehun menggeleng dengan wajah datarnya sebagai balasan.
"Ini sangat enak! Nyam nyamm..."
Pria itu menggelengkan kepalanya seakan tak percaya sosok di hadapannya saat ini adalah Hana, istrinya. Baik. Kehamilan Hana sudah memasuki usia 3 bulan. Sejalan dengan penderitaan- okay, terlalu berlebihan. Mungkin lebih baik disebut sebagai kesialan- yang juga telah menemani pria itu selama 3 bulan ini. Bagi yang masih lajang tentu tidak akan tahu rasanya.
Hell. Fakta menyakitkan lagi, masih ada kira- kira 6 bulan baginya untuk merasakan kesialan yang sama. Atau mungkin malah akan bertambah parah?
Hana tidak mengidam yang aneh- aneh. Malah segala hal yang diinginkannya tidak jauh- jauh dari sayuran, buahan, dan cemilan seperti singkong pedas. Tapi yang menjadi masalah adalah tingkahnya yang semakin hari semakin manja. Mudah merajuk dan merengek. Semakin garang, owh ini yang paling Sehun benci. Kemana- mana harus digendong olehnya. Bukannya tidak mau. Tapi melihat tubuh Hana yang sekarang semakin besar tentu membuatnya ngos- ngosan. Beruntung jika disuruh menggendong beberapa meter jauhnya. Ini diminta menggendong dari lantai satu ke lantai dua?! Gila.
Sehun tidak habis pikir, mengapa problema setiap suami saat istrinya hamil ya seperti ini. Fiuhh...
"Hana, lebih baik kau mandi dulu. Ini sudah sore." Pria itu melangkah mendekati Hana yang tiduran di sofa kamar. Lalu mengulurkan tangan berharap akan mendapat sambutan.
Tapi sayang, Hana menatapnya dengan sengit. "Tidak mau! Justru karena sekarang sudah sore. Kau tidak lihat jika langit sudah berubah warna seperti jeruk masak? Jika aku sakit bagaimana?! Kau ini suami-"
"Baiklah- baiklah. Aku mengerti."
Salah satunya seperti ini. Istrinya itu entah belajar darimana menggunakan kata- kata berlebihan. Telinganya panas. Pernah dirinya diomeli sampai dua jam dengan kalimat sejenis itu. Dan Sehun jera.
Sehun berbalik dan berjalan menuju lemari pakaian di sudut ruangan. Membukanya dan tangannya bergerak mengobrak- abrik isinya. Hana memperhatikan dengan bingung.
"Sedang apa?? Kau membuat lemari berantakan Sehun."
Tapi pria itu mengendikkan bahunya enggan untuk menjawab. Kemudian tangannya yang tadi berada di dalam lemari keluar bersama sepasang piyama berbahan katun.
"Itu bajuku. Untuk apa?"
Masih belum ada tanggapan dari Sehun, membuat Hana mengerucutkan bibirnya. Sehun kembali berjalan ke arahnya membawa piyama itu dan meletakkannya di samping tubuhnya.
"Ayo mandi." Pria itu berujar singkat.
"Sehun..." Rengek Hana.
"Aku akan memandikanmu. Pakai.air. hangat." Hana membulatkan bibirnya mendengar jawaban sang suami yang menekankan tiga kata terakhir dengan cepat, lalu terkekeh sesaat kemudian. Sehun menyadari gelagat wanita itu yang akan menolak dengan alasan 'nanti sakit jika terkena air dingin sore hari'. Jadi sebelum itu terjadi dia tidak membiarkan Hana memotong kalimatnya.
"Pakaian dalamku belum ada." Kata Hana seraya menepuk piyama yang tergeletak di sampingnya.
"Lalu aku juga harus mengambilnya?" Sehun menukik alisnya.
Wanita itu mengangguk sambil tersenyum manis.
"Ambil saja sendiri. Punya kaki punya tangan harus digunakan." Senyum Hana sirna saat kalimat cuek keluar dari mulut suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT YOU... (Sehun & Hana)
FanficC O M P L E T E D. Kehidupan pernikahan yang manis sebelum memiliki anak, kenapa tidak? Hana senang karena dapat bermanja dan menjahili suami mesumnya. Nyatanya bagi Sehun hal itu adalah musibah. Dia tidak mau menjadi seorang ayah tua nantinya. Perm...