TIGA

16.6K 762 13
                                    

Derick memeriksa kebocoran di salah satu kamar mandi hotel dan beberapa masalah pemeliharaan lain. Bukan masalah besar. Kemudian memerintahkan staf pemeliharaan untuk menanganinya.
Setelah semuanya selesai Derick beristirahat di kamar suitenya.

Di bukanya lagi catatan-catatan Kelly dan Mia yang berisi data-data tentang Maggie. Mulai dari usia, tinggi badan, berat badan, lingkar tubuh dan dia geli membaca lingkar dada Maggie. "Hmmm...kalo bagian ini aku rasa tak perlu di kurangi ini adalah aset yang sangat berharga." gumamnya terkekeh.

Ketika melihat foto Maggie, pikiran Derick menerawang kembali memikirkan kejadian tadi sore yang tanpa sengaja bisa memeluk gadis itu yang rasanya begitu lembut, menggoda, menggairahkan, dan aromanya terasa feminim. Dia mengerang kesal memikirkan itu. Dia tak menyangka memeluk tubuh penuh lekuk itu terasa sangat menyenangkan. Apalagi dia di suguhi belahan dadanya yang sangat indah dan mengundang. Dia benar-benar tak habis pikir kehadiran Maggie benar-benar mempengaruhinya.

Merasa lapar dia keluar menuju dapur hotel. Di dapur dia membuat sandwich, coklat panas dan dibawanya ke danau. Di pinggir danau dia merenung. Pengkhianatan yang di lakukan kekasihnya dulu membuatnya malas menjalin hubungan serius dengan seseorang. Perempuan hanyalah selingan untuk kesenangan dan teman tidur belaka baginya.

Tapi kehadiran Maggie membuat dunianya semakin berwarna dan terasa berbeda. Maggie perempuan berbadan besar yang tidak pernah merasa terintimidasi dengan sosok dirinya sebagai pria. Berbeda dengan perempuan-perempuan kurus yang selalu menahan lapar yang sering ia jumpai dan tak pernah absen mengelilinginya. Mereka melakukan berbagai cara untuk menarik perhatian dirinya. Mulai dari bersikap anggun, menggoda, atau berusaha berpenampilan seksi di hadapannya. Yang bagi Derick itu terasa palsu dan di buat-buat. Maggie tidak akan bersusah payah bersikap seperti mereka. Maggie bahkan terang-terangan menentang dirinya. Derrick ingat kejadian makan malam tadi. Maggie yang merasa kelaparan, memakan semua hidangan sampai tandas, dan tak ada rasa malu di dirinya untuk menyantapnya dengan lahap. Derrick sampai di buatnya melongo tak percaya. Bahkan andai Derrick tak melarangnya dia bermaksud menambah porsi makannya. "Tidak, Maggie itu sudah cukup. Makanan itu sudah sesuai kalori yang kau keluarkan tadi." kata Derick tegas. Derick masih ingat, mata Maggie berkilat-kilat menampakkan kemarahannya. Itulah Maggie yang takkan pernah berpura-pura di hadapannya. Entah kenapa Derick makin merasa tertantang untuk menaklukkan gadis galak ini agar bisa disiplin demi kebugarannya.

Setelah sandwich dan cokelat panasnya tandas, Derick tersenyum, ia mendapat ide yang akan ia lakukan untuk besok. Derick meninggalkan danau dan pergi tidur.

Maggie merasa baru saja tidur ketika mendengar bunyi bel pintu rumahnya. Rasa lelah yang teramat sangat membuatnya tidur begitu nyenyak. Dan ia kesal sekali ketika lagi enak-enaknya tidur ada yang mengganggu. Sambil menggerutu ia malas-malasan bangun dari tempat tidurnya. Di lihatnya jam meja digitalnya yang menunjukkan waktu masih jam lima seperempat pagi. Masih di liputi rasa malas, ia berdiri dan melapisi kaos tidur tipisnya dengan mantel tidurnya. Ia mengikat mantelnya asal. Ia heran pagi-pagi ini ada yang mendatangi rumahnya. Tidak mungkin ayah dan ibunya, Zara, juga Alex. Atau Kelly, karena dia sekarang sudah mendarat di LA. Lagipula jika mereka akan datang pasti mengabarinya lebih dulu. Dan tak akan datang pagi-pagi sekali seperti ini. Masih setengah mengantuk ia berjalan keluar dari kamar turun menyusuri anak tangga di sebelah kamarnya. Sampai di anak tangga terakhir, bel pintu rumahnya berbunyi lagi. Maggie sangat kesal sekali. Ia berjalan cepat menuju pintu keluar sambil bergumam kesal. "Ya ampun nggak sabaran amat."
Dengan agak tergesa ia mengambil kunci rumah yang di letakkan di atas meja ruang tamu. Setengah emosi ia masukkan kunci ke handle pintu dan dengan dua putaran kunci, pintu akhirnya terbuka. Aktivitas itu membuatnya sedikit berkeringat dan tubuhnya benar-benar terbangun dari tidur. Dia terkejut melihat kedatangan sosok jangkung yang berdiri di depannya tersenyum lebar. Selebar bahunya yang nyaris memenuhi pintu rumahnya. Maggie benar-benar tak menyangka dan shock. Pelatih pribadi yang bekerja sambilan menjadi tukang ledeng datang ke rumahnya.
"Halo...Selamat pagi, Maggie.." sapanya ramah."

Big is BeautifulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang