13. Welcome!

1.5K 100 0
                                    

Baca note nanti ya👌
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Sehun, please! Jangan mondar- mandir di depanku." Hana menatap jengah suaminya. Di depannya pria itu terus saja berjalan ke sana kemari sambil menggumam tidak jelas.

"Oh Sehun!!" Teriak Hana lagi dan untungnya kali ini pria itu mendengarnya.

"Apa?"

"Bisa tidak kau diam saja?! Sudah lama kau begitu, tidak lelah?"

Sehun mengernyitkan dahinya sesaat lalu menghela napas. "Tidak mungkin aku berdiam diri saja, sebentar lagi kau akan masuk ke ruang terkutuk itu dan melahirkan! Katakan bagaimana aku bisa diam??" Pria itu menjawab dengan sedikit emosi.

Sekarang giliran Hana yang mengernyitkan dahi. Dia saja yang akan melahirkan tidak sebegitu gelisah. Tapi suaminya ini...

"Coba kau berada di posisiku—"

"Tidak mau!"

"Astaga Hana dengar!" Sehun semakin berang karena Hana yang menyahuti kalimatnya tiba- tiba, padahal dia sedang serius saat ini.

"Berada di posisiku ini juga tidak enak, Hana. Aku sebagai suami yang sebentar lagi istrinya akan melahirkan. Aku tidak tahu bagaimana nasib bayiku nanti atau nasibmu. Banyak kemungkinan yang akan terjadi dan yang paling buruk adalah aku kehilanganmu. Kau pikir ini main- main?!"

"Kau pikir aku juga tahu nasib kami nanti?" Hana balas bertanya karena sudah kesal.

"Apakah kau yang gelisah dan bersikap sensitif seperti ini akan membantuku saat melahirkan nanti? Nasib kami tidak dapat ditentukan olehmu, olehku, bahkan oleh dokter yang menanganiku nanti. Semua sudah diatur dan ada jalannya!" Sambung wanita itu lagi sebelum suaminya kembali menyela.

Sehun terdiam tapi hanya sebentar. Pria itu dengan cepat tersadar dan menggeram. Lalu dengan langkah yang cepat kakinya mendekati istrinya yang duduk di tempat tidur kecil itu.

"Aku hanya mengkhawatirkanmu, Hana. Apa aku salah?" Tanyanya tepat di hadapan Hana.

"Kekhawatiranmu tidak salah, tapi jangan menambah bebanku. Dengan melihatmu seperti ini aku juga ikut takut. Seharusnya kau menenangkanku sebelum aku memasuki ruang yang kau katakan terkutuk itu." Nada bicara Hana ikut melembut mendengar pengakuan suaminya. Dia senang karena suaminya itu mengkhawatirkannya, tapi yang paling dibutuhkannya saat ini adalah pelukan.

Sehun menghela napas lagi, "Jadi sekarang apa yang kau inginkan, sayang?" Tanyanya.

"Kemari dan peluk aku. Aku hanya membutuhkanmu saat ini." Hana mengulurkan kedua tangannya ke arah Sehun yang disambut dengan hangat oleh pria itu.

"Jangan tinggalkan aku setelah kau melahirkan nanti, Hana. Aku tidak akan bisa hidup dengan benar tanpamu..." Lirih Sehun. Kedua tangannya mendekap erat wanita kesayangannya. Nyatanya berpelukan seperti ini membuat mereka lebih tenang walau kekhawatiran itu masih ada.

"Hm... Aku mencintaimu, Sehun."

"Aku juga mencintaimu sayang..."

Sebanyak mungkin Hana menghirup aroma maskulin suaminya. Dengan begitu ia akan ingat untuk berjuang di ruang operasi nanti. Untuk anaknya dan untuk mereka berdua.

********************

"Ibu dan bayinya selamat, bayinya laki- laki. Selamat untuk keluarga." Ucap seorang wanita setelah keluar dari ruang operasi. Setelah berpamitan wanita itu kemudian pergi.

Kebahagiaan jelas terpancar dari setiap wajah di sana. Setelah menunggu beberapa jam akhirnya mereka mendengar kabar bahagia dari anak mereka.

Di dalam ruang itu, Sehun tidak dapat berkata apa- apa. Pria itu hanya diam dengan air mata yang terus saja mengalir di pipinya. Dalam hati tidak henti mengucapkan syukur dan terima kasih atas perjuangan juga keselamatan istri dan anaknya.

Namun pancaran hangat matanya tidak beralih dari Hana yang sedang berisitirahat pasca melahirkan. Wanitanya masih di hadapannya dan sedang tertidur.

Sehun mengulurkan kedua tangannya untuk menggenggam sebelah tangan Hana, mengecupnya dengan penuh kasih.

"Terima kasih karena masih bersamaku..."

Setelah mengatakan kalimat yang sedari tadi hanya bisa terucap dalam hati, pria itu beranjak setelah melihat seorang perawat menggendong anaknya. Mungkin karena nalurinya sebagai orang tua, tangannya tidak ragu untuk menyambut tubuh gempal mungil itu ke dalam dekapannya.

"Hey, baby boy~ Kau membuatku sangat khawatir. Tapi untung saja kau sudah lahir ya? Aku tidak tahan melihat ibumu berteriak seperti tadi." Sehun menatap anaknya yang masih terpejam usai dibersihkan. Dikecupnya pipi gemuk itu dan terkekeh pelan saat anaknya bereaksi terhadap gerakannya.

"Kita tunggu ibumu bangun setelah itu kau menyusu ya? Tidur dulu baby boy."

*******************

😅Hi?? Maapkeun saya yang lama- lama update cerita ini. Dan akhirnya saya datang lagi dengan kelanjutan yang membingungkan(?) ini.

Sesuai permintaan saya untuk membaca note ini maka, "Ya! Inilah part terakhir pasangan ini😆" Setelah mikir lama kayaknya memang harus ini akhirnya karena gimana ya, kalau dilanjut lagi setelah kelahiran baby HunHan biasa banget gitu. Malah juga jadi membosankan, kan ya?

Maka dari itu inilah akhirnya^^
Sebagai bonus, epilog akan saya kasih deh. Ditunggu ya.

Bye Bye👋

_SAERA JUNG_🍀🍀🍀

ABOUT YOU... (Sehun & Hana)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang