Part 17: The Beginning

1.9K 129 2
                                    

         ~Naomi Jones POV~

         Aku khawatir pada Niall dan yang lain. Saat aku melihat Taylor, wajahnya seperti tersenyum puas. Aku sangat takut jika dia melihat Niall dan yang lain. "Nao, are you okay?" tanya Skandar menyadarkan aku dari lamunan. "Sure, I'm okay. Can you faster?" balasku. "Sure." jawabnya. Bisa kurasakan laju mobil makin cepat. Tuhan, semoga Niall dan yang lain baik-baik saja. Walaupun aku tak yakin dengan apa yang mereka katakan tentang Taylor, tapi ada saja rasa khawatir dalam benakku.

          Tak terasa aku sampai didepan rumah. Aku langsung keluar dari mobil dan berlari. Aku sempat mendengar Skandar memanggilku. Tapi aku tak peduli. Yang aku pedulikan saat ini hanyalah keselamatan Niall, Liam, Louis, Harry, dan Zayn. Aku menuju garasi rumah. Nothing. Tak ada mobil ku disana. Aku keliling taman, sama saja, nihil. Aku kembali menuju pintu utama. Kulihat Skandar melihatku bingung. Aku ingin menangis. Aku tertunduk dan air mataku menetes. "Nao?" panggilan lembut Skandar aku hiraukan. Aku panik. Perasaan ku kacau saat ini. Rasa khawatir menggerogotiku saat ini. Aku takut, sungguh takut.

           Dan perasaan itu menghilang ketika melihat mobilku memasuki halaman rumah, menuju tempat parkir sementara dekat garasi. Kulihat sosok pria blonde turun dari mobil dengan tampang lega. Tanpa peduli aku berlari langsung memeluknya erat. "Naomi?"gumamnya. "Niall, kau ini membuat aku panik. Aku takut terjadi sesuatu padamu dan yang lain." ujarku dalam pelukan Niall sambil terisak. Kurasakan tangan Niall membalas.memelukku dan dia mengusap rambut ku lembut. "Maafkan aku. Maaf." gumam Niall.

            "Ekhhheeemmm........." ku dengar seseorang berdeham. Aku melepaskan pelukan ku pada Niall. "Khawatir pada kami, tapi Niall yang dipeluk?" celetuk Harry yang berdiri di dekat pintu kemudi. Aku segera mengambil kerikil lalu kulemparkan padanya. "Eh iya, maaf maaf. Aku hanya bercanda Naomi." gerutu Harry. "Tidak lucu. Dan kalian, kenapa menghilang huh? Aku khawatir, kalian tahu?" gerutuku.

"Taylor melihat kita. Dan hasilnya kita dikejar anak buahnya." jawab Zayn.

"Taylor? Oh, pantas saja tadi-" omongan ku terhenti.

            Niall membekap mulutku. "Sedang apa kau disini cheater?" tanya Louis. "Ak-aku-" omongan Skandar tepotong. Mereka sama sekali tidak memberi kesempatan untuk Skandar melanjutkan omongannya. Aku juga baru ingat ada Skandar. "Kenapa kau ada-"

"AWW..." teriakan berasal dari mulut Niall.

"Rasakan!" balasku.

"Sakit. Why you did that?"

"Karena kau membekap mulutku."

"Oke, maaf?"

"Iya. Eh, bawa Skandar kedalam. Lou, bekap mulutnya!"

"APA? Aku? Membekap mulutnya? No, hell no." tolak Louis.

"LOUIS, JUST DO IT!!!" teriak ku bersama yang lain.

"Fine."

-------------------------------------------------

          Kini aku dan mereka sudah berada di kamarku. Untung saja mom, dad, dan Edward sedang tidak dirumah. "Kenapa kalian melakukan itu padaku? Aku tak melakukan hal buruk bukan?" keluh Skandar. "Hah, benar sekali tuan. And I'll always keep my eyes on ya!!" ujar Louis sambil menatapnya fokus. "Lou, itu menjijikan." ujar Niall. Louis sekarang memelototi Niall. "You don't even scare me. That face is like a clown. Yeah, a clown." ujar Niall. "Apa katamu?" tanya Louis.

         iPhone Naomi berdering. Dilihatnya nama yang terpampang. "Bisakah kalian diam?" tanya Naomi kesal. Mereka diam seketika. "Hai baby, what's goin' on?" tanya Naomi. "I miss you Naomi. Where are you?" tanya seseorang diseberang.

Between Me and The BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang