04-86C Turun Jaga 2

10.1K 674 26
                                    

Pagi hari di rumah dinas Reva..
Selamat membaca teman-teman..
Jangan lupa komentar dan vote nya ya...
Biar semangat uplod uplodnya.. 😂😂
Semoga bisa menghibur...

📌 Author POV

Didepan ruang bersalin kini sudah dikerumuni banyak manusia. Reva yang tadinya berjalan cepat, kini memperlambat gerakannya dan memasuki ruang bersalin. Ruangan yang seharusnya nyaman malah seperti neraka, pasalnya hampir seluruh keluarga pasien memasuki ruangan. 'Sedangkan diluar itu siapa?' pekik Reva dalam hati.

Reva masih tampak bingung menghadapi situasi seperti ini, yang mana kejadian seperti ini tidak pernah terjadi di klinik ayahnya, atau rumah sakit milik keluarganya di Surabaya. Memang seperti itulah perbedaan yang kota dan yang desa. Di Kota semua serba praktis yang mengantarkan hanya beberapa orang jumlahnya, atau mungkin hanya saudara sendiri. Sedangkan disini, yang melahirkan cuma satu yang mengantar satu kecamatan ikut semua.

"Ibu-ibu... Bapak-bapak mohon maaf, untuk menjaga privasi pasien tolong ditunggu diluar ya!.." mbak Netty mulai angkat bicara dan mempersilahkan semua orang kelur.

"Tunggu mbak Netty.., dua orang terdekat Bu Diah boleh tetap menunggu didalam.. terutama suaminya ya mbak.." pesanku pada mbak Netty.

Seorang laki-laki dan seorang lagi wanita paruh baya masuk kedalam ruangan kembali. Kini prosesi mendebarkan segera dimulai, prosesi sakral dimana seorang ibu mempertaruhkan nyawanya demi kelahiran buah hati tercinta. Dan Reva akan berada di tengah-tengah kejadian bersejarah bagi sang bayi dan keluarganya.

Reva mulai memimpin jalannya persalinan Bu Diah, suami dari Bu Diah juga sudah dikondisikan berada dibelakang Bu Diah. Lima belas menit sudah Reva memimpin persalinan, layaknya panglima perang yang sedang memerintah dan mengatur strategi. Dan selama lima belas menit pula kemajuan persalinan hanya sedikit-sedikit.

"Ayo ibu yang semangat ya, ibu sudah kuat mengedjannya, tapi sayangnya kurang benar bu.. tolong jangan ditahan di leher ya ... Mengendjannya seperti susah buang air besar ya Bu..." Jelas Reva disela-sela his yang dialami Bu Diah. Mendengar penjelasan dari Reva, bu Diah mengangguk-angguk.

"Ayo Bu.. sudah kontraksi lagi ini perutnya, ayo ngedjan... Sambil dilihat jalan lahirnya Bu... Ya begitu... Terus.. terus.. ya pintar Bu iya bener begitu... Sedikit lagi BU... Nafas langsung dorong lagi .. Alhamdulillah kepalanya keluar ..." Didalam ruangan yang tenang hanya terdengar suara Reva dan Bu Diah yang tampak seru.

"Bapak tolong turun dari tempat tidur pak.. bu Diah mengendjannya pelan saja ya..."
Saat bahu bayi mulai keluar Reva menahannya agar tidak mengakibatkan robek berlebihan pada perineum Bu Diah . Dengan sedikit dorongan dari Bu Diah akhirnya bayi ini terlahir di dunia.

"Alhamdulillah ganteng Bu putrnya.." ucap Reva mengetahui jenis kelamin bayi tersebut.

Reva menghangatkan tubuh mungil itu menggunakan handuk kering, sementara mbak Netty membersihkan jalan nafas sang bayi menggunakan deelle, hingga bayi itu menangis dengan lantang. Kemudian Reva melanjutkan tugasnya memotong dan mengikat talipusat si bayi. Setelah itu memberikannya pada mbak Netty untuk dibersihkan dan didata.

 Setelah itu memberikannya pada mbak Netty untuk dibersihkan dan didata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
86 CINTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang