Derian berjalan dengan santai menuju taman belakang yang nampak sepi tanpa ada orang, kecuali dirinya. Dengan membawa korek di tangannya dan di mulutnya- ah bukan rokok kok, permen batang dengan rasa stroberi. Berjalan dengan bersenandung tanpa beban, namun dikejutkan oleh seseorang yang tiba-tiba muncul dari belakang nya dan memotong jalannya.
"Bangsat, kaget goblok. Siapa sih lo?" gerutu Derian dengan menatap kesal.
"Kau bisa melihatnya?" tanya seseorang itu tanpa basa-basi.
Derian tampak bingung. Ngigo nih anak? Batin Derian. "Siapa? Gua ga paham?"
"Iqbaal." seseorang itu menatap tajam Derian.
Derian yang tadi awalnya tampak bingung, sekarang terkekeh lebar. "Oh. Gua baru sadar, yang di depan gua sekarang ini jelmaan Iqbaal." kata Derian dengan remeh.
Derian melanjutkan, "Pantas aja sih gua ga asing dengan wajah (Namakamu)."
"Tapi, gua ga urus. Gua ga peduli. Gimana kalo kita, bertarung secara sehat, Iqbaal Xavier?"
-------------------
(Namakamu) masih berbaring di UKS dengan bingung. Gadis itu masih memikirkan perkataan Derian tadi. Iqbaal? Siapa coba? Namun, lagi-lagi yang lebih diingat (Namakamu) adalah saat Derian menatap dalam matanya. Sungguh, itu membuat jantung gadis itu berdetak lebih cepat seperti tidak ada kontrol sama sekali. Namun, (Namakamu) merasa kalau ia tidak asing dengan tatapan mata Derian itu. Ia merasa sudah sering mata Derian menatapnya.
Ponsel (Namakamu) berdering, menandakan sebuah pesan masuk. Gadis itu segera membaca pesan tersebut. Dari Papanya, Alfian.
"Setelah pulang sekolah langsung ada yang ingin Papa bicarakan."
"Apa lagi coba?" kesal (Namakamu) pelan.
Lagi-lagi kepala (Namakamu) merasakan sakit yang luar biasa. Seakan terhantam sesuatu benda yang tajam dan besar. "Sialan, sakit banget." (Namakamu) merintih kesakitan sambil memegang kepalanya.
Gadis itu merasa ada suatu memori yang terputar di kepalanya dengan sangat amat jelas. Ia melihatnya, gadis itu melihat lelaki berambut soft pink itu. Bentuh wajahnya persis sama, namun warna rambutnya berbeda.
"Ada yang namanya (Namakamu)?"
"Gue. Kenapa?" (Namakamu) bisa melihat kalau gadis yang menjawab pertanyaan lelaki berambut soft pink itu adalah dirinya sendiri.
"Gue Iqbaal. Lo yang jadi tutor gue kan?"
Lagi-lagi, setelah itu (Namakamu) ambruk ke ranjang UKS. Beberapa detik kemudian, Derian memasuki UKS dengan tatapan yang ia tujukan ke (Namakamu) tadi. Derian berjalan menuju ke ranjang (Namakamu), "tidur eh rupanya?" batin lelaki itu.
"Jadi lo yang namanya (Namakamu) Vhanya, (Namakamu)? Cacat. Seperti Iqbaal," dengus Derian.
Iya, lelaki bernama Derian itu sang panglima tempur di sekolah, mengetahui sesuatu. Sesuatu di 17 tahun yang lalu..
Gua ngetik apaan ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ten to Ten
Teen Fiction"Kamu tau, kenapa jam dinding yang ada di toko selalu menunjukkan pukul 10.10?" "Gak tau. Emangnya kenapa?" "Coba perhatiin jarum panjang dan jarum pendeknya. Kayak bentuk senyuman kan? Iya biar orang yang liat ikut tersenyum. Trik psikologi marketi...