Seharian ini (Nama kamu) hanya berbaring di UKS. Tepat jam pulang, ia keluar dari UKS dan pulang, berusaha melupakan apa yang telah terjadi hari ini. Ia pikir, ini bukan waktu yang tepat untuk bertanya pada Papanya, tentang semua ini. Toh, waktu akan menjawab kan?
"Butuh tumpangan ga lo?" suara berat menghampiri indra suaranya. Lagi-lagi dia. Derian, pentolan, panglima tempur, pembuat masalah dan masih banyak lagi, namanya.
"Ga butuh, bisa balik sendiri." (Namakamu) begitu berat rasanya mengangkat kaki sendiri untuk berjalan. Ia pergi meninggalkan Derian yang melihatnya berjalan dengan susah payah.
"Udah tau lemah, dasar sok kuat." gerutu Derian lalu mengikuti (Namakamu) dari belakang dengan santai dan bersiul.
"Ini beneran ga lo, butuh tumpangan ga? Gua masih baik hati nih nawarin lo, gua antar pulang dengan selamat dah, jamin." kata Derian yang sekarang menyamakan langkahnya dengan (Namakamu).
(Namakamu) menghela napasnya. "Ga ya ga? Paham ga sih?! Emang kita kenal? Aku kenal kamu? Engga, kan? Aku cuma tau kamu, serius. Kita engga kenal." kesal gadis itu.
"Lo serius apa yang lo barusan lo bilang? Lo ga kenal gua, (Namakamu)? Tidak mengenal kata lo?" suara Derian semakin berat dan membuat (Namakamu) sedikit terkejut.
Suasananya jadi berbeda semenjak suara berat milik Derian yang terdengar semakin berat dan parau. "Lo ga kenal gua, (Namakamu) Vhanya?"
Derian mendengus. Emang gadis sialan. Lelaki itu langsung menarik tangan (Namakamu) untuk segera menuju motornya dan menatap tajam gadis itu. "Balik bareng gua atau sama bayangan cowok bernama Iqbaal yang ga jelas itu?"
"Ya udah, gua balik bareng lo." pasrah (Namakamu).
Tapi, serius. (Namakamu) tidak pernah mengenal siapa itu Derian, gadis itu berani bersumpah. Ia tidak mengenal lelaki yang mengajaknya pulang bareng ini. Hanya terasa ... Terasa sedikit tidak asing, bukan berarti mengenal kan? Tapi, siapa Derian? Hanya panglima tempur sekolah kan? Tidak lebih, kan?
Sebuah kelibatan asing muncul di ingatan (Namakamu). Gadis itu melihat lelaki berwajah sama persis Derian mengulurkan tangan kepada seorang gadis yang tengah terjatuh di sebuah taman, bukan. Seperti pasar malam, di keramaian banyak orang gadis itu terjatuh dan ditolong oleh lelaki yang mirip dengan Derian.
"Lo gapapa kan? Sorry, gua buru-buru jadinya nabrak nubruk orang terus."
"Iya gapapa, duluan ya."
Lebih terkejutnya lagi, wajah gadis itu adalah wajah dirinya sendiri.
Siapa Derian? Siapa Iqbaal? Lalu, siapa dirinya?
Hai. Miss me?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ten to Ten
Teen Fiction"Kamu tau, kenapa jam dinding yang ada di toko selalu menunjukkan pukul 10.10?" "Gak tau. Emangnya kenapa?" "Coba perhatiin jarum panjang dan jarum pendeknya. Kayak bentuk senyuman kan? Iya biar orang yang liat ikut tersenyum. Trik psikologi marketi...