Aku benci masa lalu.

176 23 2
                                    


“Ikut blind date aja kali, Sha.” Sahut Cassie. Teman kerja satu kantor yang kebetulan tempat duduknya tidak berada jauh dari Salsha.

“Masih zaman yang begitu?” sahut Salsha.

“Zaman kali. Oh atau lo mau main tinder aja?” saran Cassie dengan semangat.

“Pala lo.” Salsha memutar bola matanya dengan malas.

Sementara, Cassie mengerucutkan bibirnya dan melanjutkan mentanda tangani sebuah dokumen. Salsha melipat tangannya ke dada sambil berpikir. Umurnya sudah hampir 33 tahun dan dirinya belum menikah. Itu cukup membuatnya stress. Dirinya memang wanita karir, dia cukup sukses. Setelah lulus kuliah, dia segera bekerja. Dia memang pegawai kantor, tapi jabatan yang ia pegang cukup tinggi. Di sela sebagai pegawai kantor, dia memiliki sebuah restoran yang cukup ramai penlanggan. Hidupnya benar-benar berkecukupan. Membuang masa lalunya yang cukup buruk.

"Sal, lo dipanggil tuh sama Bos Alfian.” tiba-tiba seseorang mendatangi meja kerja Salsha, saat gadis itu sibuk melamun.

"Eh? Okay, gue bakal segera ke sana." sahut Salsha kaget. Tapi ia segara berdiri dari duduknya dan pergi menuju lift.

Di dalam lift, dirinya berpikir. Tumben sekali? Waktu itu Salsha dan Alfian, sudah berbaikan. Lebih tepatnya Alfian ke Salsha dan Azka. Butuh waktu cukup lama, karena kejadian masa lalu memang cukup menyakitkan.

Setelah sampai di lantai yang paling atas. Lift terbuka dan langsung memperlihatkan ruangan kerja Alfian. Dimana lelaki itu sudah duduk tampak menunggu kehadiran Salsha.

"Duduk, Sal." Alfian mempersilakan wanita itu duduk.

Setelah Salsha duduk, dirinya langsung bertanya. "Kenapa?”

Alfian melirik sebentar dan meminum kopi di meja. “Dia kembali,” katanya.

Salsha terdiam sebentar setelah mendengar. Ia tahu betul apa maksud perkataan Alfian. Waktu mereka sudah resmi memaafkan satu sama lain, Alfian menceritakan semuanya dari awal.

“Anaknya pasti sudah bertemu?” tanya Salsha pelan.

Alfian hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia meminum kopinya kembali. Membutuhkan respon Salsha. Lebih tepatnya ia menunggu.

Salsha menghela napasnya sebelum berkata. “Al,” katanya.

"Aku sungguh benci masa laluku. Masa laluku buruk. Aku benar-benar gak mau terlibat lagi dengan urusan ini. Apalagi ini menyangkut mistis. Al, kita ini sudah berkepala tiga. Tapi saudara kembarmu itu terus mengusik kita. Apa maunya?” jelas Salsha.

Alfian menatap serius Salsha. "Sal, aku sebenarnya tidak mau melibatkanmu. Apalagi ini urusan keluargaku dan kamu tidak ada hubungannya sama sekali. Tapi kamu pasti ingat ceritaku kan?"

Alfian melanjutkan kembali, "Iqbaal dan Xavier itu menjadi satu. Aku tidak bisa membedakan mana yang Iqbaal asli. Aku butuh bantuanmu. Karena apa? Xavier akan terpancing jika melihatmu."

"Kenapa? Kenapa harus aku? Apa hubunganku sama Xavier itu?" Salsha membalas dengan sengit. Muak dengan pembicaraan ini.

Alfian berdiri dari duduknya. "Kamu salah satu taruhan Iqbaal ke Xavier setelah (Namakamu)."

Setelah itu hanya keheningan dan suara pendingin ruangan yang dapat di dengar.



























hai. selamat bulan juni, ya! <3

Ten to TenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang