01-86C

44.9K 1.3K 48
                                    


Jam menunjukkan pukul 05.30 Wib, seorang yang memiliki rambut sebahu tersebut masih mengenakan piama, dia baru saja menyelesaikan sholat subuh. Setelah membuka jendela kamar, kemudian dia duduk ditepi tempat tidur ukuran single yang cukup nyaman. Gadis itu mengerdip-ngerdipkan mata indahnya seakan tak percaya menatap isi amplop besar berwarna coklat yang saat ini tengah dipegangnya, kemudian pandangannya beralih pada koran yang ada diatas nakas disamping tempat tidur, seketika diambil koran tersebut dari tempatnya. Tangan mungil gadis itu mengusap ringan tulisan yang ada di koran tersebut.

Tulisan kecil yang hanya sebaris merupakan hal yang paling dia impikan ' 68053xxxxxx - Revalina Shanum .Tj - Bidan' kurang lebih itulah yang tertulis dalam koran tersebut. Dia tidak menyangka dapat diterima dalam perekrutan ASN tahun ini, dia sangat bersyukur walaupun namanya tertera di urutan 2 terakhir. Bermodal isi dari amplop coklat yang merupakan SK kerja, awal yang baru di hidupnya akan segera dimulai.

Ya panggil dia Reva, gadis cantik berusia 22 tahun tersebut memang baru saja menyelesaikan studinya di salah satu Akademi kebidanan ternama, yang dinaungi oleh kementrian kesehatan. Menurutnya pendidikan yang ia lalui sangatlah sulit, bukan karena biaya atau mentalnya yang tak kuat dalam menjalani pendidikan tersebut. Melainkan izin dari mama dan papanya yg setengah-setengah.

Mengingat hal tersebut, sebulir titik bening lolos begitu saja dari matanya, wajahnya berubah menjadi sendu menatap koran tersebut. 'suatu saat nanti, mama dan papa pasti akan mengerti apa yang aku inginkan, pasti kalian ikut bangga kan, dengan pilihan, dan keberhasilanku? Ma.. Pa.. Reva kangen mama papa.. Reva juga ingin mama papa bahagia, tapi maaf kali ini Reva memilih jalan Reva sendiri.. maaf karena Reva lebih memilih meninggalkan rumah dan diam-diam mengambil jalan ini.. Reva benar-benar belum siap menikah.. maafkan Reva...'ucap Reva didalam hati sambil memeluk koran dan amplop coklat yg masih dipegangnya.

Tok.. tok.. tok..

Suara ketukan pintu membubarkan lamunannya, "Siapa? masuk.." ucap Reva dengan suara parau, seketika diusap kasar pipinya yang basah.

"ini aku Riska.." jawab Riska kemudian pintu terbuka, tampak seorang gadis seumuran Reva memasuki ruang kamar. Dia adalah sahabat Reva.

Mereka bersahabat sejak pertama memasuki Akademi Kebidanan dan tinggal di Asrama dalam satu kamar yang sama. "lo udah siap berangkat Rev? Barang-barang mu udah masuk koper semua?" tanya Riska dengan raut sendunya.

"udah kok Ris, semalam aku sudah packing, tinggal berangkat aja.." jawab Reva sambil menunduk, kemudian Riska duduk disebelah Reva dan dengan lembut mengambil koran yang ada di tangan Reva.

"lo kenapa? Sedih lagi? Karena orang tuamu?" berondong Riska sambil menatap nanar koran yang kini dipegangnya. Tak kunjung mendapat jawaban, Riska melanjutkan ucapanya, "lo hubungi saja mereka, mungkin dengan begitu perasaan lo bisa sedikit lebih lega." Secepat kilat Reva menanggapi ucapan Riska.

"kamu gila Ris!!! aku gak mau!!! Setidaknya biarkan aku bekerja sampai masa percobaan ku berakhir dan melewati masa prajabatan! pokoknya kamu harus janji sama aku gak akan kasih tau siapapun, kalau aku ikut Uji ASN dan dimana aku ditempatkan. Kamu harus janji Ris!" ucap Reva mengebu-gebu dengan badan yang menghadap Riska, dia memandang sahabatnya lekat-lekat yang kemudian mendapatkan anggukan pelan dari Riska, seakan lega dia kembali pada posisi duduknya tadi dengan kepala yang sedikit menunduk dan masih memegang amplop coklat.

"kalau gitu, lo gak boleh sedih dong, lo harus semangat. Setidaknya lo beruntung banget bisa lolos test masuk ASN, gak kayak gue.. kayaknya gue mending nikah aja deh kalo kayak gini terus.." ucap Riska masih dengan tatapan nanar pada koran yang ia pegang.

"hahhh... kamu ngomong apaan sih? Jangan putus asa dong, baru juga sekali ngerasain test ASN, tahun depan juga masih ada lagi, lagian kamu kan lolos test seleksi tahap 1 di RSIA yang di dekat pusat perbelanjaan itu kan? Semangat dong, masih ada banyak harapan kok!" ucap Reva dengan tatapan hangat pada temanya.

"nah gitu dong semangat... akhirnya sohib gue balik.. lo gak pantes melow gitu..!" ucap Riska sambil menepuk bahu temanya yang tampak bingung mendapat cengiran khas ala Riska.

Kemudian Riska bangkit dari duduknya dan berjalan menuju koper dan tas ransel yang sudah tampak rapi di pojok ruangan dekat pintu sambil berkata, "eh nanti lo berangkat jam berapa? Yakin gak mau gue antar aja? bneran mau naik motor matic lo itu sendirian?" sambil menoleh sekilas kearah Reva.

"mungkin nanti jam 10.00 aku berangkat Ris.. gak perlu dianter Ris, aku santai kok naik motornya, ini aja aku makasih banget selama satu bulan sudah boleh tinggal di rumah kamu.." Sahut Reva sambil mengikuti langkah Riska menuju koper dan tasnya, dan mulai memasukkan SK kerja dan mukena nya ke dalam tas, Riska setia membantu Reva.

Rumah Riska memang satu-satunya tempat bernaung bagi Reva untuk sekedar menikmati yang namanya hidup terlepas dari orang tuanya.Kali ini sudah satu bulan Reva tinggal di rumah Riska, itu semua terjadi karena paksaan orang tua Reva. Mereka berniat menikahkannya dengan anak dari sahabat Ayah Reva.

Ingat ini bukan sekedar menjodohkan, tapi menikahkan. Sebenarnya ketegangan seperti ini sudah pernah terjadi sejak 4 tahun yang lalu, tepatnya ketika Reva berada di akhir masa SMA. Kala itu Reva yang sangat ingin kuliah di fakultas kedokteran. Seperti yang pernah ditempuh Ayah dan Kakak pertamanya. Namun keinginan Reva tersebut ditentang mentah-mentah oleh kedua orang tuanya yang bersikukuh akan menikahkan Reva dengan anak sahabat ayahnya itu.

Tapi bukan Reva namanya kalau tidak bisa menghindar dari keinginan orang tuanya yang dinilai tidak masuk akal itu. Untung mereka sangat menyayangi Reva bahkan terkesan protektif, sehingga mereka masih mau mengulur waktu untuk pernikahan konyol ini, dan begitulah hingga dia berakhir menempuh pendidikan di Akademi Kebidanan dengan fasilitas Asrama, dan tentunya yang paling parah isi manusianya itu lho tidak ada yg namanya mkhluk 'laki-laki', ya kecuali dosen laki-laki senior seperti dokter spesialis obgyn dan spesialis anak, yang sepertinya lebih cocok dipanggil mbah buyut. Meskipun demikian mereka adalah pakar ahli yang sangat dikagumi oleh seorang Reva.

Kembali ke masalah awal, jadi buat apa Reva harus merelakan masa mudanya hanya untuk dinikahi laki-laki yang ngebet nikah.

Setelah berpamitan kepada orangtua Riska , akhirnya Reva bergegas untuk berangkat ke tempat penugasan yang telah tercantum di SK kerjanya. Hanya Satu kata di tekadnya yaitu Puskesmas. Setelah memasang lokasi di aplikasi Google map, reva mulai memacu kendaraanya dengan santai. 'Puskesmas I'm coming!!!...' serunya dalam hati sembari mengulum senyum dibibir.


Ikuti kisah selanjutnya di youtube 

https://youtu.be/KHhHNSfWXgY

86 CINTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang