Gadis itu berjalan dengan kaki yang sedikit terseret. Kampusnya sudah cukup sepi, tidak banyak mahasiswa yang berlalu lalang. Ia berjalan sendirian di lorong itu. Disalah satu tangannya membawa sekotak rokok dan korek. Perlahan, dia duduk diujung lorong, menempelkan punggungnya di dinding. Perlahan, ia membuka kotak rokok, menyalakan dan merokok.
"Boleh saya minta rokok?"
Gadis itu mendongak melihat siapa yang berbicara kepadanya. Tidak cukup terkejut, karena ia sudah merasa jika diikuti selama gadis itu kemanapun, hanya baru menampakkan dirinya kembali. Gadis itu tersenyum setelahnya. "Gue gamau kasih," jawabnya singkat.
Seseorang itu hanya balas tersenyum kecil saja. "Terserah. Hati-hati dengan masa mudamu."
Gadis itu mengabaikan kata seseorang itu. "Apa yang lo lakuin disini?" tanyanya.
"Eh, eh," jeda sebentar lalu seseorang itu melanjutkan, "Saya baru sadar. Bisakah kamu sopan pada papamu sendiri?"
"Jawab aja pertanyaan gue yang tadi."
"Bukankah saya saat itu sudah pernah bilang? Saya akan selalu ada disetiap waktumu kapanpun kamu butuh." jawabnya.
Lagi-lagi, gadis itu tersenyum. "Itu juga yang lo katain dulu ke Mama ya kan?" seseorang itu hanya memandang datar.
"Dan baiklah Papa, aku bakal nurutin."
Seseorang itu langsung menyeringai, memperlihatkan taringnya.
Lima tahun yang lalu...
Yauda iya, ini cuma awal mula tijel sekali weuu..
KAMU SEDANG MEMBACA
Ten to Ten
Teen Fiction"Kamu tau, kenapa jam dinding yang ada di toko selalu menunjukkan pukul 10.10?" "Gak tau. Emangnya kenapa?" "Coba perhatiin jarum panjang dan jarum pendeknya. Kayak bentuk senyuman kan? Iya biar orang yang liat ikut tersenyum. Trik psikologi marketi...