Wajah yang Selalu Tersenyum

23 7 0
                                    

Adis turun dari bis, ia berjalan menuju alamat yang ia tuliskan di secarik kertas. Hari ini ia mengambil jatah libur dari pekerjaannya agar bisa mengunjungi ayahnya di tempat tahanan. Ini pertama kalinya Adis bisa mengunjungi ayahnya, Adis sangat merindukan ayahnya. Sayang sekali ibu Adis tidak adapat ikut dengannya. Adis melihat ke jalan didepannya, tidak sulit untuk mencari tempat penahanan. Sebuah plang tertulis disana, menunjukkan ke arah mana Adis harus pergi. Ia masuk lagi ke dalam komplek yang tidak terlalu begitu ramai dengan warga. Setelah beberapa menit Adis berjalan dia menemukan tempat yang dia cari sebuah bangunan besar dengan halaman depan yang luas. Bangunannya terlihat agak sedikit menyeramkan dan begitu ketat dengan para petugas yang sedang menjaga tempat itu. Ia berdiri di depan gerbang yang banyak dipenuhi oleh karat, Adis mencoba mengetuk gagang besi gerbang itu. Seorang petugas berdiri di depan gerbang dan membukanya.

"ada kepentingan apa anda datang kesini?" tanya petugas itu tegas.

"sa.. saya ingin mengunjungi ayah saya disini" kata Adis agak gugup, petugas itu diam sebentar lalu kemudian menyuruh Adis untuk mengikutinya.       

Setelah beberapa administrasi yang harus Adis isi, seorang petugas kemudian mengantar Adis masuk ke dalam bangunan tempat orang-orang bermasalah di tahan. Saat masuk ke dalam, lorong-lorongnya agak gelap dan terasa lembab. Dindingnya tidak jelas berwarna apa, hanya terlihat seperti abu-abu gelap dan juga membuat Adis merasa tidak betah. Beberapa petugas berlalu lalang, wajah mereka begitu datar dan sebagian terlihat sangar. Selain para petugas, ada juga beberapa orang yang sepertinya sedang mengunjungi tahanan disini juga. Kemudian seorang petugas yang mengantar Adis menyuruh Adis untuk menunggu sebentar. Adis berdiri di depan sebuah pintu masuk, sementara seorang petugas berbicara kepada petugas lain yang sedang berjaga di depan pintu. Kemudian seorang petugas wanita menghampiri Adis, ia memeriksa Adis dari ujung kaki hingga ujung kepala. Setelah itu Adis diperbolehkan masuk ke dalam. Saat masuk ke dalam Adis melihat tempat para penjenguk agar bisa bertemu dengan tahanan. Pembesuk duduk di kursi dan didepannya adalah kaca besar yang menghalangi antara pembesuk dan tahanan yang dijenguk. Setiap pembesuk satu dengan yang lainnya di sekat-sekat, dan sepertinya para tahanan di dalamnya di sekat dengan dinding seperti dibagi dalam ruangan-ruangan kecil. Petugas yang mengantarkan Adis menyuruh Adis untuk duduk di kursi yang menghadap dinding kaca, didalamnya terdapat ruangan sempit yang kosong.

"tunggu disini , tidak lama lagi orang yang ingin kamu temui akan segera datang. Kami hanya memberi waktu selama dua puluh menit" kata petugas itu dan kemudia ia pergi meninggalkan Adis yang hanya menatap dinding kaca dihadapannya. Dinding kaca itu terdapat lubang-lubang kecil yang dibuat agar suara bisa terdengar ke dalam. Setelah itu seseorang masuk ke dalam dan duduk di hadapan Adis.

"ayah?" sahut Adis senang melihat ayahnya baik-baik saja.

"Adis, syukurlah ayah bisa melihat kamu lagi nak" katanya dengan wajah yang tenang.

"ayah baik-baik aja disini? Ayah keliatan agak kurus sekarang"

"tenang aja, ayah baik-baik aja disini, gimana kabar ibu nak?"

"ibu sekarang baik-baik aja, tapi nggak ada kemajuan kalau ngeliat dari kondisi ibu setiap harinya. Harusnya ibu melakukan terapi dua minggu lalu, tapi uangnya belum cukup. Adis masih nunggu gaji dari hasil kerja Adis" kata Adis dengant raut wajah sedih. Ayah Adis menatapnya nanar, kemudian menghela nafas berat.
        
"ayah juga berharap ibu cepat sembuh, maaf jika kamu harus menggantikan ayah mencari uang"

"ini bukan pilihan, tapi ini jadi kewajiban Adis. Ayah nggak perlu ngerasa bersalah" ayahnya hanya mengangguk pelan.

"apa ayah betah disini? Adis ngerasa ngeri waktu masuk kesini. Dan lagi udaranya lembab dan agak bau tanah basah" kata Adis sambil mengernyitkan wajahnya.

Rantai HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang