TUJUH

14.7K 833 49
                                    

"Kau tak apa-apa...? Meninggalkan si seksi itu sendirian di rumahmu..?" goda Zara pada Maggie, sesaat setelah mereka tiba di apartemennya.

Maggie berusaha tak menggubris kata-kata sepupunya, ia lebih tertarik menempelkan pantatnya di sofa yang ada ruang tamu ini. Namun akhirnya ia tak tahan untuk tidak bersuara. "Bisakah kau tak membicarakan Derick, selama aku di sini..." katanya ketus.

"Memangnya aku tadi menyebut-nyebut nama Deee..rrriiick...aku cuma... mengatakan..." Zara masih saja terus menggoda sepupunya yang super galak ini. Dia senang, semakin kesal sepupunya, semakin menjadi-jadi dia menggodanya.

Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, Maggie langsung memotongnya. "Zaraaaa...kalau kau terus menggodaku seperti itu, aku akan pulang...!!!" ancam Maggie marah.

Zara tak peduli, ia semakin senang melihat reaksi amarah dari sepupunya. "Sepertinya kau sudah mulai merindukannya...." Zara tak berhenti menggoda Maggie.

Dan benar saja, perkataan sepupunya ini malah membuat Maggie terdiam. "Apakah aku merindukannya? Sedang apa dia sekarang?" Pikirnya linglung.
Namun kemudian dia sadar..."Ya ampun Zaraaaa...!!!" Ia bangkit berdiri dengan kesal, lalu berjalan menuju kamar Zara. "Lebih baik aku tidur, aku sangat lelah sekali...gara-gara Derr...dia sangat kejam sekali, hari ini...huhh..!!" ucap Maggie kesal.

Zara tersenyum geli, melihat Maggie salah tingkah, bahkan untuk menyebut nama Derick, sepupunya merasa malu.
"Istirahatlah...kau memang nampak lelah...aku akan menelepon tunanganku dulu.." kata Zara dengan nada sayang.

Keesokan harinya setelah Maggie melakukan fitting gaun yang akan dia kenakan di pesta pernikahan sepupunya, Zara mengajak Maggie ke Spa dengan perawatan lengkap mulai ujung rambut hingga ujung kaki. Rambut Maggie di tata lebih modern tapi masih tampak alami dan Zara membelikan gaun cantik dan sepatu untuk Maggie. Maggie merasa tak kuasa menahan haru dengan kebaikan sepupunya. "Zara ini semua pasti menghabiskan uang yang tak sedikit. Dan sangat menguras seluruh tabunganmu...aku tak pantas menerimanya...aku..." Maggie tak bisa meneruskan kalimatnya. Matanya berkaca-kaca.

"Tenang saja...ini semua memakai uang calon suamiku. Yang kukuras juga tak seberapa di banding harta kekayaannya...lagipula kau pantas menerimanya, sayang..." kata Zara mencoba bercanda namun ia juga tak kuasa menahan haru, kemudian kedua saudara sepupu itu saling berpelukan.

"Sudah...sudah...hapus air matamu, sekarang mari kita tunggu tunanganku, katanya dia tak sabar ingin bertemu dan berkenalan denganmu...' tutur Zara lembut.

Seorang pria tampan menjemput mereka di butik yang baru di kunjungi, ternyata ia Pangeran Khaled, tunangan Zara. Zara mengenalkan Maggie dengan Khaled. Khaled pria yang sangat menyenangkan dan ramah, ia mengajak kedua sepupu itu makan malam. Selanjutnya ia mengantar keduanya pulang ke apartemen Zara. Pangeran Khaled memaklumi Zara yang masih ingin bercengkrama dengan sepupunya.

"Kau beruntung sekali Zara, dia pria seorang pria yang sangat tampan dan sangat menyenangkan..." ucap Maggie tanpa bermaksud iri pada sepupunya.

"Mirip Derick..." goda Zara lagi sambil terbahak-bahak.

"Zaraaaa...." Maggie berteriak kesal dan melempar bantal ke arah sepupunya. Malam ini Maggie menginap kembali di apartemen Zara.

Sementara itu Derick yang saat ini berada di kediaman Maggie benar-benar sangat gelisah. Ia tidak menyangka di tinggal semalam oleh Maggie, dirinya sudah merindukan gadis itu. Walau seringkali bila Maggie sedang berada di rumah, dirinya lebih menghindari berdekatan dengan gadis itu dengan lebih memilih mengurung diri dalam kamar, tapi setidaknya dia tahu gadis itu sosoknya hadir di sini.

Big is BeautifulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang