O8-86C Pengakuan

9.1K 745 56
                                    

Maaf baru up. Lagi-lagi kesulitan signal. Maaf juga banyak typo bertebaran. Semoga menghibur..😄😄😅😅 tolong saran nya ya...

📌 Author POV

Mobil patroli sat Sabhara yang dikemudikan oleh Briptu Andi, kini melaju menuju Polsek setempat. Fatur sangat ingin melihat aktivitas Reva saat berada puskesmas, walau hanya sesaat ketika mobil patroli ini akan melewati area puskesmas. Maka dari itu, dengan setianya dia melihat ke sisi jendela mobil patroli agar bisa menangkap kegiatan reva dari balik jendela. Entah kenapa rasa penasaran selalu hadir di benak Fatur saat bertemu dengan Reva . Perasaan yang ia tutupi, ia sangkal , nyatanya semakin membuat hatinya runtuh. Benteng pertahanan yang ia dirikan dengan mudahnya dihancurkan oleh seorang Reva . Wanita yang baru beberapa Minggu dikenalnya ini tanpa disadari telah merebut hatinya. Hati yang dulu pernah dimiliki Alma .

Mobil patroli hampir melewati Puskesmas, kening Fatur berkerut melihat keadaan puskesmas yang seperti nya sangat ramai. Lantas ia meminta Briptu Andi untuk menepikan mobil patroli sebentar, Fatur keluar dari mobil dan meuju halaman Puskesmas bantu itu. Ketika mendengar teriakan histeris , Fatur semakin mempercepat larinya yang ternyata diikuti oleh beberapa personel sat Sabhara lainya. Orang-orang yang berada di posyandu semakin riuh karena kedatangan beberapa polisi tersebut. Langkah tegap Fatur seketika membelah kerumunan ibu-ibu. Mata tajam Fatur membulat seketika, ketika mendapati kepala Reva telah bersimbah darah, dan tergeletak tak berdaya diatas lantai putih milik Pustu wilayah 3.

"Ya ampun deh Rev... Bangun dek Rev ..." Teriak histeris bidan Indi . Tangis pun menghiasii wajah shock seorang bidan Indi.

Bidan Indi juga tidak menyangka kalau teman sejawatnya akan menjadi korban kekerasan dari dukun bayi itu. Ya, mertua dari Siti Umaroh adalah seorang dukun beranak terkenal di wilayah 3. Dukun beranak tersebut merasa kalau petugas kesehatan terutama bidan adalah musuh bebuyutannya.

Fatur terduduk disamping Reva, entah kenapa dia merasa tak berdaya.ditangkupnya pipi Reva dengan kedua tangannya. Sorot mata yang bisa nya tajam kini berubah sendu, bulir air mata rupanya mampu menghiasi pelupuk matanya.

" Reva ... Bangun Rev bangun..." Ucap Fatur dengan nada memohon . Perlahan diangkatnya kepala Reva dan meletakkan di lengannya . Entah dorongan dari mana Fatur mengecup dahi Reva yang bersimbah darah. Hingga darah Reva sekarang menghiasi bibir dan dagu Fatur.

"Tolong bawa dek Reva ke puskesmas sekarang juga pak." Pinta bidan Indi . "Peralatan di Pustu belum sempat di sterilkan, tolong bawa di puskesmas saja pak!! Kelihatanya luka di kepala dek Reva memerlukan sedikit jahitan.." lanjut bidan Indi disela sela kegugupannya.

Tanpa banyak bicara Fathur mengangkat tubuh Reva dan berlari menuju mobil patroli, sementara beberapa anggotanya ia tugaskan menjaga keamanan Pustu wilayah 3 hingga keadaan kembali kondusif. Tak banyak kata yang mampu Fatur ucapkan dalam perjalanan menuju puskesmas. Hanya satu kalimat yang terus ia ulang berkali-kali.

"Hai gadis menyebalkan.. kamu wajib bertahan.. harus!" Kedua matanya tak lepas dari wajah Reva yang pucat. Sesekali air matanya jatuh, menghiasi wajah tegar yang dihiasi semburat kesendunya. Siapa yang bisa menyangka kejadian ini benar-benar membuat Fatur lepas kendali.

Sekarang hatinya benar-benar mengakui perasaan cinta itu, mengakui perasaan kagum dan tertarik sebagai pria pada seorang wanita. Perasaan yang beberapa minggu ini membuatnya uring-uringan, perasaan yang membuatnya menjadi pria yang murah senyum, perasaan yang telah membuatnya menjadi pria baik hati dan pria dingin secara bersamaan. Semua perasaan itu diterimanya tanpa penyangkalan sedikitpun. Walau dia tak yakin Reva memiliki perasaan yang sama, demi cintanya kali ini dia rela menjadi orang yang egois. Dia hanya tidak ingin kehilangan hatinya sekali lagi.

86 CINTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang