TUJUH

40 5 0
                                    

"Anjir, lihat muka lo tadi tegang amat, kayak mau disuruh maju ke depan kelas buat jawab soal Matematika sama Bu Diah." Zaki akhirnya tertawa kencang setelah mereka ke luar dari kantin.

"Kambing lo, Zy! Kelihatan bego banget gue tadi tuh," umpat Cakka kesal.

"Udah, pepet terus." Zaki menyemangati. "Lihat tuh Shilla, udah gandengan aja sama Yordan." Dia menunjuk ke arah Shilla yang berada di depan UKS, lagi mengobrol sama Yordan−kembarannya Erika. Enggak gandengan beneran, Zaki hiperbola aja.

Shilla dan Yordan seperti sedang mendiskusikan soal entah apa, tapi yang Cakka lihat Yordan lagi menunjukkan sesuatu di selembar kertas yang dia bawa, jadi posisi mereka kelihatan dekat. Belum lagi sesekali Shilla kelihatan senyum atau ketawa. Entah kenapa melihat itu Cakka tiba-tiba enek.

"Eh, mau ke mana?" seru Ozy saat Cakka mempercepat langkah, tapi enggak dijawab.

Cakka melangkah sambil merogoh saku celana untuk mengeluarkan handphone. Langkahnya semakin cepat saat sedikit lagi mendekati Shilla dan Yordan, lalu terdengar bunyi bedebuk saat Cakka melintas di antara keduanya yang lagi dempet-dempetan. Sekarang mereka terpisahkan, berjauhan ke sisi yang berlawanan.

"Sorry, sorry. Lagi nangkap Pokemon," ujar Cakka asal sambil melirik Shilla yang menatap dengan ekspresi enggak suka. Ah, ya kali aja masih ada yang main Pokemon Go zaman sekarang.

"Makanya jangan ngobrol di jalan kalau enggak mau diganggu," ujar Cakka sengak.

***

Dengan langkah terseok-seok, Shilla berjalan ke kantin dengan sangat malas. Biasanya, ia akan memilih ke perpustakaan saat jam istirahat. Tapi entah kenapa, setelah mimpi masa tua yang menyedihkan, Shilla sedikit-sedikit ingin merubah kebiasaannya meski sangat berat. Soalnya, Ify yang memiliki hobi serupa malah menolak mentah-mentah ajakannya ke kantin, dan pergi ke perpustakaan seperti hari-hari sebelumnya.

Hampir saja Shilla mengikuti cewek itu ke perpustakaan, kalau saja enggak melihat Erika yang turut melepas sepatunya di depan pintu perpustakaan. Dan lagi, Ify enggak bisa sepenuhnya dikatakan sama dengan Shilla.

Cewek itu masih punya pacar, Lilo, yang seenggaknya bisa membuat Ify enggak terlihat semenyedihkan Shilla.

"Bu, baksonya satu sama es jeruk," katanya pada Bu Lala si penjual bakso. Setelah mengangguk, Bu Lala langsung menyiapkan pesanan.

"Tumben sendirian Shilla, Ify ke mana?" tanya Bu Lala yang sedang membuat es jeruk pesanan Shilla.

"Ke perpustakaan, Bu."

Setelah mendapatkan pesanannya, Shilla langsung berjalan ke arah meja paling pojok yang kosong. Duduk sendiri di saat ini adalah kali pertamanya ke kantin setelah beberapa bulan terakhir.

Shilla menyeruput kuah bakso hingga tandas, yang berhasil membuatnya tersedak di tetes terakhir. Lebih parahnya lagi, es jeruk yang ia beli tadi sudah habis. Bagus!

"Gue bakal mati tersedak di kantin dan menjadi berita utama di mading," pikirnya. Namun, tiba-tiba ada sesuatu yang menempel di kepalanya. Terasa dingin dan menyegarkan. Dengan mata yang sudah diliputi airmata, Shilla mendongak dan mendapati Cakka sedang menatapnya dengan ekspresi sulit ditebak.

"Minum dulu," katanya sambil mengedikkan dagu ke air mineral dingin yang ditempelkan ke puncak kepala Shilla. Tanpa pikir panjang, Shilla langsung menggapai dan menenggak air itu sampai tandas.

"Udah lega?"

"Makasih banget!" Shilla menjawab dengan semringah. Cakka mengangguk, lalu kembali serius menatap cewek itu. Shilla enggak sadar kalau Cakka sudah duduk dari beberapa detik yang lalu.

Di Antara Hujan [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang