Putih dan hitam.

121 32 1
                                    






Iqbaal Xavier pikir rencananya akan berjalan mulus seperti yang ia sudah pikirkan bersama Iqbaal semenjak 17 tahun yang lalu. Nyatanya banyak sekali pengacau di sekolah ini. Salah satunya Faris. Iqbaal kenal dengan lelaki itu karena mereka satu ekskul di ekskul dance modern. Iqbaal menahan emosinya saat lelaki itu sedang bersantai duduk setelah melakukan koreografi yang sulit. Iqbaal menghampiri lelaki tersebut. Berusaha menahan emosinya. Hidup di dunia manusia selama 17 tahun membuatnya belajar bagaimana menjadi manusia.

"Faris." kata Iqbaal.

Faris mendongak dan mendapati Iqbaal yang tengah menatapnya. Faris menutup botol minumnya dan menyapa Iqbaal dengan ramah. "Iya. Kenapa, Baal? Ada koreo yang lo belum bisa?"

"Bukan itu yang mau gue tanyain. Gue mau tanyain tentang lo." Jawab Iqbaal dengan tajam.

"About me?" Faris menunjuk dirinya sendiri dengan bingung. Maksud lelaki ini apa?

"Iya, lo." Iqbaal Xavier merubah matanya sekilas menjadi merah pekat seperti darah. Faris yang melihat itu tidak nampak terkejut sama sekali, lelaki itu malah terkekeh.

"Ah, I see. Do you wanna know about me, right?"

Faris berdiri dari duduk dan berjalan melewati Iqbaal Xavier yang Faris dapat liat aura lelaki itu penuh ancaman dan bau busuk menyengat. Faris tidak berbohong, ia dapat mencium aroma busuknya. Faris menepuk pundak lelaki itu sambil berbisik, "Let me tell you about white and black. Wanna know or not?"

Setelah mengatakan itu, Faris menuju teman ekskul yang lain dan berlatih menari kembali meninggalkan Iqbaal yang masih menahan emosinya. Faris ... He is not human.




_______________________________





"(Namakamu), mau balik bareng sama gue?"

(Namakamu) berseri-seri mendengar hal itu. "Mau dong, Der! Yuk, dari tadi aku nungguin kamu selesai basket loh."

Dengan cepat, gadis itu langsung merangkul lengan Derian dengan penuh semangat dan ceria. Membuat Derian sedikit kaget dengan respon (Namakamu) yang berlebihan dan menurut lelaki itu sedikit aneh. Ini rasanya bukan (Namakamu). Padahal yang terpikirkan oleh Derian adalah hanya penolakan dan sedikit makian dari gadis itu, tapi yang terjadi malah sebaliknya? Wow, ini keajaiban.

"Edan. Sejak kapan lo jadian sama (Namakamu)?" Jonathan tiba-tiba saja muncul dari belakang Derian sambil mengusap keringat dengan handuk kecil yang melingkar di lehernya.

"Gundulmu. Belum." Balas Derian kesal.

"Yee, gue pikir. Gue Jonathan, temennya Derian." Kata Jonathan tiba-tiba mengulurkan tangan ke arah (Namakamu) dan disambut dengan hangat oleh gadis itu.

"(Namakamu). Calon pacarnya Derian," Katanya.

"WADIDAWWWW, BRO. WOW DIBALIK JADI WOW." Pekik Jonathan setelah mendengar jawaban (Namakamu) barusan.

Sementara Derian makin aneh dengan tingkah laku (Namakamu) dan hanya tersenyum kikuk mendengar jawaban gadis itu. Nih anak kesurupan apa? Dih, jangan-jangan ... Derian melirik Jonathan yang tengah berbicara random (Namakamu). Sementara lelaki yang dilirik oleh Derian menyadari hal itu dan mengedipkan sebelah matanya yang menurut Derian adalah sebuah kedipan gagal. Pengen gue gibeng, batin Derian.

"Kalo ini kerjaan Faris. Gue gak bertanggung jawab atas kecentilan (Namakamu). Jangan lupa bayaran ya, Der."

Derian yang mendengar itu hanya melirik bola matanya dan mengangguk dengan kesal. Tapi dalam hati ia berterimakasih juga dengan kedua sohibnya itu.

"Ya udah kalo gitu gue balik dulu sama (Namakamu). Oh iya, malam nanti ke rumah gue aja buat barangnya." Pamit Derian dan dengan cepat ia menarik lengan (Namakamu) dan gadis itu segera memekik kesenangan.

Sementara Jonathan yang melihat mereka dari kejauhan hanya terkekeh. "Seenggaknya itu bakal bertahan selama seminggu."

Jonathan memasuki ruang ganti untuk membersihkan dirinya.






__________________________







Derian berganti menjadi menggandeng tangan (Namakamu) sembari menuju parkiran sekolah. Derian cukup senang dengan hal ini, walau (Namakamu) menjadi sedikit aneh tapi tidak masalah. Toh lebih memudahkan dirinya untuk mendapatkan hati (Namakamu). Sementara itu, mereka dihentikan oleh Iqbaal Xavier yang tiba-tiba menghadang mereka membuat Derian menatap lelaki itu dengan malas.

"Ada apa lagi?" Ketusnya.

Iqbaal hanya fokus terhadap (Namakamu) dan tidak mengindahkan ucapan Derian.

"(Namakamu), ayo balik. Tadi kata kamu sekalian mampir ke kedai boba di dekat rumahmu."

(Namakamu) mengernyitkan dahinya dengan heran. "Loh emang aku ada bilang ya sama kamu buat balik bareng?" Sahut gadis itu dengan heran.

"Tadi kita janji bareng, (Namakamu). Jangan bilang kamu lupa?" Balas Iqbaal masih tersenyum.

(Namakamu) menggeleng. "Apaan sih? Gak jelas. Aku gak ada janji ya sama kamu buat balik bareng. Aku maunya balik bareng sama Derian. Aku ini calon pacarnya Derian. Kamu mau kena bogem Derian karena deketin aku?"

Derian tersenyum penuh kemenangan sambil menatap (Namakamu). "Yuk balik, (Nam). Tadi kamu mau ke mana? Ke kedai boba, kan? Aku anter dulu deh ke sana."

(Namakamu) memekik senang. "Wah, beneran? Asik kencan pertama kita loh ini kalo gitu. Yuk cepet, aku pilihin menu yang enak di jamin kamu suka deh, Der."

Derian dan (Namakamu) berlalu dari hadapan Iqbaal Xavier yang membeku, tatapannya tidak seramah tadi namun tatapan dingin dan ketus yang terlihat sekarang. Iqbaal memutar kepalanya 180° untuk melihat kedua sejoli itu dan gigi Iqbaal Xavier merapat, ia benar-benar sudah tidak dapat menahan emosinya lagi.

Ada sayap putih di belakang (Namakamu).

"Lo kayaknya bukan manusia biasa, Derian." Iqbaal mengatakan itu dengan penuh amarah.

Tanpa disadari oleh Iqbaal Xavier, Jonathan melihat semua itu dari kejauhan. Bahkan melihat bagaimana Iqbaal Xavier memutar kepalanya sementara badan depannya masih berada di posisi yang sama, iya hanya kepala Iqbaal yang memutar.

"Sudah lama gak ketemu ya, Xavier."




































Aku update cepat, wkwk. Mau cerita ini cepat tamat soalnya gak jelas banget.

Ten to TenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang